Sunday, December 2, 2012

KESAKSIAN ROSABELLE BRYTTAN

Di saat anak pertamaku usia 1th 6 bulan (14 Maret 2008), anakku menderita Akut Limphoid Leaukimia dan ada pembesaran ginjal, lalu kami pun membawanya ke negri sebrang untuk kemotherapi. Mama aku ikut serta bersama kami karena saat itu aku juga sedang mengandung anak kedua.Keadaan anakku saat itu benar-benar kritis (seluruh tubuhnya sakit dan lemas serta perutnya besar) dokter mengharuskan masuk ICU room. Aku terus menerus menagis, lalu aku coba untuk melakukan doa Novena Salam Maria setiap hari berkali-kali.

Akhirnya Bunda Maria mendengar permohonanku, 2 minggu di ruang ICU anakku bisa melewati masa kritis, lalu dokter memperbolehkan anakku pindah ke ruang khusus kemotherapi. Tetapi Tuhan masih terus memberi cobaan kepada aku...suamiku bertanya kepadaku kalau uang simpanannya sudah habis, bolehkah mobil dan rumahku dijual untuk biaya pengobatan. Aku memperbolehkan untuk menjual harta yang aku punya.

Lalu aku pun melakukan doa Novena Salam Maria setiap hari, aku percaya Bunda Maria dan Tuhan mendengar permohonanku, aku memohon agar Tuhan menyembuhkan anak pertamaku, doaku : "aku rela dan iklas kehilangan yang aku punya, untuk kesembuhan anakku".

Lagi-lagi Bunda Maria dan Tuhan mendengar permohonanku, akhirnya kami mendapat bantuan dana dan penghasilan pabrik suamiku meningkat, rumah dan mobilku tidak jadi dijual. Anakku harus menjalani kemotherapi selama 2 th 6 bulan. Anak pertamaku baru menjalani kemotherapi 6 bulan,

Aku harus menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak kedua di rumah sakit yang sama. Setelah aku melahirkan, mama pulang ke Indonesia, suamiku juga harus bekerja, anak keduaku diurus oleh mertuaku. Jadi aku hanya berdua dengan anak pertamaku yang sedang kemotherapi, mama tidak pernah mengunjungiku, suamiku cuma bisa 6 bulan sekali mengunjungi kami, aku tidak pernah melihat anak keduaku.

Aku setiap hari terus menerus melakukan doa Novena Salam Maria.Di bulan Juli 2009 di saat suamiku pergi bekerja, masuk pencuri ke dalam rumahku di Indonesia. Hilanglah 1 buah mobil milikku beserta surat BPKB nya. Aku tidak banyak bicara. Yang sudah hilang biarlah hilang, kalau ada rejeki lagi bisa beli kembali.Perkembangan kemotherapi anakku berjalan baik. Di saat aku menemani anakku kemohterapi tepatnya tanggal 4 Desember 2009 siang hari aku mendapat sms dari adikku yang bungsu kalau adik pertamaku mengalami kecelakaan dan sedang di rumah sakit (Indonesia). Dan tanggal 5 Desember 2009 aku pun di kabarin kalau adikku yang mengalami kecelakaan, meninggal dunia. Aku benar-benar terpukul...dan cuma bisa menangis karena aku tidak bisa melihat adikku yang meninggal untuk yang terakhir.

Sekarang (2012) anakku yang pertama sudah selesai menjalani kemotherapi dan sudah masuk sekolah, tetapi kami masih di negri sebrang belum bisa untuk menetap di Indonesia, karena anakku masih harus melakukan check up 3 bulan sekali. Anak keduaku juga bersama kami, jadi kami bertiga di rumah. Tetapi anak keduaku tidak mau dekat denganku.Aku mengakui Keadilan dan Kuasa Tuhan. Bunda Maria dan Tuhan selalu mendengar permohonan umat yang benar-benar percaya kepada Mereka.

Kejadian di bulan Juli dan Desember 2009 serta ketidak dekatnya anak keduaku. Itu semua merupakan kejadian atas permintaan doaku di tahun 2008 di saat anak pertamaku kritis. Tuhan memberi kesembuhan anak pertamaku dan Tuhan juga mengabulkan doaku di tahun 2008 (doaku saat itu : kalau aku rela dan iklas kehilangan yang aku punya untuk kesembuhan anakku).

Jadi sekarang aku sudah tidak ada mobil kesayanganku, aku kehilangan adik kesayanganku serta aku juga kehilangan sayang dari anak keduaku (anak keduaku tidak menyayangiku). Tetapi Tuhan memberikan kesehatan, kesembuhan serta kepinteran kepada anak pertamaku.Terima kasih ya Tuhan serta Bunda Maria karena Engkau selalu bersama aku dan anakku....Amin.

Seperti yg dituliskan lewat email kepada kami. Gbu

Selamat menjalani musim Adven 2012


  1. "TETESAN AIR MATA SANG KOSTER
    DI MINGGU PERTAMA ADVENT"


    Mungkin karena si koster lupa sesuatu maka ia masih berjalan ke arah lemari kecil di pinggir altar untuk mengambilnya sementara saya sudah berada di belakang altar untuk memulai Eka
    risti tadi pagi. Tiba-tiba sang pembawa acara yang kebetulan menjabat sebagai penanggung jawab di kapel kecil itu dengan reaksi keras menegur si koster. Si koster pun dengan wajah pucat dan malu kembali ke tempatnya sementara saya sendiri walaupun mengetahui kejadian kecil itu tapi berbuat seolah-olah tidak tahu menahu tentang itu agar perayaan Misa dapat berlangsung dengan khusyuk. Namun akibat teguran dan reaksi keras itu, air mata si koster terus mengalir selama misa berlangsung

    Setelah misa aku masih melayani lagi seorang nenek yang akan berusia 90 tahun pada lusa nanti di kamar pengakuan. Setelah itu aku hendak bergegas meninggalkan kapel kecil itu, namun melihat lagi si koster yang sementara mengembalikan kursi-kursi pada tempatnya sementara air matanya terus mengalir karena rasa malu yang ditanggungnya, ditegur secara kasar di hadapan umat dan imam pada saat misa.

    Aku lalu menghampirinya, memegang bahunya dan membisikkan beberapa kata penghiburan kepadanya; "Anakku, engkau boleh meneteskan air mata karena pengalaman itu, tapi kadang kita harus mengalami sesuatu yang mungkin menyakitkan agar iman kita pun bertumbuh." Ia mendengarnya namun tak bisa menahan tetesan air mata yang terus mengalir membasahi bumi tempat kami berdua berpijak.

    Tiba-tiba ada sebuah kursi kecil terletak di dekat tempat kami berdiri. Aku lalu mengatakan kepadanya; "Lihatlah apa yang akan kuperbuat....Aku pura-pura berjalan menuju kursi itu dan menabraknya....Sentuhan itu membuatku menjerit. Ia lalu bertanya; Father, tidak apa-apa kan? Kujawabnya: "Iya...tidak koq...walaupun ada sedikit rasa sakit pada lututku karena tabrakan itu. Untuk kedua kalinya aku berjalan menuju kursi itu, tapi tidak menabraknya, melainkan melompatinya dan mendarat di sisi yang lain sambil menampakan rasa gembira karena lompatan itu. Ia pun tertawa terbahak-bahak melihat tingka lakuku yang sedikit aneh di pagi tadi.

    Ia lalu menghampiriku dan berkata; Father, terima kasih..Sekarang aku mengerti alasan father menjerit ketika menabrak kursi dan kegembiraan yang father tunjukkan ketika berhasil melompatinya. Terima kasih atas pelajarannya...Aku akan menghapus air mataku dan takan membiarkan hinaan ini merenggut kebahagiaanku untuk melayani Tuhanku di rumah-Nya ini.

    Senyum indahnya pun terlihat di wajahnya. Aku pun membalasanya, lalu pamit kembali ke tempat kostku dengan angkot pagi di kota Manila.

    Pesannya; "Manusia seperti koster adalah orang-orang kecil, yang tentunya tidak membutuhkan penghormatan dan penghargaan yang tinggi ketika menjalankan tugas mereka untuk membersihkan gereja dan mempersiapkan peralatan misa atau ibadat. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama mereka. Namun, mereka juga adalah manusia yang membutuhkan sebuah senyum darimu, seuntai kata lembut dan penghargaan yang pantas untuk pelayanan mereka." Ingatlah bahwa Tuhan pun menangis ketika engkau membuat mereka meneteskan air mata. Satu hal yang kuyakini adalah mereka melayani Tuhan maka Tuhan pun takan pernah meninggalkan mereka."


    Goresan hati seorang sahabat untuk para sahabatnya,

    ***Duc in Altum***