Tuesday, January 29, 2013

Saudara-saudari seiman, kini ‘kontroversi’ hubungan antara Yesus dengan saudara-saudaraNya ditampilkan. Ketika orang banyak memberitahu Yesus bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya ada di luar, Yesus memberi jawaban yang mencengangkan: “Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku?” (ay 32) “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku!” (ay 34-35). Wow…apakah Yesus akan menjadi anak durhaka dengan tidak mengakui ibunya sendiri? Apakah Dia malu memper-ibu-kan Maria? Sama sekali TIDAK! Bukan itu maksud Yesus.

Dalam Kitab Suci, nama orang sering diimbuhi dengan nama daerah asalnya, apalagi jika nama itu dipakai banyak orang, misalnya: Simon dari Kirene, Maria dari Magdala, Simon dari Arimatea, Simon orang Zelot dan lain-lain. Yesus juga beberapa kali disebut dengan nama daerah-Nya, Nazareth. Tetapi pada masa selanjutnya, khususnya setelah terjun ke masyarakat, Yesus lebih dikenal sebagai Kristus (dari bahasa Yunani: Chistos, artinya yang diurapi), Mesias, Seorang yang diutus Bapa.

Yesus dikenal bukan lagi hanya secara phisik-genealogi, tetapi juga secara spiritual dengan melihat sisi keilahian-Nya. Pernyatan-Nya bahwa ‘saudara-saudara dan ibu-Nya’ bukan mereka yang melahirkan-Nya secara jasmani melainkan mereka yang melakukan kehendak Allah, adalah suatu penegasan tentang posisi Maria dalam hidup-Nya. Maria adalah ibu yang melahirkan-Nya tetapi bukan pemilik-Nya. Yesus memberikan pemahaman yang benar bagi orang-orang di sekitar-Nya bahwa Dia bukan hanya manusia biasa yang kelihatan secara fisik, melainkan Putera Bapa-Mesias. Pembaptisan di Sungai Yordan sangat terang memproklamirkan itu: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:22).

Kita, orang yang telah menerima pembaptisan juga telah memiliki garis keturunan rohani. Garis keturunan marga atau klan kita disempurnakan dengan ‘marga’ yang baru yakni: Kristen (pengikut Kristus). Persaudara kita bukan lagi persaudaraan darah (genealogi) tetapi persaudaraan air baptisan. Saya menyapa Anda sebagai saudara-saudaraku dan bapa-ibuku bukan karena Anda dan aku lahir dari ibu yang sama secara phisik, tetapi semata-mata karena kita semarga dalam baptisan. Ternyata persekutuan karena air lebih merekat dibanding darah. Baptisan lebih mengikat persekutuan kita daripada darah yang mengikat kekeluargaan. Kita semua pasti mengalami perbedaan ini. Hubungan batin kita satu sama lain terasa lebih erat, walaupun kita tidak pernah berjumpa, hanya karena kita sama-sama berdoa dengan tanda salib.

Satu contoh konkret kuatnya kesatuan dan kekeluargaan kita adalah, ketika Admin page Gereja Katolik mempublikasikan satu photo gereja stasi yang reot di pedalaman yang butuh dana untuk membangun, dalam waktu beberapa hari saja, begitu banyak bantuan yang masuk ke rekening yang disediakan Admin GK. Padahal kita tidak saling mengenal atau pernah berjumpa satu sama lain. Kita hanya merasakan suatu ikatan batin karena baptisan-satu iman dalam Kristus. Kita telah menjadi saudara sepenanggungan hanya karena baptisan yang sama. Ketika satu gereja atau disegel di suatu tempat yang jauh dari kita, perasaan yang muncul adalah miris dan kasihan, karena mereka adalah Saudara kita. Walau kita tidak mengenal mereka secara langsung tetapi kita merasa bahwa mereka adalah bagian dari kita. Kita menjadi saudara kandung dalam Kristus. Semoga kesatuan ini tetapi lestari dan abadi. Mari saling mendukung dalam iman, kasih dan pengharapan. Amen