Sunday, September 30, 2012


BAGAIMANA BERDOA ROSARIO

Seorang teman berkelakar mengenai Rosario.. "Orang Katolik kalo meninggal di tangannya selalu dililitkan Rosario.." "Lalu?", tanyaku.. "Apakah sungguh semasa hidupnya orang yang meninggal itu berdoa Rosario?".. Semoga Rosario tidak hanya kita pegang saat kita sudah berada di dalam peti.. :), smoga tidak hanya menjadi gantungan di mobil, tidak juga hanya menjadi kalung, gelang tapi kita tidak pernah mendoakannya atau bahkan tidak tau cara berdoa Rosario..

Cara berdoa Rosario adalah sebagai berikut:

Pembukaan

* Tanda Salib Pembuka
* Aku Percaya... (Syahadat Para Rasul)
* Kemuliaan...
* Bapa Kami...
* Terpujilah...
* Salam Putri Allah Bapa, Salam Maria...
* Salam Bunda Allah Putra, Salam Maria...
* Salam Mempelai Allah Roh Kudus, Salam Maria...
* Kemuliaan...
* Terpujilah...

Peristiwa I (sesuaikan dengan jenis/kelompok peristiwa)

* Bapa Kami...
* Salam Maria... (10 kali)
* Kemuliaan...
* Terpujilah...
* Ya Yesus yang baik...(Doa Fatima)

Peristiwa II (sesuaikan dengan jenis/kelompok peristiwa)
(sama seperti di atas), demikian selanjutnya sampai Peristiwa V

Tanda Salib Penutup

Keterangan tambahan:
Doa Fatima
Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami.
Selamatkanlah kami dari api neraka,
dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga,
terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin.

Salam kasih dan doa,
Deo Gratias
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. ~ Matius 11:28.

(Come unto me, all you that labour and are heavy laden, and I will give you rest. ~ Matthew 11:28)
SANDARAN HIDUP

Ada sekuntum bunga yang terlihat lemah, hidup di bawah pohon pinus yang tinggi. Bunga kecil sangat bersyukur karena ada pohon pinus yang melindunginya, melindunginya dari angin dan hujan, setiap hari tidak perlu mencemaskan apa-apa lagi.

Suatu hari, tiba-tiba datang sekelompok penebang, dengan mudah, mereka menebang pohon yang besar itu.

Bunga kecil itu sangat sedih, menangis terisak-isak dan berkata: “Tuhan, semua perlindungan untukku telah hilang. dan angin yang sombong akan bertiup membuatku tumbang, serta terpukul oleh air hujan.”

Dari jauh terdengar ada sebatang pohon yang menenangkan bunga ini sambil berkata: “Jangan berpikir begitu, semuanya malah akan terjadi sebaliknya. Jika tidak ada perlindungan dari pohon, maka matahari akan menyinarimu, hutan akan memberimu kelembapan.

Badanmu yang lemah akan bertumbuh menjadi lebih kuat, dan mahkota bungamu akan terlihat lebih bagus di bawah sinar matahari. Dan orang-orang akan melihatmu, dan memujimu, betapa cantiknya bunga kecil ini!”

Saudara terkasih dalam Kristus, Ketika kehilangan sebuah sandaran hidup, kita pasti memiliki perasaan sedih dan sulit untuk merelakannya. Namun dalam keadaan seperti itulah, kita disadarkan bahwa sebenarnya kita memiliki berkat dan kesempatan yang tidak terbatas. Dan saat kita mengenang saat-saat penuh perjuangan itu, kita akan terkejut saat menyadari jejak dari pertumbuhan kita yang begitu jelas, dan juga penuh suka cita.

Selamat Sore, Tuhan memberkati

Thursday, September 27, 2012

Banyak dari kita tentu mengenal Scott Hahn, seorang professor Teologi dan Kitab Suci dari denominasi Presbiterian yang memutuskan untuk bergabung ke dalam Gereja Katolik setelah pergumulan hebat dalam hidupnya untuk mencari kebenaran. Scott Hahn kemudian menuliskan kisah perpindahannya ke dalam Gereja Katolik dalam buku Rome Sweet Home.

Hari Minggu 23 September 2012 lalu, kita melihat seorang Presbiterian lainnya, seorang Pastor Presbiterian, yang memutuskan untuk bergabung ke dalam Gereja Katolik. Ia adalah Pastor Jason Stellman.

Jason Stellman lahir dan besar di Orange County, CA, dan melayani sebagai misionaris Calvary Chapel of Costa Mesa di Uganda (1991-1992) dan di Hungaria (1994-2000). Setelah menjadi Reformed dan kemudian “diberhentikan” dari pelayanan dengan Calvary, Jason melanjutkan pendidikan di Westminster Seminary California dan mendapat gelar Master of Divinity pada tahun 2004. Setelah itu, ia ditahbiskan menjadi Imam Presbiterian oleh Pacific Northwest Presbytery of the Presbyterian Church in America dan dipanggil untuk mendirikan Exile Presbyterian Church di Seattle dan melayani di sana sebagai Pastor dari tahun 2004 hingga mengundurkan diri pada musim semi 2012. Jason Stellman adalah pengarang buku Dual Citizens: Worship and Life Between the Already and the Not Yet (Reformation Trust, 2009), and The Destiny of the Species (forthcoming from Wipf and Stock Publications). Pada tahun 2011, ia melayani sebagai prosekutor/jaksa dalam sidang kasus Peter Leithart di Pacific Northwest Presbytery of the Presbyterian Church in America.

Jason Stellman menuliskan kesaksiannya di situs Called To Communion, sebuah situs yang didirikan dan dikelola belasan penulis Katolik eks non-Katolik.
http://www.calledtocommunion.com/2012/09/i-fought-the-church-and-the-church-won/

"Saya melawan Gereja [Katolik] dan Gereja menang."

Kita tentu pantas merasa bahagia melihat saudara terpisah ini pulang ke pangkuan Bunda Gereja Katolik.

Pax et Bonum

Wednesday, September 26, 2012

GOSIP

Seorang penduduk desa menyebarkan berita buruk tentang seorang teman, padahal kemudian berita itu tidak benar. Diapun datang menemui seorang guru untuk minta nasehat.

“Agar hatimu bisa tenang,” kata guru itu, “kamu harus mengisi sebuah tas dengan ayam, mendatangi setiap rumah di desa, dan meletakkan sehelai bulu ayam di ambang pintu.”

Si orang desa itu melakukannya dan kembali sambil mengumumkan bahwa dia sudah melakukan tugas itu.
“Belum selesai!” seru sang Guru

“Ambil tasmu dan kumpulkan kembali setiap helai bulu yang tadi kau letakkan di ambang pintu.”

“Tapi, semua bulu itu mungkin sudah hilang tertiup angin.”

“Memang,” jawab sang guru . “Begitu pula yang terjadi dengan gosip. Ucapan dapat dengan mudah dengan menyebar, tapi sekeras apapun usahamu, kamu tak kan pernah bisa menghapus kembali gosip itu.”

Jadi berhati-hatilah jika membicarakan orang lain, karena lidah layaknya sebuat silet, yang dapat menghancurkan kehidupan seseorang.

Mulailah bijak, dengan tidak bergosip dan berkata-kata sembarangan.

Selamat Pagi, Tuhan memberkati

KISAH PENGEMIS BUTA ( inspiring story )

KISAH PENGEMIS BUTA ( inspiring story )

Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda..


Seorang anak buta duduk bersila
di sebuah tangga pintu masuk
pada sebuah supermarket.

Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan
dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah
kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa
keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu.
Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh,
lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu
memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan.
Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya,
dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak
lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu,
lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya.

Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah,
tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan
betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata-katanya,
“Selain untuk menambah penghasilanmu,
Saya ingin memberi pemahaman
bahwa ketika hidup memberimu
100 alasan untuk menangis,
tunjukkanlah bahwa masih ada
1000 alasan untuk tersenyum.”

Tuhan Yesus memberkati ^_^

Tuesday, September 25, 2012

Sejenak untuk direnungkan:

"MENGAPA ANDA HARUS BERTERIMA KASIH"


"Kawan, mungkin engkau tidak punya waktu untuk mengucapkan terima kasih, bahkan merasa tidak perlu untuk mengucapkannya kepada mereka yang memberimu sesuatu di hari-harimu yang telah berlalu, sekarang dan mungkin saja juga akan terjadi di waktu yang akan datang.

Akan tetapi, malam ini ingin kuingatkan kepadamu bahwa sesungguhnya para pemberi juga berpikir dan bekerja keras, meluangkan waktu dan bahkan mengorbankan apa yang mereka miliki hanya untuk membantu Anda dan saya, bahkan mereka memberi dari kekurangan mereka untuk memenuhi kebutuhanmu."

Kalau mereka yang terlihat saja tidak pernah mendengarkan ucapan terima kasihmu, lalu apa yang terjadi dengan DIA, yang tak terlihat mata dan tak terdengar suara-Nya?

Aku hanya berharap: "Semoga Anda masih punya waktu sebelum tidur untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka yang memberimu sesuatu di hari-hari yang lalu maupun hari ini."


Goresan hati seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***

Monday, September 24, 2012

"DI WAJAHMU ADA YESUSKU"
Selasa, 25 September 2012
Injil: Luk 8: 19-21

Yesus telah menjadikan kita semua saudara-saudari-Nya. Ia mengizinkan kita memanggil ibu-Nya sebagai ibu kita. Ia melayakkan kita untuk menyebut Allah, Bapa-Nya sebagai Bapa kita. Intinya, Yesus datang dan menjadikan engkau dan aku sebagai saudara di dalam Nama-Nya agar persahabatan terjalin di antara kita, kebahagiaan kita temukan, dan terlebih lagi agar keselamatan kita gapai di akhir hidup kita nanti.

Namun, betapa sulitnya kita saling menyapa, apalagi saling memperlakukan yang lain sebagai saudara dari satu Bapa, satu Ibu dan satu Saudara Sulung, karena beda bangsa, suku, warna kulit, status dan beragam hal lainnya. Perbedaan ada untuk dihayati dan dijadikan sebagai kekayaan untuk bertumbuh menjadi berkat bagi yang lain, dan bukan sebaliknya dijadikan sebagai alasan untuk menolak, menghujat, apalagi untuk menyingkirkan dan bahkan mematikan. Ingatlah, mekarnya bunga-bunga di taman dengan warna masing-masing memberi kekhasan pada dirinya, namun ketika mereka ditanam bersama dalam sebuah taman atau di satukan dalam sebuah pot bunga, maka mereka pun akan menciptakan keindahan yang akan dikagumi oleh mata yang memandang mereka.

Pagi ini, jika engkau sadar bahwa engkau adalah saudara-saudari dari Yesus, maka ingatlah akan pesan-Nya kepadamu: "Ibu-Ku dan saudara-saudari-Ku adalah mereka yang melakukan Kehendak Bapa di Surga." Dan, kehendak Bapa adalah agar kita saling menerima dan mencintai sebagai saudara, dan bahkan anak dari Bapa yang satu dan sama.

Semoga saja di hari ini Anda mampu untuk melihat dan menemukan Yesus di wajah sesama, karena sesungguhnya Ia telah bersabda: Apa pun yang kamu lakukan atau tidak kamu lakukan kepada salah satu saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan atau tidak lakukan terhadap-Ku."


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***
Saudara terkasih dalam Kristus, ketika kita menjadi seseorang yang di anggap orang lain sukses, ingatlah, tak ada segala sesuatu yang berhasil tanpa adanya didikan dan kasih sayang orang tua. Bijaklah mengajarkan anak-anak kita, peliharalah hubungan batin kita dengan kuat. Karena segala sesuatu akan menjadi indah ketika tak ada satupun dari kalian di dalam keluarga merasa tersakiti karena kehilangan keluarga. Semua hal idah akan menjadi berkat dan bahagia menjalani hidup di dunia ini. Amin
Renungan Bijak :

Dahulu kala, di sebuah kaki bukit di pegunungan Himalaya, di dekat sebuah kolam teratai, lahirlah seekor bayi gajah. Bayi gajah ini luar biasa indah menawan, putih bersih seperti salju dengan wajah yang sedikit bersemu kemerahan seperti warna batu karang. Belalainya berkilau indah bagaikan utas tali yang berwarna keperakan, gadingnya yang kuat dan kokoh membentuk sedikit lengkungan yang manis.

Ia selalu mengikuti ibunya ke manapun. Ibu Gajah memetik daun terlembut dan buah termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan kemudian memberikannya. “Kamu dulu, baru Ibu” Ibu Gajah berkata. Ia kemudian dimandikan oleh ibunya di kolam teratai yang sejuk di antara semerbak keharuman bunga. Dengan belalainya, Ibu Gajah menghisap air lalu menyemprotkannya ke kepala dan punggung anaknya hingga bersih mengkilap. Kemudian Anak Gajah ini diam-diam mengisi belalainya, dan dengan hati-hati menyemprotkan tepat ke dahi ibunya. Tanpa berkedip, Ibu Gajah balas menyemprotkan air. Balas membalas menyemprot, mereka dengan gembira saling membasahi satu sama lain.

Setelah lelah bermain, mereka kemudian beristirahat di atas tanah yang lembut dengan kedua belalai melengkung dan saling membelit satu sama lain. Di bawah bayang-bayang sore hari, Ibu Gajah beristirahat di balik keteduhan pohon, sambil melihat putranya bermain dengan penuh keriangan bersama anak-anak gajah lainnya.

Gajah kecil tumbuh dan tumbuh hingga ia menjadi gajah tergagah dan terkuat dalam kawanannya. Pada saat yang bersamaan, Ibu Gajah pun menjadi semakin tua. Gadingnya mulai retak dan menguning, dan tidak lama kemudian Ibu Gajah menjadi buta. Anak Gajah yang telah tumbuh dewasa dan kuat ini kemudian memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan memberikannya kepada ibunya yang telah tua dan buta yang amat ia sayangi. “Ibu dulu, baru Aku” ia berkata.

Ia memandikan ibunya di kolam teratai yang sejuk di antara semerbak keharuman bunga. Dengan belalainya, ia menyemprotkan air ke kepala dan punggung ibunya hingga bersih mengkilap. Setelah itu, mereka kemudian beristirahat di atas tanah yang lembut dengan kedua belalai saling membelit satu sama lain. Di bawah bayang-bayang sore hari, Anak Gajah menuntun ibunya untuk beristirahat di balik keteduhan pohon jambu air. Ia kemudian pergi bersama gajah-gajah yang lain.

Suatu hari seorang raja pergi berburu dan melihat seekor gajah putih yang begitu indah. “Luar biasa indah! Aku harus memilikinya sebagai peliharaan untuk ditunggangi!” Raja lalu menangkap gajah tersebut dan membawanya ke kandang istana. Raja memberikan kain sutra dan permata yang indah serta untaian kalung bunga teratai kepada gajah tersebut. Raja juga memberikannya rumput manis dan buah-buahan yang lezat serta air murni yang segar untuk diminum.

Akan tetapi, gajah tersebut tidak mau makan ataupun minum. Ia terus menerus menangis, dan menjadi semakin kurus dari hari ke hari.

“Gajah yang mulia” Raja berkata, “Aku menyayangimu dan memberimu sutra dan permata. Aku juga memberikan makanan terbaik dan air termurni, namun Engkau tidak juga mau makan dan minum. Lalu apa yang bisa membuatmu bahagia?”

Gajah tersebut menjawab, “Sutra dan permata, makanan dan minuman tidak membuatku bahagia. Ibuku yang sudah tua dan buta sedang sendirian di hutan tanpa ada seorangpun yang merawatnya. Walaupun aku akan mati, aku tidak akan makan dan minum sebelum aku memberikannya terlebih dahulu kepada Ibu.”

Raja terharu dan berkata, “Tidak pernah aku menyaksikan kebaikan yang sedemikian rupa, bahkan di antara manusia. Tidaklah benar untuk mengurung gajah ini.” Setelah dilepaskan, gajah tersebut segera berlari di antara bebukitan mencari ibunya.

Ia menemukan ibunya di tepi kolam teratai. Ibu Gajah berbaring di atas lumpur, terlalu lemah untuk bergerak. Dengan air mata yang membasahi pelupuk matanya, Anak Gajah tersebut mengisi belalainya dengan air dan menyemprotkan ke kepala dan punggung ibunya hingga bersih mengkilap. “Apakah hujan?” Ibu Gajah bertanya-tanya, “atau anakku telah kembali?” “Ini anakmu, Ibu!” ia berseru, “Raja telah membebaskan aku!” Ketika ia membersihkan mata ibunya, terjadi keajaiban.

Penglihatan ibunya pulih kembali. “Semoga Raja hari ini berbahagia sebagaimana kebahagiaanku bisa melihat anakku kembali!” Ibu Gajah berkata.

Anak Gajah kemudian memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari sebuah pohon dan memberikannya kepada ibunya, “Ibu dulu, baru Aku." Menangislah sang ibu karena bahagia.

Saudara terkasih dalam Kristus, ketika kita menjadi seseorang yang di anggap orang lain sukses, ingatlah, tak ada segala sesuatu yang berhasil tanpa adanya didikan dan kasih sayang orang tua. Bijaklah mengajarkan anak-anak kita, peliharalah hubungan batin kita dengan kuat. Karena segala sesuatu akan menjadi indah ketika tak ada satupun dari kalian di dalam keluarga merasa tersakiti karena kehilangan keluarga. Semua hal idah akan menjadi berkat dan bahagia menjalani hidup di dunia ini. Amin

ERIAL KATEKESE: MAKNA TERDALAM DARI DOA BAPA KAMI, DOA YANG SEMPURNA..

Bagian 3-Selesai: BERILAH KAMI REJEKI, AMPUNILAH KESALAHAN KAMI SEPERTI KAMIPUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH, JANGAN MASUKKAN KAMI DALAM PENCOBAAN

Berilah kami rejeki pada hari ini: Yesus sangat mengasihi kita dan peduli pada kita, sehingga Ia mengajarkan kepada kita permohonan ini. Ia mengingatkan kepada kita bahwa rejeki dan nafkah kita, “our daily bread“, adalah berkat dari Tuhan. Tuhanlah yang mengizinkan kita mendapatkan rejeki hari ini, memiliki kesehatan dan hidup sampai pada saat ini, sehingga dapat menikmati rejeki yang Tuhan berikan. “Berilah padaku rejeki hari ini, ya Tuhan, dan ingatkanlah aku bahwa semua rejeki yang kuterima adalah semata-mata berkat-Mu, dan bukan milikku sendiri.” Maka kitapun harus teringat pada orang lain, terutama mereka yang berkekurangan, agar merekapun beroleh berkat Tuhan. Selanjutnya, para Bapa Gereja, terutama St. Agustinus mengkaitkan “our daily Bread” dengan Ekaristi,[6] yang menjadi berkat/ rejeki rohani kita. Ini mengingatkan kepada kita agar kita tidak semata-mata mencari rejeki duniawi, tetapi juga berkat rohani. Bagi kita, berkat rohani yang tertinggi maknanya adalah Ekaristi, saat kita boleh menerima Kristus Sang Roti Hidup. Di sini kita diingatkan oleh para Bapa Gereja untuk memohon kehadiran Yesus, Sang Roti Hidup, di dalam hidup kita setiap hari. Dan jika “setiap hari” ini diucapkan setiap hari, maka artinya adalah selama-lamanya. “Semoga Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup itu, sungguh menguatkanku dan menyembuhkanku hari ini, dan selama-lamanya.

Dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami: Dikatakan di sini bukan “ampunilah kami, seperti kami akan mengampuni yang bersalah kepada kami.” Maka seharusnya, pada saat kita mengucapkan doa ini, kita sudah harus mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita atau yang menyakiti hati kita. Mari kita renungkan, kalimat yang sederhana ini namun sangat dalam artinya: Bahwa Tuhan akan mengampuni kita kalau kita terlebih dahulu mengampuni orang lain. Jadi artinya, kalau kita tidak mengampuni maka kitapun tidak beroleh ampun dari Tuhan. Betapa sulitnya perkataan ini kita ucapkan pada saat kita mengalami sakit hati yang dalam oleh karena sikap sesama, terutama jika itu disebabkan oleh mereka yang terdekat dengan kita. Namun Tuhan menghendaki kita mengampuni mereka, agar kitapun dapat diampuni oleh-Nya. Maka mengampuni orang lain sesungguhnya bukan saja demi orang itu, tetapi sebaliknya, demi kebaikan diri kita sendiri: supaya kita-pun diampuni oleh Tuhan.

Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat: Mari kita sadari bahwa kita ini manusia yang lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Kita belum sampai pada tingkat di mana kita benar- benar terbebas dari segala godaan dan pencobaan. Pencobaan itu bisa bermacam- macam: ketakutan menghadapi masa depan, sakit penyakit, masalah keluarga dan pekerjaan, dst, namun bisa juga merupakan ‘pencobaan rohani’, terutama godaan untuk menjadi sombong, karena merasa telah diberkati dengan aneka karunia dan kebajikan. Untuk yang terakhir ini, St. Teresa, mengingatkan bahwa kita harus selalu rendah hati, tidak boleh terlalu yakin bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam dosa. Jangan sampai kita bermegah akan suatu kebajikan. St Teresa mengambil contoh, bahwa kita tidak boleh terlalu cepat menganggap diri sabar, sebab akan ada saatnya bila seseorang hanya sedikit saja menyinggung hati kita, namun langsung kesabaran kita itu hilang. Maka sikap yang terbaik adalah selalu berjaga-jaga, menimba kekuatan dari Tuhan, dan menyadari bahwa kita sungguh tergantung kepada-Nya.

Sumber: Situs Katolisitas
--Deo Gratias--

Sunday, September 23, 2012

Menaklukkan Mata Buta dengan Melukis

Pengalaman pahit dapat menghasilkan dua keadaan, yaitu: keadaan menjadi lebih baik atau justru menjadi lebih buruk. Oleh karena pilihan ada ditangan kita, pilihan manakah yang kita pilih? Keadaan akan menjadi lebih baik ketika kita mulai melakukan introspeksi diri dan menginventarisir kekuatan, kecendrungan alami, dan kemungkinan eksplorasi potensi diri. Sebaliknya, keadaan akan menjadi lebih buruk ketika kita memilih menyalahkan keadaan, orang lain atau siapapun yang dapat disalahkan.

Ketra Oberlander harus menelan pil pahit di dalam hidupnya. Ketika kariernya sebagai penulis di industri dot com Silicon Valley harus berakhir, pada saat yang bersamaan Ketra juga mengalami kerusakan mata parah.

Pada usia 4o tahun, Ketra menerima kenyataan bahwa ia buta dan tidak punya pekerjaan. Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi semua kesulitan ini?

Hidup bergantung kepada suami bukanlah pilihan yang bijak, dan hal itu tidak ada dalam kamus hidupnya. Bagaimanapun juga ia merasa harus melakukan sesuatu untuk mengatasi keadaan ini. Lalu apa yang harus dilakukan?

Ketra Oberlander yakin bahwa pasti ada solusi terbaik yang dapat menjadi jalan keluar bagi dirinya. Dan setelah melalui perenungan yang dalam, ia memutuskan untuk terus berjuang melakukan sesuatu yang berarti.

Solusi atas masalah mulai hadir ketika Ketra meminta suaminya untuk memotret close-up bunga di halaman rumahnya. Hasil foto ini lalu dimasukkan ke dalam komputer untuk dijadikan model lukisan bagi Ketra Oberlander.

Lalu, Ketra memperbesar gambar bunga sampai penuh di layar komputer dan menampilkan warna kontras yang maksimal. Hal ini harus dilakukan Ketra, karena matanya yang rusak hanya dapat melihat pada jarak 10 centimeter dari obejek.

Kemudian, dengan mendekatkan wajahnya ke layar komputer, Ketra mulai meniru model bunga ke dalam kain kanvas. Setiap kali melukis, ia harus bolak-balik mendekatkan wajahnya ke layar dan ke kain kanvas. Hanya dengan cara inilah ia dapat melukis sesuai objek yang dilihatnya.

Perjuangan yang melelahkan dan penuh dengan pengorbanan ini ternyata membawa hasil yang luar biasa. Lukisan bunga Ketra disukai dan dinilai bagus oleh teman-temannya.

Untuk lebih meyakinkan diri, bahwa lukisannya memang bagus dan mendapat respon positif, Ketra lalu menitipkan lukisannya pada sebuha pameran seni. Luar biasa! Bukan hanya dikagumi oleh banyak orang, malah lukisan Ketra mendapat penghargaan.

Penghargaan yang diterimanya, menguatkan hati Ketra untuk menekuni profesi baru, yaitu menjadi seorang pelukis. Sebuah keputusan yang benar yang akhirnya membawa dirinya mendapat penghargaan demi penghargaan.

Kini, Ketra Oberlander diusia 47 tahun, bukan hanya sekedar seorang pelukis handal, dia juga adalah konsultan seni dan pengusaha seni yang terkenal. Sungguh, Ketra telah berhasil menjadikan kepahitan menjadi kebaikan.

Menyerah terhadap keadaan bukanlah pilihan yang baik. Justru berusaha keras mengatasi keadaan pahitlah pilihan yang paling realistis. Walau tantangan tidak mudah dilalui, tapi kesuksesan hanya bagi orang yang berani menghadapi kesulitan dengan keterbatasan yang ada.

Bagaimana dengan kesulitan yang kita hadapi. Apakah kita sudah mengatasinya dengan gagah berani sehingga menghasilkan keadaan yang lebih baik? atau menyerah di pagi Senin ini? Mari kita melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Disini, saat ini, sekarang juga, tentunya ditambah lewat bantuan doa kepada Bapa di surga.

Tuhan memberkati kerja keras saudara. Amin
"SENYUMMU ADALAH CAHAYA JIWAMU"

Saturday, September 22, 2012

Kejujuran


  • SERIAL KATEKESE: MAKNA TERDALAM DARI DOA BAPA KAMI, DOA YANG SEMPURNA..

    Bagian 2: YANG ADA DI SURGA DIMULIAKANLAH NAMAMU, DATANGLAH KERAJAAN-MU, JADILAH KEHENDAKMU DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA

    Yang ada di surga: Ya, kita mempunyai seorang Bapa di surga, yang mengasihi kita sedemikian rupa, sehingga tak menyayangkan Anak-Nya sendiri untuk wafat bagi kita, supaya dosa-dosa kita diampuni dan kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya.[4]

    Dimuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu: Ini merupakan kerinduan kita agar semakin banyak orang dapat mengenal Allah yang mulia dan kudus.[5] Dan ini juga seharusnya disertai dengan keinginan kita untuk dipakai Allah sebagai alat-Nya untuk memuliakan nama-Nya. “Dimuliakanlah nama-Mu, ya Tuhan, dalam keluargaku, pekerjaanku, perkataanku, segala sikapku….; Jadilah Engkau Raja dalam rumahku, pekerjaanku, studiku, dalam pikiran dan perbuatanku.” Ini mengingatkan kita agar kita jangan mencari dan mengejar kemuliaan diri sendiri dalam segala sesuatu, karena segala sesuatu yang ada pada diri kita sesungguhnya adalah milik Tuhan dan harus kita gunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Dan agar dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil, kita dapat menomorsatukan Tuhan, kiranya, keputusan/ tindakan apa yang terbaik yang bisa kulakukan untuk lebih memuliakan Tuhan?

    Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga: Ketaatan dan penyerahan diri pada kehendak orang lain mensyaratkan kerendahan hati, demikian pula penyerahan diri yang total kepada Tuhan. Sering manusia berkeras dalam memohon sesuatu kepada Allah, namun di sini kita melihat, Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk berserah kepada Allah Bapa. Sebab Bapa yang Maha Pengasih mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik bagi kita, bukan saja untuk hidup kita di dunia, tetapi untuk hidup kita yang ilahi di surga kelak. Ungkapan penyerahan diri yang total ini mengingatkan kita akan doa Yesus di Taman Getsemani, “… tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42). Karena ketaatan Yesus pada kehendak Bapa inilah, maka Ia menggenapi rencana keselamatan Allah Bapa, dengan wafat-Nya di salib dan kebangkitan-Nya. Semoga kitapun bisa taat dan menyerahkan diri kita secara total kepada Allah, sehingga kita dapat mengambil bagian dalam rencana keselamatan Allah bagi umat manusia.

    Sumber: Situs Katolisitas
    --Deo Gratias--
  • GERAKAN LIMA RIBU untuk Gereja Katolik yang kurang layak di Pelosok Indonesia

    GERAKAN LIMA RIBU adalah sebuah gerakan yang dipelopori oleh Facebook Page Gereja Katolik & Catholic Church untuk membantu gereja-gereja Katolik di pelosok Indonesia. Memberi 5 RIBU/10 RIBU PER BULAN tidak akan memberatkan dan membantu banyak orang untuk mau berbagi, karena tidak jarang jumlah seringkali membuat orang enggan untuk berbagi.

    Target ke-3 adalah Gereja St. Damian, Lukumihi, Paroki St. Andreas, Ngallu, Keuskupan Weetebula. Gereja terpencil ini cukup sulit ditempuh dari pusat paroki, setengah ditempuh dengan sepeda motor dan setengah lagi dengan jalan kaki. Stasi Lukumihi memiliki umat sekitar 200 jiwa dan banyak simpatisan Katolik dari Agama Marapu (agama lokal). Setelah puluhan tahun berdiri, beginilah keadaan gereja tersebut, menanti perhatian kita untuk diperbaiki.. Mari kita bantu dengan 5 ribu kita..
    ...See More

RENUNGAN MALAM

Silahkan share ke teman2 terkasih:

Di Tiongkok pernah ada seorang guru yg sangat dihormati krn tegas & jujur.


Suatu hari, 2 murid menghadapn sang guru. Mereka bertengkar hebat & nyaris beradu fisik.

Keduanya berdebat ttg hitungan 3x7.

Murid pandai mengatakan 21,
Murid bodoh bersikukuh mengatakan 27.

Murid bodoh menantang murid pandai utk meminta GURU sbg Jurinya utk mengetahui siapa yg benar di antara mereka, sambil si bodoh mengatakan: "Jika sy yg benar 3 x 7 = 27 maka km hrs mau di cambuk 10 kali oleh GURU, tapi jika kamu yg benar ( 3x7=21 ) maka sy bersedia utk memenggal kepala sy sendiri ha ha ha ....." demikian si bodoh menantang dgn sangat yakin akan pendapatnya

"Katakan GURU mana yg benar?"
tanya murid bodoh

Ternyata GURU memvonis cambuk 10x bagi murid yg pandai (orang yg menjwb 21).

Si murid pandai protes keras!!

GURU menjawab:
"Hukuman ini bkn utk hasil hitunganmu,tp utk KETIDAK ARIFANmu yg mau2nya berdebat dgn org bodoh yg tdk tau kalo 3x7 adalah 21"

Guru melanjutkan: "Lebih baik melihatmu dicambuk & menjadi ARIF drpd GURU hrs melihat 1 nyawa terbuang sia2 dlm kebodohannya!"

Pesan yang kita bangun,

Jika Kita sibuk memperdebatkan sesuatu yg tidak berguna
berarti Kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah dari pada org yg memulai perdebatan. Sebab dgn sadar Kita membuang waktu & energi utk hal yg tdk perlu.

Bukankah Kita sering mengalaminya?

Bisa terjadi dgn Pasangan Hidup, rekan Kerja, Tetangga/Kolega, dll

Berdebat atau bertengkar utk hal yg tdk ada ujung dan hasil kesimpulannya , hanya akan menguras energi kita.

Ada saatnya lebih baik Kita diam utk menghindari perdebatan atau pertengkaran yg sia2 yang bahkan bisa menyebabkan perpecahan dan perselisihan.

DIAM bukan berarti KALAH, bukan!!?

DIAM mengajarkan kebodohan untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya. Dan kebodohan yang terus menerus terjadi karena tidak pernah mencari kebenaran sesungguhnya mencarikan jalan jalan cepat menuju kehancuran hidup.

Jadilah pintar karena merasa bodoh dan selalu ingin terus belajar menjadi baik dan benar dan janganlah bodoh karena belajar dari hal hal bodoh yang tak memberimu pelajaran yang benar.

Selamat Malam, Berkah Dalem

Friday, September 21, 2012

Renungan Pagi

Mari saudara terkasih dalam Kristus yang saat pagi ini sedang melakukan banyak aktifitas, bacalah dan renungkanlah cerita di bawah ini, agar hati dan jiwa kita makin tentram dan damai dalam memaknai setiap detik hidup ini.

Konon, ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menulis semua kebijaksanaan dunia ini. Mereka segera mengerjakannya dan empat puluh tahun kemudian, mereka telah menghasilkan ribuan buku berisi kebijaksanaan. Raja itu, yang pada saat itu telah mencapai usia enam puluh tahun, berkata kepada mereka, “Saya tidak mungkin dapat membaca ribuan buku. Ringkaslah dasar-dasar semua kebijaksanaan itu.”

Setelah sepuluh tahun bekerja, para mahaguru itu berhasil meringkas seluruh kebijaksanaan dunia dalam seratus jilid.
“Itu masih terlalu banyak,” kata sang raja. “Saya telah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah.

Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi dan memeras semua kebijaksanaan di dunia ini ke dalam hanya satu buku.
Tapi pada waktu itu raja berbaring di tempat tidur kematiannya.

Maka pemimpin kelompok mahaguru itu memeras lagi kebijaksanaan-kebijaksanaan itu ke dalam hanya satu pernyataan, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang tetap bertahan adalah cinta.”

Saudara terkasih, mau apapun yang ada di dunia ini, setiap umat manusia tak akan terhindar dari kehidupan cinta. Pagi ini bawalah seluruh cintamu yang ada di hati kepada semua orang-orang yg peduli dan sayang denganmu, bawalah cinta kepada mereka yang membenci dan mencibirmu, bawalah cinta yang telah mereka lukai dan robek itu dengan kententraman hatimu, jika seandainya cintamu bersambut artinya mereka juga mempunyai cinta yang sama, yang mengerti dan memahamimu, beningkan dunia dan cerahkan hari ini dengan sejuta cinta di setiap hati manusia di dunia ini.

Pagi yang indah Bapa, terimakasih atas cinta yang telah Engkau beri dan ajarkan kepada kami. Amin'

Selamat Pagi, Berkah Dalem

Thursday, September 20, 2012


Fratres,
Sto Josemaria Escriva, pendiri Opus Dei mengajarkan kita:
#338 Dahulu kala, di mana pengetahuan manusia---ilmu pengetahuan---itu sangat terbatas, agak mungkin bahwa seorang terpelajar sanggup mempertahankan dan membela seorang diri iman kita yang suci.

Pada zaman sekarang ini, dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan modern, pembela-pembela iman haruslah membagi tugas di antara mereka untuk membela Gereja secara ilmiah di segala bidang.

Engkau tidak dapat menghindari diri dari tanggung jawab ini."

Secara umum, terdapat tujuh pertimbangan berkaitan dengan cara kamu dan saya di dalam MENJELASKAN IMAN dan atau pun di kala dituntut untuk melakukan PERTANGGUNG-JAWABAN terhadap iman kita yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

"Kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni,"

Pedoman di atas itu datang dari AMANAT rasul Sto. Petrus pada ayat 3:15-16
“15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,

16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.. “

1. Kita sama sekali tidak akan dapat melakukannya kecuali kalau kita dan orang yang menantang iman tersebut bersikap benar dan jujur. Satu-satunya alasan yang membuat setiap orang percaya segala sesuatu adalah karena hal itu benar. Jika suatu kelompok percaya akan kebenaran tertentu sementara kelompok lainnya tidak, maka tidak akan terjadi dialog yang mendalam di antara kedua belah pihak.

2. Jika kita tidak dapat bertukar pendapat dengan sesama dalam suatu semangat cinta, maka sebaiknya kita tidak bertukar pendapat dengan mereka. Allah sendiri berkata, “Marilah, baiklah kita bermufakat” (Yes 1:18, terjemahan secara literal).

Perundingan dengan tujuan “Saya menang, Anda kalah” adalah perundingan yang gagal, karena meskipun argument yang kamu sampaikan menang, kamu akan kehilangan sesamamu. Di atas semuanya itu, kita harus memenangkan sesamamu DAN BUKAN memenangkan SUATU pendapat (1Kor 9: 19-22).

“19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.

21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.

22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.”

Fratres,
Orang2 hanya akan percaya dengan seseorang yang mau mendengarkan orang lain.

Biarkanlah sesamamu itu menyampaikan alasan-alasan atas kepercayaannya.

Jadi pertama-tama, dengarkanlah, dengan sungguh-sungguh.

Kedua, ajukan pertanyaan kepadanya. Jadi, mula-mula jadilah muridnya dan biarkanlah dia menjadi gurumu.

Kemudian yang ketiga, temukanlah kelemahan dalam hal apa dia percaya dan ajukanlah pertanyaan tentangnya. Tertariklah dengan kepercayaannya dan dia mungkin akan tertarik dengan kepercayaanmu.

Bacalah Kis 17:16-34 untuk melihat cara Sto. Paulus menggunakan metode ini.

3. Pertimbangan-pertimbangan imanmu tidak membutuhkan bukti-bukti saintifik atau seilmiah atawa canggih. Ketika kita berbicara tentang orang, dan alasan-alasan mempercayai orang, kita tidak membutuhkan bukti-bukti canggih, kita hanya membutuhkan pertimbangan yang baik maupun petunjuk yang benar. Kita menambahkan bukti-bukti saintifik hanya pada hal-hal yang ada di dunia ini. Allah bukan sesuatu yang ada di dunia. Dia adalah Pribadi yang menciptakan dunia (Kej 1:1; Kej 1: 4).

4. Janganlah bersandar pada kecerdasan diri sendiri saja, tetapi terutama kepada Allah. “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mzm 127:1). Hal ini berlaku untuk bangungan ide (argument) dan juga bangunan diri (iman) kita, sebagai Gereja yang dibangun di atas Simon Kefas sang batu karang dan bukan di atas pasir.

Kita ini sebatas hanya bisa menyediakan semua sarana bagi Allah yang dapat Ia pergunakan dari kita.

Dia berkarya di dalam hati manusia.

PENTING:
Kita tidak dapat mengubah siapa pun. Hanya Allah yang dapat melakukannya. Meskipun begitu, kita DAPAT MENABURKAN BENIH kepada sesama di sekeliling untuk kemudian dikembangkan oleh Allah bukan?

Menjalankan tugas perutusan setiap kita yang kita terima dan bawa pulang setiap hari Minggu pada berkat penutup, “Ite, Missa est”—“Pergilah, kalian diutus.”

5. Janganlah takut untuk beradu argument dengan orang-orang yang tidak percaya, PUN tidak soal seberapa cerdas engkau dibandingkan dengan orang itu. Engkau memiliki sesuatu yang tak kunjung padam di pihakmu: yakni kepenuhan kebenaran; absolute truth. Percayalah, tidak akan ada nada argument yang valid yang dapat melawan iman Katolik kita yang kudus. Tidak akan ada pertentangan yang sungguh sanggup memisahkan iman dan akal budi, atau antara iman dan sains, atau iman dan logika. Semua kebenaran adalah kebenaran Allah, dan Allah tidak mengandung kontradiksi di dalam diri-Nya sendiri. Ini dijamin oleh Allah sendiri.

6. Ingatlah bahwa, bahwa manusia itu terutama digerakkan lebih oleh hati dibandingkan oleh akal mereka. Tunjukkanlah kepada mereka cinta Allah dan mereka akan mau percaya kepada-Nya.

Orang-orang tidak percaya terutama karena mereka salah paham dan takut: mereka mungkin berpikir bahwa Allah adalah seperti manajer bank di angkasa, atau penjaga buku, atau polisi.

Ingatlah fakta bahwa dunia dan peradaban di dunia ini diubah oleh Allah melalui 12 petani, nelayan, tabib (para 12 rasul pertama) dan aneka macam profesi yang terbukti sanggup menunjukkan siapa Allah itu sesungguhnya kepada mereka2 yang pada awalnya tidak percaya, bukan?

7. Ketika berjumpa dengan sesama orang Kristiani, hal pertama yang ingin mereka lakukan bukan ingin mempertanyakan atau membuktikan eksistensi Allah, keilahian Kristus, atau otoritas Ilahi Gereja. Itu soal lain.

Ketika berjumpa dengan orang Kristiani atau sesama umat Gereja Allah, reaksi orang-orang adalah “kami juga ingin memiliki apa saja yang kalian miliki.” Orang Kristiani umumnya akan berkata, “Yang kami miliki adalah Yesus.” Lalu setelah mengetahui Kristus melalui orang Kristiani, mereka ingin mengenal Allah melalui Kristus. Hal seperti itu sungguh terjadi dan terbukti dari sekian diskusi yang selama ini terjadi pada beberapa posting di sini, fratres.

Iman adalah sesuatu yang mengagumkan untuk dibagi-bagikan. Iman selalu membawa kebahagiaan, dan kebahagiaan pula kepada diri kita pribadi pada saat dibagi-bagikan. Karena Warta Gembira, Kabar Baik yang kita teruskan. Menjadi terang dan garam. Tetapi, usaha untuk membagikan iman itu tentunya mesti dilakukan dengan lembut dan penuh hormat (1Pet 3:15).

"Damnant quod non intellegunt!"--"Mereka [baca: manusia itu cenderung untuk] menyalahkan/mengutuk apa yang mereka tak mengerti."

Wednesday, September 19, 2012

Fratres,
Banyak orang Katolik yang sering merasa tak pandai dalam merangkai kata memanjatkan doa yang BAGUS [DAN BENAR secara teologis!). Saya dan kamu mungkin termasuk salah satunya. Itu sebabnya ada yang lebih suka pakai rumusan doa resmi atau rumusan doa tradisional yang sudah berusia puluhan, bahkan ratusan tahun dipakai oleh Gereja Universal.

Berikut ini adalah doa makan tradisional, yang dipakai Gereja Katolik dari ujung utara Amerika sampai ujung selatan Afrika; dari Istana Kepausan di Vatikan sampai ke biara-biara kuno di Eropa dan rumah-rumah umat awam.

Doa-doa ini dikutip dari terjemahkan dari buku' Preces Selectae (Doa-Doa Terpilih) terbitan Vatikan.

Aslinya tentu, SEPERTI SELALU dalam Bahasa Latin yang turut disertakan juga di bawah ini, buat mereka2 yang tertarik dan mau belajar.

Versi Bahasa Inggrisnya banyak kok bertebaran di internet, kalau2 mau boleh mencoba di-Google.

SEBELUM MAKAN

~ "Berkatilah, Ya Tuhan, kami dan pemberian-pemberian-Mu ini,
yang akan kami sambut dari kelimpahan-Mu.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami." (Amen.)

~ Sebelum makan siang:
"Semoga Raja kemuliaan kekal menjadikan kita peserta perjamuan surgawi." (Amen.)

~ Sebelum makan malam:
Semoga Raja kemuliaan kekal membimbing kita ke perjamuan hidup abadi." (Amen.)
------------------------------------

ANTE MENSAM (= SEBELUM MAKAN)

Bénedic, Dómine, nos, et haec tua dona,
quae de tua largitáte sumus sumptúri.
Per Christum Dóminum nostrum. (Amen.)

~ Ante prandium:
Mensae caeléstis partícipes fáciat nos Rex aetérnae glóriae. (Amen.)

~ Ante cenam:
Ad cenam vitae aetérnae perdúcat nos Rex aetérnae glóriae. (Amen.)

DOA SESUDAH MAKAN

"Kami mengucap syukur kepada-Mu, Allah Yang Mahakuasa,
atas segala anugerah-Mu:
Engkau yang hidup dan meraja sepanjang segala abad." (Amen.)

Semoga Allah memberi kita damai-Nya.
Dan hidup kekal. (Amen.)

~ POST MENSAM (= DOA SESUDAH MAKAN)

Agimus tibi grátias, Omnípotens Deus,
pro univérsis benefíciis tuis:
Qui vivis et regnas in sáecula saeculórum. (Amen.)

Deus det nobis suam pacem.
Et vitam aetérnam. (Amen.)

Bagus, ya?
Singkat dan mantap.
Lagipula, siapa yang bilang doa makan itu harus panjang dan bertele-tele?

"Fide, sed qui, vide!"--"Percayalah tapi berhati-hatilah memilih orang yang kau percayai."

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis, 'De Imitatione Christi, II, 2, 2]
*Credit to Albert Wibisono dan re-post dari Blog Tradisi Katolik pada tautan < http://www.tradisikatolik.blogspot.com/ >

PS.
Keterangan gambar: Sto Benedictus dari [kota kecil] Norcia di Italia, pelindung benua Eropa yang namanya secara sengaja dipilih oleh +Joseph Kardinal Ratzinger (kini Paus Benediktus XVI yang kita kasihi), sedang siap bersantap bersama para biarawan2.

Fratres, mengenai MANFAAT SALIB itu:
Dalam surat-suratnya, Sto. Fransiskus dari Sales bercerita tentang kebiasaan di daerah-daerah pedalaman di mana beliau tinggal.

Dia sering melihat seorang buruh tani melintasi ladang untuk menimba air di sumur.

Dia juga melihat bahwa, sebelum dia mengangkat timba yang sudah penuh dengan air itu, anak gadis buruh tani itu SELALU MELETAKKAN SEPOTONG ke atasnya.

Suatu hari Sto. Fransiskus bertanya kepadanya, “Mengapa kamu melakukan itu?”

Dia tampak terkejut lalu menjawab, seolah-olah memang demikian seharusnya, “Mengapa? Agar airnya menjadi tenang dan tidak tumpah.”

Ketika menulis surat untuk seorang sahabat setelah peristiwa itu, Uskup Fransiskus dari Sales menceritakan hal ini dan menambahkan, “Jadi, bila PADA SAAT hatimu sedang resah dan bergolak, letakkanlah salib ke tengahnya agar hatimu tenang dan tidak resah.” ~Barclay

*"Fluctuat nec mergitur!"--"Terombang-ambing tapi tak tenggelam."

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis, 'De Imitatione Christi, II, 2, 2]
*Moto ibukota Perancis, Paris.

Tuesday, September 18, 2012

"BERTERIMA KASIHLAH SELALU"

Kadang terjadi bahwa ada saja bantuan barang atau hal yang kita terima dalam hidup tanpa tahu siapa pemberi dan mengapa mereka memberi kepada kita. Entah tahu atau tidak tapi seuntai TERIMA KASIH harus keluar dari mulut dan bibirmu karena sesungguhnya Tuhan selalu ada dibalik segala bentuk kebaikan yang Anda terima.

***Duc in Altum***
~KATEKESE~

SAKRAMEN PERMINYAKAN ATAU SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
Banyak dari antara kita yang takut mendengar kata “Sakramen Peminyakan”. Ketakutan terbesar adalah bahwa bila menerima Sakramen ini, berarti adalah suatu “pertanda” bahwa orang yang menerimanya sebentar lagi akan meninggal. Bagaimana sebenarnya?

ISTILAH UNTUK SAKRAMEN INI DAN BAGAIMANA SAKRAMEN INI DITERIMAKAN

Dalam Gereja Katolik, Sakramen Perminyakan atau Sakramen Pengurapan, termasuk ke dalam Sakramen Penyembuhan selain Sakramen Tobat. Sakramen ini diterimakan oleh Uskup dan Imam. Minyak yang digunakan adalah minyak yang yang sudah diberkati Uskup secara khusus. Minyak ini disebut OLEUM INFIRMORUM (OI), dan berbeda dari Minyak Krisma ataupun Minyak Katekumen.

Dalam Gereja Ortodoks (yang terpisah dari Gereja Katolik) , Sakramen ini diterimakan oleh tujuh, lima, atau tiga orang imam, namun demikian apabila mendesak dapat oleh satu imam saja. Apabila terjadi bahwa umat Katolik berada di suatu daerah terpencil di mana tidak ada Gereja Katolik, namun yang ada adalah Gereja Ortodoks, umat katolik dapat meminta pelayanan Sakramen ini pada imam Gereja Ortodoks DALAM SITUASI DARURAT DAN MENDESAK.

Adapun istilah bahasa Inggris untuk Sakramen ini, yaitu “Extreme Unction” baru menjadi populer pada akhir abad ke-20 dan tidak pernah terjadi di kalangan Gereja Katolik Timur . Dikatakan “Extreme Unction” adalah karena pengurapan ini ditujukan untuk mereka yang dalam kondisi IN EXTRIMIS (secara khusus diterapkan pada orang yang menjelang ajal). Dalam Gereja Katolik Timur, Sakramen ini dikenal dengan nama EUCHELAION. Adapun nama lain seperti ELAION HAGION, HEGISMENON, atau ELAION masih juga digunakan. Umat Gereja Katolik Latin, tentu saja amat sangat diperbolehkan menerima Sakramen ini dari imam Gereja Katolik Timur, entah dalam keadaan wajar ataupun darurat.

PERTANGGUNGJAWABAN ATAS SEGI SAKRAMENTAL PENGURAPAN ORANG SAKIT

BERBEDA dengan jemaat gerejawi (Protestan), sejalan dengan KONSILI TRENTE, Gereja Katolik mengakui bahwa Pengurapan Orang Sakit adalah SUNGGUH-SUNGGUH SAKRAMEN YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS KRISTUS SENDIRI seperti yang tersirat dalam Markus 6:13 yang berkata demikian : “...dan mereka (pengikut-pengikut Yesus) mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. “ Dalam perjalanan waktu, sakramen ini kemudian diperintahkan kepada orang beriman dan dipromulgasikan (atau“diundangkan”) secara resmi oleh Rasul Sto.Yakobus, seperti juga tertulis dalam Kitab Suci, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yak 5:14-15). Penatua Jemaat adalah Presbiter, yaitu tidak lain adalah imam DAN BUKAN seorang yang dituakan dalam jemaat. Mengapa seorang imam? Karena dalam Sakramen ini ada unsur pengampunan dosa.

MATERIA DAN FORMA
Materia remota Sakramen Pengurapan Orang Sakit adalah minyak yang sudah diberkati Uskup (OI) sedangkan materia proximata adalah pengurapan dengan OI. Pada masa lampau, Imam mengurapi kelima panca indera eksternal (mata, telinga, lubang hidung, bibir, tangan) dan kaki, serta pada pinggang (khusus untuik pria jika berterima dengan adat setempat dan jika si sakit dapat leluasa bergerak). Sambil mengurapi setiap panca indera si sakit, imam berkata, (terjemahan bebas dari bahasa Inggris) “Semoga lewat pengurapan suci ini dan belas kasihan-Nya, Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan apapun melalui (indera) penglihatanmu (pendengaranmu, penciumanmu, perasamu,peraba, pada waktu engkau berjalan, (segala) kenikmatan duniawi). Kini, pengurapan dapat dilakukan hanya pada dahi (dan tangan) , dan hal ini sudah memenuhi validitas Sakramen. Dalam bahasa Indonesia, rumusan yang lazim digunakan adalah, “'Semoga dengan pengurapan suci ini, Allah yang maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Ia membebaskan Saudara dari dosa, menganugerahkan keselamatan, dan berkenan menabahkan hati Saudara”. Adapun forma Sakramen ini adalah doa resmi yang digunakan oleh baik oleh Gereja Katolik Latin maupun Gereja Katolik Timur.

SIAPA SAJA YANG DAPAT MENERIMA SAKRAMEN INI?
KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (1514-1515)

1514 Urapan orang sakit "bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada di ambang kematian saja. Maka saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba, bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia" (SC 73)
1515 Kalau seorang sakit yang telah menerima urapan ini sehat kembali, maka ia dapat menerima lagi Sakramen ini, apabila ia sakit berat lagi. Dalam menderita penyakit yang sama, Sakramen ini dapat diulangi, kalau keadaan makin buruk. Dianjurkan agar seorang yang menghadapi operasi besar, menerima Urapan Orang Sakit. Demikian juga berlaku untuk orang tua renta, yang kekuatannya mulai melemah.

BUAH YANG DITERIMA DARI SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (1520-1523)

1520 Satu anugerah khusus Roh Kudus. Rahmat pertama Sakramen ini ialah kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan satu penyakit berat atau dengan kelemahan karena usia lanjut. Rahmat ini adalah anugerah Roh Kudus, yang membaharui harapan dan iman kepada Allah dan menguatkannya melawan godaan musuh yang jahat, melawan godaan untuk berkecil hati dan rasa takut akan kematian Bdk. Ibr 2:15.. Bantuan Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah Bdk. Konsili Firense: DS 1325.. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Yak 5:15) Bdk. Konsili Trente: DS 1717.
1521 Persatuan dengan sengsara Kristus. Oleh rahmat Sakramen ini, orang sakit menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi dengan sengsara Tuhan. Ia seakan-akan ditahbiskan untuk menghasilkan buah melalui keserupaan dengan sengsara Juru Selamat yang menebus. Sengsara sebagai akibat dosa asal, mendapat satu arti baru: ia menjadi keikutsertaan dalam karya keselamatan Yesus.

1522 Rahmat Gerejani. Karena "secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus, maka orang-orang sakit memberi sumbangan bagi kesejahteraan umat Allah" (LG 11). Dalam upacara Urapan Orang Sakit, Gereja mendoakan orang sakit di dalam persekutuan para kudus. Sebaliknya orang sakit menyumbangkan melalui rahmat Sakramen demi pengudusan Gereja dan kesejahteraan semua orang, untuk siapa Gereja menderita dan menyerahkan diri kepada Allah Bapa melalui Kristus.

1523 Persiapan untuk perjalanan terakhir. Kalau Sakramen Urapan Orang Sakit diberikan kepada mereka yang menderita penyakit berat atau kelemahan, maka lebih lagi kepada mereka yang siap berpisah dari hidup ini (mereka yang "rasanya sudah berada di akhir hidup ini": Konsili Trente: DS 1698). Karena itu ia dinamakan juga "Sakramen orang yang menghadapi ajal" (ibid.). Urapan Orang Sakit membuat kita secara definitif serupa dengan kematian dan kebangkitan Kristus yang telah dimulai oleh Pembaptisan. Ia menyempurnakan urapan-urapan kudus yang membina seluruh hidup Kristen: urapan Pembaptisan mencurahkan hidup baru bagi kita; Penguatan meneguhkan kita untuk perjuangan hidup ini. Urapan terakhir ini membekali akhir hidup kita di dunia ini dengan satu tanggul kuat berhadapan dengan perjuangan perjuangan akhir sebelum masuk ke dalam rumah Bapa.

Semoga melalui uraian ini, menjadi jelas bahwa Kristus sangat menghargai keutuhan manusia, jiwa dan raga. Ia tidak hanya peduli akan keselamatan jiwa kita namun juga kesehatan raga kita. Ia hendak menebus kita jiwa dan raga. Amin.

~IOJC (tu scis quia amo te)~
Renungan Pagi: "JANGAN MENANGIS!"
Selasa, 18 September 2012
Bacaan Injil: Luk 7:11-17


Kematian tubuh adalah batas kehidupan di dunia tapi kematian hati dan pikiran akan membuat hidupmu merana di atas dunia yang tercipta untukmu." Dalam keduanya engkau membutuhkan Yesus untuk memberi kelepasan dan kehidupan baru kepada jiwamu.

Lewat tindakan membangkitkan kembali pemuda di Nain, Yesus mengembalikan hidup bukan hanya kepada pemuda itu, tapi juga memulihkan martabat janda yang mengalami kesedihan dan keputusaan akibat kematian sang putra.

Karena itu, di tengah problem hidup yang menindimu saat ini, di tengah duka dan nestapa hatimu, di tengah himpitan duri-duri yang menusuk baik raga maupun jiwamu, Yesus mau mendatangimu di pagi ini dan berkata seperti Ia pernah berkata kepada janda yang bersedih karena kematian anak tunggalnya; "JANGAN MENANGIS....AKU DI SINI UNTUKMU, ANAK-KU!" Ya, jangan menangis karena Yesuslah satu-satunya sumber kebahagiaan jiwamu di tengah derita-deritamu. Dialah yang akan memulihkan hidupmu asalkan engkau percaya dan menggantungkan segala harapan hidupmu pada-Nya.

Berilah sebuah senyum kepada dunia karena sesungguhnya Yesuslah alasan jiwamu bersuka cita, dan wajahmu berseri di pagi ini, di sepanjang kehidupanmu.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***
Pertunjukan Ular

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.

Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada t
ubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.

Renungan : “Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”

Selamat Pagi Berkah Dalem

Monday, September 17, 2012

“Primum non nocere!”—“ Pertama-tama janganlah menyakiti.”

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis, 'De Imitatione Christi, II, 2, 2]
SHARING HARI INI: APA KESAN ANDA MELIHAT MEREKA?
Jangan pernah berpikir bagi keluarga Katolik yang ingin mengakhiri perkawinan mereka.. Mampukah kita setia seperti mereka?

--Deo Gratias--

Sunday, September 16, 2012

Ave Maria

Ave Maria, gratia plena, Dominus tecum, benedicta tu in mulieribus, et benedictus fructus ventris tui Iesus. Sancta Maria mater Dei, ora pro nobis peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae. Amen
“Bertumbuh dalam persahabatan dengan Kristus harus berarti mengenali pentingnya partisipasi suka cita dalam kehidupan parokimu, komunitas dan gerakan, juga perayaan Misa Minggu, penerimaan Sakramen Tobat yang sering, dan pemeliharaan doa pribadi dan meditasi tentang sabda Allah. Persahabatan dengan Yesus juga akan menuntunmu untuk menjadi saksi iman dimanapun kamu berada, bahkan ketika kamu bertemu penolakan atau indiferens (sikap acuh tak acuh). Kita tidak bisa bertemu Kristus dan tidak ingin untuk membuatnya dikenal orang lain. Jadi jangan simpan Kristus untuk dirimu sendiri! Bagilah sukacita imanmu dengan orang lain. Dunia memerlukan kesaksian imanmu, dunia sungguh membutuhkan Allah.” - Paus Benediktus XVI

Gereja Katolik St Joseph Laboi


Foto ini adalah foto para warga Libanon yang menunggu kedatangan Bapa Suci Benediktus XVI.

Terlihat spanduk yang dibawa bertuliskan "Have no fear, The Pope is here." "Jangan takut, Paus di sini."

Seorang warga Libanon bernama Melodia Bell berkomentar:
"Saya dari Libanon. Orang-orang di Libanon, baik Kristen maupun Islam, sungguh sangat senang dengan kunjungan Paus. Beliau membawakan harapan dan damai kepada semua orang. Orang-orang di Libanon telah menunggu kunjungannya sejak waktu yang sangat lama. Bapa Suci memang sungguh berani untuk pergi ke sini sekarang! Kami berterimakasih kepadanya atas kata-kata, keberanian dan kunjungannya."

(CNS photo/Paul Haring) (Sept. 14, 2012) See LEBANON-ARRIVE Sept. 14, 2012. @2012 Catholic News Service

Pax et Bonum

Saturday, September 15, 2012

LAYANG-LAYANG

Sebuah layang-layang yang baru saja selesai dibuat. Pemiliknya membawa ia ke lapangan terbuka. Secara perlahan-lahan layang-layang itu menemukan dirinya terbang semakin lama semakin tinggi.

Ketika ia mengangkat wajahnya menengadah ke langit, ia berteriak gembira; 'Wuaahhh, langit yang biru. Aku akan terbang tinggi sampai ke ujung sana.'

Namun tiba-tiba ia merasa bahwa perjanannya kini agak tersendat dan menjadi berat. Ia tidak bisa bergerak lebih tinggi dan tak mampu maju lebih jauh lagi. Ketika ia menundukkan kepalanya, barulah ia tahu kalau pemiliknya memegang kuat ujung benang. Benang itulah yang membuatnya tak bisa terbang tinggi.

Layang-layang itu menjadi amat marah. 'Mengapa ia tidak melepaskan aku?? Bila aku dilepaskan secara bebas, aku pasti akan terbang lebih tinggi menembusi awan-awan yang ada jauh di atas sana.' Demikian layang-layang itu berontak.

Tiba-tiba tali benang itu terputus. Dan Ternyata bukan kenikmatanlah yang dia peroleh. Sebaliknya, ia kini jungkir balik terbang tak teratur dibawa angin. Angin kencang datang menghembus, dan ia jatuh tersangkut di atas sebatang pohon. Rangka-rangkanya patah. Kertas-kertasnya sobek. Ia kini menjadi seonggok sampah yang tak berbentuk.

Saudara terkasih dalam Kristus,
Tuhan memang pasti memberikan kita talenta, dan baik sekali bila kita menyadarinyanya serta kita kembangkan. Namun ingatlah segala sesuatu yg terjadi dlm hidup kita, adalah Tuhan yg memegang kendali. Maka saat berada dlm keadaan apapun rendah hati u/ selalu ingat diriNYA adalah kebijaksanaan hidup...
Karena pada saat seseorang berkata bahwa ia hebat & kuat, saat itu merupakan awal kehancurannya.

Berkah Dalem

Thursday, September 13, 2012

Keadilan harus diperjuangkan dengan cara yang mulia dan tak ternodai, dengan tidak berbuat dosa.

*"Beati pauperes spiritu!--"Berbahagialah mereka yang rendah hati."

Fratres,
Tentu banyak yg pernah mendengar prinsip 'The end does not justify the means', ya? Maksudnya, 'Tujuan Tidak Membenarkan Cara.' Artinya, walaupun tujuannya baik, tidak lantas segala macam cara dibenarkan untuk diperbuat untuk mewujudkan tujuan yang baik tersebut.

Kita mundur ke belakang, pada peristiwa final Piala Dunia 2006, Germany: French Vs Italia. Marco Materazzi memprovokasi Zinedine Zidane. Materazzi mengata-ngatai Zidane sebagai teroris dan saudara perempuan Zidane adalah pelacur. Zidane kemudian menanduk Materazzi. Kartu merah dihadiahkan kepada Zidane. Beberapa hari setelah final, yang dimenangkan Italia lewat penalti, Materazzi dihukum oleh FIFA dan diberikan sanksi sebagai hukuman.

"Two wrongs don't make a right."
Satu kesalahan tidak bisa ditambah kesalahan lainnya untuk kemudian menjadikan satu kebenaran. Sebuah frase yang cukup terkenal di dunia Barat, bahkan sering diadaptasi dalam film2 layar lebar Hollywood ataupun serial televisi yang mewarisi sedikit banyak nilai-nilai Gereja (meskipun mereka sekarang berusaha sekuat tenaga untuk membuang segala pengaruh Gereja dan diakui mencapai kesuksesan yang cukup besar). Ini adalah suatu prinsip yang sangat Katolik sekali.

Semangat dari prinsip ini mengajarkan bahwa meskipun kita dijahati, kita tidak bisa membalas perbuatan itu dengan kejahatan lainnya. Karena dengan melakukan kejahatan sebagai balasan atas tindakan kejahatan yang dilakukan pada kita, maka itu sama saja membenarkan adanya kejahatan.

Jadi kalau kita sudah membalas yang jahat dengan yang jahat, apa yang membedakakan kita dengan orang yang sudah menjahati kita? Sekalipun pembalasan kita yang jahat tersebut sama nilainya atau lebih kecil nilainya dari kejahatan yang dilakukan terhadap kita namun tetap saja kita telah memberi pembenaran terhadap yang jahat, yang relatif itu hanya terletak pada kadar atau tingkatan "nilai"-nya [saja], toh?

Pada akhirnya kita tidak berusaha untuk menjauhi yang jahat sama sekali, tapi melakukan kompromi dengan prinsip "minus malum" ("jahat minimal") yang super sesat itu.

Materazzi tentunya kurang ajar dan melanggar sportivitas karena lancang menghina orang yang dicintai Zidane, Lapindo bisa jadi punya kehendak buruk dan ingin lempar tanggung jawab, NAMUN SEMUA ITU TIDAK MEMBENARKAN PERBUATAN JAHAT APAPUN SEBAGAI BALASAN ATASNYA.

Materazzi, Zidane, telah bersalah karena melakukan kesalahan.

one wrong + one wrong =//= one right

one wrong + one wrong = two wrongs

Kondisi terpojok seperti apapun tidak membenarkan seseorang untuk berbuat dosa. Setiap orang diberi rahmat yang cukup untuk tidak berbuat dosa (1Kor 10:13). Karena itu tidak akan pernah ada kondisi terpojok yang satu-satunya jalan keluar adalah berdosa. Allah tidak akan mengijinkannya.

Hanya kelemahan manusia-lah yang membuat mereka mengira bahwa mereka harus berdosa untuk keluar dari masalah. Pemikiran seperti ini berarti MERASA LEBIH BIJAK DARIPADA Allah.

Sekalipun kamu lapar dan tidak punya uang atawa makanan, maka kalau kamu mencuri, maka kamu telah berdosa (bisa berat, bisa ringan). Sekalipun sebagai contoh perusahaan Lapindo tidak memberi uang sesenpun atau pemerintah cuek 100% pada hal tersebut sama sekali ini tidak membenarkan perbuatan dosa oleh para korban yang adalah penghinaan terhadap Allah dan tidak pernah boleh dilakukan.

Keadilan harus diperjuangkan dengan cara yang mulia dan tak ternodai, dengan tidak berbuat dosa.

Mentalitas kebanyakan orang yang dengan gampang membenarkan perbuatan dosa menjadi motivasi untuk meneruskan pengajaran kuno Gereja yang selalu sama sampai akhir jaman ini. Terutama karena pada masyarakat yang tidak berbudaya Kristen seperti di Republik kita tercinta ini yang kurang terbiasa atau bahkan tidak pernah mendengar prinsip ini (Two wrongs don't make a right).

Bahkan, kalau tidak salah, pada pengajaran "sebelah/tetangga" pernah bilang, "Kalau kamu dijahati maka balasalah dengan kejahatan yang serupa. Tapi kalau bisa ampunilah." Mungkin prinsip yang dikenal seperti inilah yang membuat masyarakat Indonesia, yang mayoritas non-Katolik, asing terhadap pengajaran"Two wrongs don't make a right" ini.

Lakukan apa yang bisa dilakukan tanpa berbuat dosa atau melanggar hukum.

Kalau memang satu-satunya tindakan yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian adalah tindakan yang melanggar hukum atau dosa, ya JANGAN DILAKUKAN!

Btw, yang di atas ini tidak akanpernah terjadi.

"No act of sin, even venial one, is justifiable".

"Tidak pernah ada di dunia ini suatu kejadian atau kondisi di mana jalan keluarnya adalah dengan melakukan dosa." Ini dijamin Allah sendiri.

Allah memberi rahmat semua orang untuk menghindar dosa. Allah selalu mengajak manusia untuk tidak dosa. Ketika seseorang berdosa kepada orang lain maka dalam dosa tersebut, selain si orang lain telah tersalahi, otomatis rahmat Allah juga terabaikan, ajakan Allah juga terabaikan. Ini menghinakan Allah.

Setiap orang diberi rahmat yang cukup untuk tidak berbuat dosa (1Kor 10:13). Karena itu tidak akan pernah ada kondisi terpojok yang satu-satunya jalan keluar adalah berdosa. Allah tidak akan mengijinkannya.

Pada ajaran seberang, kita "harus membunuh" mereka yang menyerang kita. Sedangkan dalam GK kita tidak diperintahkan untuk membunuh, tetapi jika kita terpaksa membunuh dalam proses membela diri, hal itu tidak salah.

Dalam Gereja Katolik, membela diri tidak harus dengan cara membunuh. Tewasnya si agresor hanyalah salah satu hal yang bisa terjadi dari proses pembelaan diri. Itu tidak salah, tetapi juga bukanlah sebuah cara yang dianjurkan.

Dalam hukum, seperti yang diajarkan kepada semua Mahasiswa hukum di awal-awal kuliah mereka, berlaku prinsip, "hukum yang lebih tinggi mengalahkan hukum yang lebih rendah."

Ini juga berlaku di Indonesia. Di jaman otonomi bebas ini setiap provinsi bisa membuat hukum-hukum sendiri dengan cukup bebas. Namun tentunya tidak bisa hukum tersebut bertentangan dengan hukum KUHAP sebagai contoh.

Hukum ilahi adalah hukum tertinggi yang mengatasi segala hukum. Karena itu tidak ada yang boleh menentangnya.

Mengambil contoh mengenai larangan masuk agama Katolik, yang dipraktekkan banyak negara2 tertentu di Timur-Tengah (Pakistan, Saudi Arabia, Republik Islam Iran, dll) ini bertentangan dengan hukum ilahi, jadi tidak bisa diterima.

~ Para martir Kristen selalu berusaha menaati hukum negara Romawi yang kafir dan menindas mereka sepanjang tidak bertentangan dengan hukum ilahi.

~ Mereka membayar pajak kepada pemerintahan yang menindas mereka, dan menghormati Kaisar sebagai pimpinan negara.

~ Dan sejarah tidak mencatat pemberontakan atau gerakan separatis Kristen terhadap pemerintahan Romawi. Mereka taat kepada hukum negara dan kepada Allah.

~ Apapun itu kalau kamu berada dalam suatu negara yang hukumnya menurut kamu tidak adil. Moral Katolik menuntut kamu untuk menentangnya dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum ilahi dan hukum negara yang bersangkutan.

Semoga pembagian kumpulan penerusan pengajaran moral Gereja ini dapat dimengerti dan bermanfaat.

*"Beati pauperes spiritu!--"Berbahagialah mereka yang rendah hati."

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. Thomas A Kempis, Imitatione Christi, II, 2, 2)
*Kalimat ini diambil dari Kitab Suci Perjanjian Baru Injil Matius 3:5 yang lebih kita kenal sebagai 'Khotbah di Atas Bukit'.

**Credit to DeusVult, Evangelos.
"AKU HANYA PERLU DIBERRI KESEMPATAN, PAK!"


Keluar dari pintu kereta api siang di station Katipunan-Quezon City, Filipina, di dekat tempat kostku, aku berjalan santai menuju eskalator...(tidak seperti biasanya selalu berlari cepat untuk menjadi nomor satu yang naik eskalator sambil memandang para penumpang lain yang seakan menyerbu eskalator...soalnya tiap saat rasa jengkel juga melihat kebanyakan laki-laki Filipina yang biasanya berkejaran untuk menaiki elevator - mengejar waktu karena kesibukan mereka)...tiba-tiba terlihat seorang cacat kaki, yang sedang duduk di kursi rodanya sambil menunggu menjadi pengguna terakhir eskalator agar tidak mengganggu yang lain, yang mempunyai mata, kaki, tangan, telinga, otak dan hati seperti saudara dan aku, namun kadang kita tidak menggunakannya dengan bijak.

Melihatnya, aku bergegas membantunya menggapai tangga eskalator...tapi tiba-tiba keluarlah kalimat singkat, padat yang membuatku hanya terpaku diam menatapnya tanpa sepata kata pun keluar membalasnya; "Pa, terima kasih...tidak usah bantu aku...Aku bisa melakukannya untuk diriku...Apa yang kubutuhkan hanyalah SEBUAH KESEMPATAN yang diberikan oleh orang lain untuk menggapai tangga eskalator ini. Akan tetapi, karena setiap orang seakan mengejar waktu, maka aku hanya menunggu menjadi orang terakhir." Teringatlah aku akan kisah penyembuhan si lumpuh di kolam Betesda;"...Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."(Yoh 5:2-9)

Aku lalu melangkah mundur dari pintu masuk eskalator, dan membiarkan dia membawa dirinya dengan kursi rodanya memasuki - menaiki tangga eskalator itu dengan cara bertumpuh pada kekuatan kedua tangannya yang kekar di pinggiran sisi tangga eskalator. Aku yang ada di belakangnya hanya terkagum-kagum memandangnya, dan ada rasa sedih sesal menyergap tubuh dan jiwaku.

Jarak dari station kereta api ke tempat kostku yang biasanya hanya 20 menit berjalan kaki, kini harus kutempuh dengan durasi waktu hampir 40 menit hanya karena rasa yang berkecamuk di dalam jiwaku, sampai hampir-hampir ditabrak mobil...Sopir menindis klakson yang membuatku harus melompat ke pinggir jalan karena memang telah mengambil area jalan mobil.

Ya, aku sadar bahwa kadang aku sendiri tidak memberi kesempatan kepada orang lain, apalagi orang kecil dan papa, orang cacat, bahkan sesama sahabatku sendiri untuk mengekspresikan diri dan kemauan mereka dengan bebas. Sering aku tidak memberi peluang kepada mereka untuk menggapai impian-impiannya. Ya, dunia ini panggung sandiwara yang memberi kepada setiap orang kesempatan untuk menjadi pemeran, namun betapa seringnya kita memerankan peranan yang tidak sesuai dengan hati nurani kita.

Di sore/malam ini, kudatangi lagi engkau para sahabatku, dan mengingatkanmu untuk tidak lupa memberi kesempatan kepada siapa saja yang ada bersamamu untuk menggapai impian-impian mereka dengan bebas....Apa yang mereka butuhkan mungkin tidak selamanya bantuan materi dan uang, tapi hanyalah sebuah hati yang mampu memberi mereka sebuah kesempatan dan peluang untuk dapat melakukan apa yang bisa mereka lakukan sesuai dengan cita dan impian mereka. Mungkin mereka yang di luar rumah sangatlah jauh untuk kau gapai, tapi ingatlah masih ada sesamamu yang paling dekat, yakni yang sekantor, seperusahaan, bahkan yang serumah denganmu. Sungguh, mereka menanti kesempatan dan peluang yang terberi dari ketulusan hatimu.

Akhirnya, bila saja kita mau untuk melakukan hal ini, selalu memberi kesempatan dan bahagia melihat orang lain menggapai impian, cita dan cinta mereka, maka betapa indahnya dunia ini karena sesungguhnya "surga telah mendarat di duniamu, duniaku, dan dunia kita bersama.


Goresan hati seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***

Monday, September 10, 2012

Fratres,
Gambar ini adalah foto asli seperti yang disiarkan oleh televisi Jepang pada Oct. 13, 1973.

Penampakan mukjizat perawan tersuci Santa Maria di Akita, Jepang kepada Sr Agnes Sasagawa yang diakui oleh Tahta Suci, Vatikan.

Peristiwa-peristiwa yang merupakan awal dari serangkaian peristiwa adikodrati yang berlangsung selama SEMBILAN TAHUN lamanya sejak 1973 hingga tahun 1982.

Ulasan singkat dapat di baca pada tautan di bawah ini:
< http://bundapenolongabadi.blogspot.com/2010/04/santa-maria-dari-akita.html >

Para Abdi Ekaristi adalah sebuah komunitas religius sekular di Yuzawadai, pinggiran kota Akita, yang dibentuk oleh Uskup Akita, Mgr Yohanes Shojiro Ito. Pada tanggal 12 Mei 1973 Sr Agnes Katsuko Sasagawa, yang pada waktu itu berusia 42 tahun, seorang pemeluk Budha yang baru beberapa tahun menjadi Katolik, bergabung sebagai novis di sana.

Ketika masuk, Sr Agnes baru saja kehilangan pendengarannya dan sama sekali tuli tanpa dapat disembuhkan.

Peristiwa mukjizat pertama di Akita terjadi pada tanggal 12 Juni 1973, hanya satu bulan setelah Sr Agnes bergabung. Pada hari itu, ia sedang seorang diri saja di kapel biara. Saat ia sedang membuka pintu tabernakel, sekonyong-konyong memancarlah suatu cahaya kemilau dari tabernakel; serta-merta Sr Agnes merebahkan diri di lantai dan tetap dalam keadaan prostratio demikian hingga sekitar satu jam lamanya, takluk oleh suatu kekuatan yang mahadahsyat.

Pada tanggal 14 Juni 1973, Sr Agnes kembali melihat cahaya kemilau dari tabernakel, kali ini dilingkupi oleh suatu nyala api merah yang kuat, yang memancarkan berkas-berkas cahaya ke segala penjuru. Lagi, pada sore hari menjelang Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus tanggal 28 Juni, ia melihat cahaya kemilau dari tabernakel, kali ini tampak juga begitu banyak makhluk serupa para malaikat yang mengelilingi altar dalam sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus. Keesokan harinya, yang adalah Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus, malaikat menampakkan diri sementara Sr Agnes hendak memulai berdoa rosario. Malaikat kemudian memintanya untuk menambahkan kata “sungguh” dalam doa yang disusun Uskup Ito bagi komunitas. Sejak saat itu, doa ditujukan kepada “Hati Yesus yang Mahakudus, yang SUNGGUH hadir dalam Ekaristi Kudus.” Peristiwa-peristiwa ini merupakan awal dari serangkaian peristiwa adikodrati yang berlangsung selama sembilan tahun lamanya dari tahun 1973 hingga tahun 1982.

Suster Agnes dan Malaikat Pelindung
Ketika diminta untuk menggambarkan malaikat pelindungnya, Sr Agnes menjawab, “wajahnya bulat, dengan ekspresi yang manis … seorang yang diliputi oleh suatu kemilau putih bagai salju ….” Malaikat pelindung mempercayakan banyak pesan kepadanya, kerapkali berdoa bersamanya, pula membimbing serta menasehatinya.

Sore hari pada Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus tanggal 28 Juni 1973, Sr Agnes mendapati suatu luka berbentuk salib muncul di telapak tangan kirinya. Luka ini menimbulkan rasa sakit yang luar biasa hingga Sr Agnes mengatakan, “Tak akan pernah aku dapat melupakan rasa sakit itu.” Pada tanggal 5 Juli 1973, suatu lubang kecil muncul di tengahnya darimana darah mulai memancar. Malaikat pelindungnya menampakkan diri dan membimbingnya untuk melakukan silih kepada Hati Yesus yang Mahakudus bagi dosa-dosanya dan bagi dosa-dosa segenap umat manusia.

Stigmata yang Berdarah
Keesokan harinya, pada tanggal 6 Juli 1973, malaikat pelindung kembali menampakkan diri kepada Sr Agnes, “… Luka Bunda Maria jauh lebih dahsyat dan lebih menyengsarakan daripada lukamu. Marilah kita pergi berdoa bersama di kapel.” Setelah memasuki kapel, malaikat menghilang. Sr Agnes kemudian berpaling kepada patung Bunda Maria yang terletak di sisi kanan altar.

Patung ini, yang tingginya kira-kira tiga kaki, diukir dari sebatang kayu utuh yang kering dan keras tanpa sambungan, menggambarkan Santa Perawan Maria berdiri di depan sebuah salib, dengan kedua tangannya direntangkan ke arah bawah. Di bawah kaki patung, terdapat sebuah bola yang menggambarkan dunia. Saburo Wakasa, seorang pemahat Jepang beragama Budha, memahat patung ini sekitar tigapuluh tahun yang lalu dengan mempergunakan sehelai kartu bergambar “Bunda Segala Bangsa” sebagai model, sembari menambahkan profil wajah khas perempuan Jepang dalam patungnya.

Sr Agnes mengenang saat itu, “Aku merasa bahwa patung kayu itu menjadi hidup dan hendak berbicara kepadaku … Ia bermandikan cahaya yang cemerlang … dan pada saat yang sama, suatu suara yang merdu tak terperi menembusi telingaku yang sama sekali tuli.”

Bunda Maria berkata kepadanya, “Jangan takut. Engkau akan disembuhkan. Bersabarlah ….”

Kemudian Bunda Maria bersama Sr Agnes bersama-sama mendaraskan doa komunitas yang disusun Uskup Ito. Pada kata-kata “Yesus yang hadir dalam Ekaristi,” Maria mengatakan, “Mulai sekarang, kalian akan menambahkan SUNGGUH.” Bersama dengan malaikat yang muncul kembali, ketiganya mendaraskan doa persembahan diri kepada Hati Yesus yang Mahakudus, yang SUNGGUH hadir dalam Ekaristi. Sebelum menghilang, Bunda Maria meminta Sr Agnes untuk “berdoa banyak-banyak bagi Paus, para uskup dan para imam.”

Keesokan paginya, ketika para biarawati berkumpul bersama untuk mendaraskan Laudes, mereka mendapati darah mengalir dari telapak tangan kanan patung dan juga luka berbentuk salib; di tengah luka terdapat sebuah lubang darimana darah memancar. Luka itu mirip benar dengan luka pada telapak tangan kiri Sr Agnes, hanya saja, karena patung itu kecil maka lukanya juga lebih kecil. Luka itu memancarkan darah pada setiap malam Jumat dan sepanjang hari Jumat, begitu juga luka di tangan Sr Agnes. Yang menarik, tetesan darah mengalir sepanjang tangan patung, yang terentang dan mengarah ke bawah, namun tetesan-tetesan darah itu tidak pernah jatuh dari tangan.

Rasa sakit yang diderita Sr Agnes terus berlanjut hingga pada suatu Jumat siang tanggal 27 Juli, menjadi begitu hebat nyaris tak tertahankan. Ia pergi ke kapel guna mendapatkan penghiburan dan prostratio dalam doa. Sejenak kemudian, ia mendengar suara malaikat pelindungnya, “Penderitaanmu akan berakhir hari ini.” Malaikat kemudian menghilang dan rasa sakit di tangannya lenyap seketika; lukanya telah sembuh sama sekali tanpa meninggalkan bekas sedikit pun.

Luka di tangan patung Bunda Maria tetap tinggal hingga kurang lebih dua bulan tiga minggu lamanya dan lenyap dengan sendirinya pada tanggal 29 September 1973.

Pada ibadat sore tanggal 29 September itu, seluruh komunitas melihat suatu cahaya cemerlang yang berasal dari patung. Seketika itu juga sekujur tubuh patung diliputi oleh suatu embun serupa keringat. Malaikat pelindung berkata kepada Sr Agnes, “Bunda Maria bahkan terlebih sedih lagi daripada ketika ia mengucurkan darah. Keringkanlah keringatnya.” Dari “keringat” Bunda Maria ini tercium bau harum mewangi. Para biarawati mempergunakan gumpalan-gumpalan kapas untuk menyeka keringat. Cahaya kemilau yang meliputi patung pun perlahan-lahan lenyap.

Patung SP Maria Berubah Secara Ajaib
Menjelang akhir Mei 1974, suatu fenomena lain terjadi. Sementara gaun dan rambut patung tetap tampak sebagai kayu alami, tetapi wajah, kedua tangan dan kaki Bunda Maria berubah warna menjadi gelap, coklat kemerah-merahan. Delapan tahun kemudian, ketika sang pemahat datang untuk melihat patung ukirannya, tak mampu ia menyembunyikan rasa terkejutnya. Hanya bagian-bagian tubuh Santa Perawan yang kelihatan saja yang berubah warna, dan bahkan wajahnya pun telah berubah ekspresi.

SP Maria Meneteskan Airmata 101 Kali
Patung Bunda Maria mulai meneteskan airmata untuk pertama kalinya pada pagi hari Sabtu, tanggal 4 Januari 1975. Pada siang dan sore hari yang sama, patung kembali meneteskan airmata untuk kedua dan ketiga kalinya. Dalam jangka waktu 6 tahun 8 bulan, dari waktu ke waktu patung Bunda Maria meneteskan airmata; terakhir kalinya, yang ke-101 kalinya terjadi pada tanggal 15 September 1981, pada peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita.

Tigabelas hari sesudahnya, pada tanggal 28 September, Sr Agnes merasakan kehadiran malaikat di sampingnya, di depan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan, pada saat doa hening sesudah pendarasan rosario bersama oleh para biarawati di kapel. Ketika itu Sr Agnes tidak melihat sosok sang malaikat, melainkan muncul di hadapannya suatu penglihatan misterius akan sebuah Kitab Suci yang agung dan mulia, yang dilingkupi oleh suatu cahaya surgawi. Malaikat memintanya untuk membaca suatu ayat dalam Kitab Suci. Dari halaman Kitab Suci yang terbuka, Sr Agnes dapat melihat referensinya - Kitab Kejadian bab 3 ayat 15. Kemudian ia mendengar suara malaikat yang mengatakan, sebagai pengantar, bahwa terdapat suatu hubungan yang luar biasa antara ayat ini dan Santa Perawan Maria yang menangis.

Malaikat selanjutnya mengatakan, “Terdapat suatu makna luar biasa dalam angka 101 dari patung Bunda Maria yang menangis sebanyak seratus satu kali. Hal ini menyatakan bahwa dosa masuk ke dalam dunia melalui seorang perempuan dan, demikian pula, melalui seorang perempuan rahmat keselamatan masuk ke dalam dunia. Angka nol, yang ada di antara dua “satu,” melambangkan Tuhan yang ada sepanjang kekekalan masa. “satu” yang pertama mewakili Hawa, dan “satu” yang terakhir mewakili Bunda Maria yang kudus.”

Kemudian malaikat meminta Sr Agnes untuk membaca kembali Kitab Kejadian bab 3 ayat 15, dan mengatakan, “Haruslah engkau menyampaikan pesan ini kepada imam Katolik yang memberikan bimbingan rohani kepadamu.” Lalu malaikat meninggalkannya. Pada saat yang sama, penglihatan akan Kitab Suci pun lenyap.

Segera sesudah adorasi Sakramen Mahakudus, Sr Agnes bergegas menemui P Thomas Teiji Yasuda SVD, pembimbing rohani Sr Agnes Sasagawa (beliau ditunjuk sebagai pembimbing rohani biara di Akita oleh Uskup Ito pada tahun 1974 - setahun sebelum patung Bunda Maria menangis). Imam membuka Kitab Suci dan mendapati ayat yang mencatat pemakluman nubuat Tuhan kepada setan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Berikut penjelasan P Teiji Yasuda, “Adalah karena pesan malaikat, yang mengutip Kitab Kejadian bab 3 ayat 15, maka makna luar biasa dari airmata Bunda Maria disingkapkan. Ini berarti bahwa airmata patung Bunda Maria berasal dari tujuan ilahi guna mengarahkan perhatian segenap umat Katolik Roma pada sengsara Maria di kaki Salib sebagai Coredemptrix (= Penebus Serta).

Airmata mukjizat diciptakan Tuhan demi mengajarkan kepada seluruh Gereja Katolik Roma bahwa Bunda yang kudus menderita sengsara dan mencucurkan airmata sebagai Bunda Yesus Kristus di tengah peran agung keikutsertaannya dalam penebusan, ketika ia memberikan persetujuan penuh atas persembahan kurban Putranya ….

St Paulus memperbandingkan Adam yang baru, Yesus Kristus, sang Penebus, dengan Adam yang lama, seorang pendosa. Dalam pesan Akita pada tahun 1981, Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menyingkapkan perbedaan menyolok antara Hawa yang lama, yang mencobai Adam untuk berdosa, dan Hawa yang baru, Bunda Maria kita yang kudus, yang melahirkan sang Juruselamat. Seratus satu kali patung menangis menunjukkan kebenaran ini, bahwa Tuhan mempersatukan Maria sebagai bagian yang tak terpisahkan dari karya Penebusan-Nya, dari sejak kekekalan masa.”

Mukjizat Penyembuhan
Keotentikan kuasa adikodrati dari airmata yang mengalir dari patung Bunda Maria didukung serta diperkuat oleh dua mukjizat obyektif berikut.

Ny Teresa Chun Sun Ho, seorang ibu rumah tangga Korea Selatan, divonis menderita kanker otak pada tahun 1981. Kesehatannya semakin memburuk hingga ia jatuh koma dalam keadaan vegetatif. Keluarga, sanak saudara dan sahabat memohon dengan sangat kepada Santa Perawan Maria dari Akita demi kesembuhannya, dengan menempatkan selembar foto patung Bunda Maria yang menangis di samping bantalnya. Pada tanggal 4 Agustus, tengah malam, sementara Ny Teresa Chun masih dalam keadaan koma, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dalam suatu penglihatan; ia tampak persis sama seperti di Akita. Teresa disembuhkan sama sekali dari penyakitnya. Berikut kesaksian Ny Teresa Chun, “Bunda Maria yang kudus dari Akita, yang membopong seekor anak domba putih dalam gendongannya, menampakkan diri kepadaku, ketika aku masih tergolek tak berdaya di pembaringan, dan menghembusi dahiku sebanyak tiga kali. Aku melihat bulu anak domba bergerak dan bergoyang-goyang karena kuatnya hembusan Bunda Tersuci.” Mukjizat ini diakui kebenarannya oleh Dr Gil Song Lee dalam suatu sertifikat kesehatan yang kemudian dikirimkan ke Tahta Suci.

Mukjizat kesembuhan yang kedua adalah dipulihkannya Sr Agnes dari ketulian pada tahun 1982. Sr Agnes kehilangan pendengarannya pada tanggal 16 Maret 1973. Ketika bergabung dalam komunitas, ia sama sekali tuli tanpa dapat disembuhkan. Sr Agnes dapat berbicara dan dapat memahami pembicaraan lewat gerakan bibir lawan bicaranya. Pada tanggal 18 Mei 1974, malaikat pelindung mengatakan kepadanya, “Telingamu akan dibuka pada bulan Oktober. Engkau akan dapat mendengar kembali. Engkau akan disembuhkan….” Pada tanggal 13 Oktober 1974, tepat seperti yang telah dinubuatkan malaikat pelindungnya, Sr Agnes untuk sementara waktu memperoleh kembali pendengarannya. Ia menjadi tuli kembali pada tanggal 7 Maret 1975. Pada Hari Raya Kabar Sukacita 1982, ia diberitahu bahwa segera ketuliannya akan “secara definitif disembuhkan agar karya Yang Mahatinggi digenapi.” Tahun yang sama, pada perayaan St Yosef Pekerja, malaikat memaklumkan kepada Sr Agnes “telingamu akan secara definitif disembuhkan pada bulan ini yang dipersembahkan kepada Bunda Maria. Telingamu akan disembuhkan, untuk terakhir kalinya, oleh Dia yang sungguh hadir dalam Ekaristi.” Kedua mukjizat penyembuhan ini terjadi tepat pada saat Pujian kepada Sakramen Mahakudus. Berikut seperti ditulis P Teiji Yasuda SVD,

“Sembilan tahun telah berlalu sejak ia kehilangan pendengarannya pada tahun 1973. Pada tanggal 30 Mei, pada Hari Raya Pentakosta, ia disembuhkan secara ajaib saat ia menerima berkat dari Sakramen Mahakudus dalam monstrans yang saya unjukkan dalam sembah sujud Ekaristi di kapel. Begitu berkat Sakramen Mahakudus diberikan, Sr Agnes mendengar lonceng adorasi yang dibunyikan oleh seorang biarawati. Mukjizat kesembuhan ini disahkan dalam suatu sertifikat kesehatan yang dikeluarkan oleh Dr Tatsuhiko Arai dari Rumah Sakit Palang Merah Akita.”

Peristiwa yang sungguh indah ini mengakhiri untuk selama-lamanya penampakan-penampakan, pesan-pesan dan peristiwa-peristiwa ajaib di Akita, yang seringkali disebut sebagai Fatima dari Timur.

Persetujuan Resmi Gereja
Uskup Yohanes Ito mengatur agar Profesor Sagisaka, M.D., seorang non-Kristiani, seorang ahli dalam bidang forensik, untuk melakukan penelitian ilmiah yang cermat serta seksama atas ketiga cairan, tanpa menyebutkan apa dan darimana cairan itu berasal. Hasilnya adalah, “Materia yang menempel pada kain kasa adalah darah manusia. Keringat dan airmata yang terkandung dalam dua gumpalan kapas berasal dari manusia.”

Pada tanggal 22 April 1984, Uskup Yohanes Shojiro Ito, ordinaris keuskupan di mana penampakan Bunda Maria terjadi, menerbitkan sepucuk surat pastoral di mana ia mengesahkan penghormatan kepada Bunda Tersuci dari Akita. Dalam surat pastoral tersebut, Uskup Ito memaklumkan keotentikan adikodrati dari ketiga pesan Bunda Maria, pesan-pesan malaikat dan peristiwa-peristiwa adikodrati lainnya yang terjadi atas seorang biarawati Jepang sejak 1973 di sebuah biara di Akita, Jepang Utara, yang ada dalam wilayah keuskupannya. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Juni 1988, dalam kunjungan Uskup Ito ke Roma, Kardinal Joseph Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI), sebagai Prefek Kongregasi Ajaran Iman memberikan persetujuan atas isi surat pastoral Bapa Uskup.
------------------------------------------------------


"Orate, fratres!"--"Marilah kita berdoa",
Novena Tiga Salam Maria:

Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalam kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.

Baik keluhuran Tuhan dan penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar selaras dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku mohon, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.

Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St.Mechtildis yang kau beritahukan tentang kebaikan doa "Tiga Salam Maria", yang sangat besar manfaatnya itu.

Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.

Perawan Suci yang disebut Tahta Kebijaksanaan, karena Sabda Allah tinggal padamu, engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya.

Engkau tahu betapa besar kesulitan yang kuhadapin ini, betapa besar pengharapanku akan pertolonganmu. Dengan penuh kepercayaan akan tingginya kebijaksanaanmu, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu, supaya engkau dapat mengatur dengan segala kesanggupan dan kebaikan budi, demi keluhuran Tuhan dan keselamatan jiwaku. Sudilah kiranya Bunda dapat menolong dengan segala cara yang paling tepat untuk terkabulnya permohonanku ini.

Bunda Maria, Bunda Kebijaksanaan Ilahi, sudilah kiranya Bunda berkenan mengabulkan permohonanku yang mendesak ini. Aku memohon berdasarkan atas kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu.

Bersama dengan St. Antonius dari Padua dan St. Leonardus dari Porto Mauritio, yang rajin mewartakan tentang devosi "Tiga Salam Maria" aku berdoa untuk menghormati kebijaksanaanmu yang tiada taranya itu

Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.

Bunda yang baik dan lembut hati, Bunda Kerahiman Sejati yang akhir-akhir ini disebut sebagai "Bunda yang penuh belas kasih", aku datang padamu, memohon dengan sangat, sudilah kiranya Bunda memperlihatkan belas kasihmu kepadaku. Makin besar kepapaanku, makin besar pula belas kasihmu kepadaku. Aku tahu, bahwa aku tidak pantas mendapat karunia itu. Sebab seringkali aku menyedihkan hatimu dengan menghina Puteramu yang kudus itu. Betapapun besarnya kesalahanku, namun aku sangat menyesal telah melukai Hati Kudus Yesus dan hatikudusmu.

Engkau memperkenalkan diri sebagai "Bunda para pendosa yang bertobat" kepada St.Brigitta, maka ampunilah kiranya segala kurang rasa terima kasihku padamu. Ingatlah akan keluhuran Puteramu saja serta kerahiman dan kebaikan hatimu yang terpancar dengan mengabulkan permohonanku ini melalui perantaraan Puteramu.

Bunda Perawan yang penuh kebaikan serta lembut dan manis, belum pernah ada orang yang datang padamu dan memohon pertolongamu engkau biarkan begitu saja. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku berharap dengan sangat, agar aku dianugerahi Roh Kudus. Dan demi keluhuranmu, bersama St. Alfonsus Ligouri, rasul kerahimanmu serta pengajar devosi "Tiga Salam Maria", aku berdoa untuk menghormati kerahimanmu dan kebaikanmu.

Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.

PS.
Novena Tiga Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis. Ia mendapatkan pengalaman rohani dari Bunda Maria ketika ia cemas akan keselamatan hidupnya dan ia memohon Bunda Maria untuk membantunya saat kematiannya. Bunda Maria mengabulkan permohonannya dan meminta ia agar berdoa tiga kali Salam Maria.

Santo Antonius dari Padua, Santo Leonardus dari Porto Mauritio dan Santo Alfonsus de Liguori berjasa besar dalam mewartakan doa Tiga Salam Maria ini.

"Quidquid latine dictum sit, altum viditur.."--"Semoga apapun yang dikatakan dalam bahasa Latin, dipandang tinggi."

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis. 'De Imitatione Christi', II, 2, 2]