Saturday, December 1, 2012

Kesaksian sdri Laurencia Fenny by email

Natal yang terindah

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan""WaktuNya tidak pernah terlambat"Kami menikah pada tahun 2008 dan memutuskan untuk tidak hamil pada beberapa bulan kedepan karena hendak menikmati indahnya perkawinan. Setelah selang 4 bulan, kami putuskan bahwa kehidupan kami nampaknya sepi tanpa kehadiran canda tawa seorang anak. Lalu kami berusaha agar dapat hamil. Setelah setahun menikah ternyata belum kunjung hamil juga, kami pikir "ah..masih setahun, mungkin belum saatnya".

Seiring waktu berjalan, ternyata kehidupan perkawinan kami telah memasuki tahun kedua dan kamipun mulai bingung. Kami memeriksakan diri ke dokter A dan suami saya dinyatakan sehat dari hasil pemeriksaan. Sel telur saya diobservasi, dan pada saat dokter menyatakan bahwa apabila sel telur tidak diketemukan maka saya divonis PCO. Saya berdoa Novena 9 hari berturut-turut di gua Maria sambil memegang janjiNya bahwa tidak ada yang mustahil bagiNya dan sungguh ajaib, pada saat saya kembali ke dokter, ditemukan 1 sel telur yang bagus lalu saya disuntik untuk memecahkan sel telur sambil menunggu tanda-tanda positif

Ternyata belum berhasil. Kami berobat kurang lebih 4 bulan lalu kami putuskan untuk tidak kembali lagi dan menjalani hidup lebih santai. Pada tahun 2011, kerinduan saya untuk menjadi seorang ibu kembali muncul, setiap melihat bayi yang lucu, saya menangis dalam hati memohon kepada Tuhan agar sayapun juga dapat menggendong darah daging saya sendiri. Tidak diduga, saudara sepupu dari sepupu saya yang tidak saya kenal memberi kami bubuk milk grotto dari Bethlehem. Lalu kami berdua mulai berdoa rosario, novena mohon keturunan, novena tiga kali Salam Maria, dan doa milk grotto. Dalam doa saya, saya amini bahwa saya akan menutup tahun 2011 dengan mengandung. Suami saya sempat menegur agar saya tidak menuntut Tuhan dan pasrah saja kapan mau diberi olehNya tetapi saya tetap imani dalam doa, bagiNya tidak ada mustahil.

Bulan Oktober 2011, kami kembali memeriksakan diri ke dokter senior, hasil suami saya kurang bagus, dan saya diminta untuk psikoterapi di RS selama 20x dengan cara memanasi bagian indung telur selama 15 menit. Selang 8 hari saya mens, lalu setelah mens selesai, dokter meminta saya untuk langsung ditiup, saya ketakutan karena kata orang ditiup itu sakit. Saya minta ke dokter untuk psikoterapi ulang saja dulu setelah kami berlibur untuk merayakan ulang tahun perkawinan kami. Saya berdoa lebih giat lagi, bernazar serta berziarah ke Gua Maria Kerep. Pada pertengahan bulan Desember 2011 iman saya mulai goyah, kenapa belum ada tanda-tanda kalau saya hamil lalu saya sibukkan pikiran dan tenaga dengan aksi bakti sosial Natal, saya ikut angkat-angkat beras, kardus mie, kardus minyak 2 liter, kardus gula 1 kilo, dsb.Beberapa hari kemudian, saya iseng untuk tes kehamilan walaupun sebenarnya saya sudah agak trauma karena hasil selalu negatif.

Ternyata hasilnya adalah positif, saya teriak memanggil suami saya dan diapun langsung kebingungan membaca hasil sambil merasa senang. Kami putuskan untuk tes kembali keesokan harinya dan hasilnya tetap positif. Besoknya lagi kami periksa ke dokter dan hasilnya saya mengandung 2 minggu, saya menangis terharu bersyukur pada saat pulang ke rumah, sungguh indah mujizatNya menjelang kelahiranNya dan Tuhanpun menjaga kandungan saya sehingga tetap kuat padahal saya sangat capai pada saat baksos. JanjiNya tidak pernah terlambat, bagiNya 3 tahun 1 bulan adalah waktu yang pas bagi kami untuk dipercaya sebagai orang tua.Proses kehamilan sayapun sungguh indah, saya hanya pernah merasakan muntah kurang dari 10x dalam 2 bulan pertama. Nafsu makan saya justru meningkat, kehamilan saya termasuk yang sehat.

Saya kembali berdoa agar dapat menjalani persalinan normal, tidak merasakan sakit, dan tidak takut. Jujur saja, saya paling tidak tahan dengan rasa sakit. Saya juga selalu mendapat nubuat dari seorang pendoa untuk tidak perlu takut, tidak perlu kwatir, Tuhan sudah siapkan segalanya, bahkan segala biaya sudah dicukupkan dan hal tersebut membuat iman saya semakin kuat. Pada waktu perkiraan, perut saya belum turun, kepala bayi masih jauh dari pintu keluar. Saya diminta banyak jalan dan nungging. Ternyata setelah seminggu berlalu, pada hari Jumat kondisi masih tetap sama dan dokter memutuskan untuk diinduksi di RS pada hari Senin. Saya ketakutan lagi dan lebih giat lagi berdoa.

Mujizatnya begitu nyata, hari Minggu pagi saya merasa ada air sedikit keluar seperti tidak bisa menahan pipis. Ketiga kalinya saya ganti celana, saat itu masih pukul 5.30 pagi, saya bangunkan suami dan minta untuk diantar ke RS, saya sangat santai bahkan saya masih meminta ibu untuk dibuatkan nasi goreng karena sangat lapar. Ibu saya uda teriak-teriak meminta saya untuk cepat ke RS. Sesampai di RS, tepat darah keluar dan suster berkata bahwa saya sudah bukaan 1. Kami menunggu hingga pukul 11 dan bukaan tetap tidak bertambah tetapi rasa sakit sudah muncul setiap 2 menit.

Lalu dokter menyatakan bahwa bila pukul 3 belum ada penambahan bukaan maka harus di operasi karena ketuban saya sudah pecah dari pagi. Pada pukul 3 dokter menyatakan harus dioperasi segera. Memang sudah jalanNya, dokter bius datang dalam waktu 15 menit dan semuanya begitu lancar, saya tidak merasakan sakit atau takut sedikitpun. Ternyata kata dokter bayi kami terlilit oleh tali pusar dan air ketubannyapun sudah hijau. Sungguh ajaib bagiNya, pukul 3.55 putri kami lahir dengan sehat dan selamat. Seluruh biayapun sudah disediakan olehNya. Kami sangat bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan dan Bunda Maria.... Janji dan waktuNya tidak akan pernah terlambat, dan tidak ada mustahil bagiNya. Semoga kesaksian ini dapat memberi kekuatan bagi pasangan-pasangan yang masih belum diberi momongan. Amin.

Anda punya pengalaman rohani yg indah silahkan tulis setengah halaman a4 ke bundamaria2009@yahoo.com, sertakan foto jika ada juga jgn lupa beri judul. Gbu

1 comment: