Wednesday, September 19, 2012

Fratres,
Banyak orang Katolik yang sering merasa tak pandai dalam merangkai kata memanjatkan doa yang BAGUS [DAN BENAR secara teologis!). Saya dan kamu mungkin termasuk salah satunya. Itu sebabnya ada yang lebih suka pakai rumusan doa resmi atau rumusan doa tradisional yang sudah berusia puluhan, bahkan ratusan tahun dipakai oleh Gereja Universal.

Berikut ini adalah doa makan tradisional, yang dipakai Gereja Katolik dari ujung utara Amerika sampai ujung selatan Afrika; dari Istana Kepausan di Vatikan sampai ke biara-biara kuno di Eropa dan rumah-rumah umat awam.

Doa-doa ini dikutip dari terjemahkan dari buku' Preces Selectae (Doa-Doa Terpilih) terbitan Vatikan.

Aslinya tentu, SEPERTI SELALU dalam Bahasa Latin yang turut disertakan juga di bawah ini, buat mereka2 yang tertarik dan mau belajar.

Versi Bahasa Inggrisnya banyak kok bertebaran di internet, kalau2 mau boleh mencoba di-Google.

SEBELUM MAKAN

~ "Berkatilah, Ya Tuhan, kami dan pemberian-pemberian-Mu ini,
yang akan kami sambut dari kelimpahan-Mu.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami." (Amen.)

~ Sebelum makan siang:
"Semoga Raja kemuliaan kekal menjadikan kita peserta perjamuan surgawi." (Amen.)

~ Sebelum makan malam:
Semoga Raja kemuliaan kekal membimbing kita ke perjamuan hidup abadi." (Amen.)
------------------------------------

ANTE MENSAM (= SEBELUM MAKAN)

Bénedic, Dómine, nos, et haec tua dona,
quae de tua largitáte sumus sumptúri.
Per Christum Dóminum nostrum. (Amen.)

~ Ante prandium:
Mensae caeléstis partícipes fáciat nos Rex aetérnae glóriae. (Amen.)

~ Ante cenam:
Ad cenam vitae aetérnae perdúcat nos Rex aetérnae glóriae. (Amen.)

DOA SESUDAH MAKAN

"Kami mengucap syukur kepada-Mu, Allah Yang Mahakuasa,
atas segala anugerah-Mu:
Engkau yang hidup dan meraja sepanjang segala abad." (Amen.)

Semoga Allah memberi kita damai-Nya.
Dan hidup kekal. (Amen.)

~ POST MENSAM (= DOA SESUDAH MAKAN)

Agimus tibi grátias, Omnípotens Deus,
pro univérsis benefíciis tuis:
Qui vivis et regnas in sáecula saeculórum. (Amen.)

Deus det nobis suam pacem.
Et vitam aetérnam. (Amen.)

Bagus, ya?
Singkat dan mantap.
Lagipula, siapa yang bilang doa makan itu harus panjang dan bertele-tele?

"Fide, sed qui, vide!"--"Percayalah tapi berhati-hatilah memilih orang yang kau percayai."

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis, 'De Imitatione Christi, II, 2, 2]
*Credit to Albert Wibisono dan re-post dari Blog Tradisi Katolik pada tautan < http://www.tradisikatolik.blogspot.com/ >

PS.
Keterangan gambar: Sto Benedictus dari [kota kecil] Norcia di Italia, pelindung benua Eropa yang namanya secara sengaja dipilih oleh +Joseph Kardinal Ratzinger (kini Paus Benediktus XVI yang kita kasihi), sedang siap bersantap bersama para biarawan2.

Fratres, mengenai MANFAAT SALIB itu:
Dalam surat-suratnya, Sto. Fransiskus dari Sales bercerita tentang kebiasaan di daerah-daerah pedalaman di mana beliau tinggal.

Dia sering melihat seorang buruh tani melintasi ladang untuk menimba air di sumur.

Dia juga melihat bahwa, sebelum dia mengangkat timba yang sudah penuh dengan air itu, anak gadis buruh tani itu SELALU MELETAKKAN SEPOTONG ke atasnya.

Suatu hari Sto. Fransiskus bertanya kepadanya, “Mengapa kamu melakukan itu?”

Dia tampak terkejut lalu menjawab, seolah-olah memang demikian seharusnya, “Mengapa? Agar airnya menjadi tenang dan tidak tumpah.”

Ketika menulis surat untuk seorang sahabat setelah peristiwa itu, Uskup Fransiskus dari Sales menceritakan hal ini dan menambahkan, “Jadi, bila PADA SAAT hatimu sedang resah dan bergolak, letakkanlah salib ke tengahnya agar hatimu tenang dan tidak resah.” ~Barclay

*"Fluctuat nec mergitur!"--"Terombang-ambing tapi tak tenggelam."

[+In Cruce Salus, Pada Salib Ada Keselamatan. ~Thomas A Kempis, 'De Imitatione Christi, II, 2, 2]
*Moto ibukota Perancis, Paris.