Tuesday, September 18, 2012

"BERTERIMA KASIHLAH SELALU"

Kadang terjadi bahwa ada saja bantuan barang atau hal yang kita terima dalam hidup tanpa tahu siapa pemberi dan mengapa mereka memberi kepada kita. Entah tahu atau tidak tapi seuntai TERIMA KASIH harus keluar dari mulut dan bibirmu karena sesungguhnya Tuhan selalu ada dibalik segala bentuk kebaikan yang Anda terima.

***Duc in Altum***
~KATEKESE~

SAKRAMEN PERMINYAKAN ATAU SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
Banyak dari antara kita yang takut mendengar kata “Sakramen Peminyakan”. Ketakutan terbesar adalah bahwa bila menerima Sakramen ini, berarti adalah suatu “pertanda” bahwa orang yang menerimanya sebentar lagi akan meninggal. Bagaimana sebenarnya?

ISTILAH UNTUK SAKRAMEN INI DAN BAGAIMANA SAKRAMEN INI DITERIMAKAN

Dalam Gereja Katolik, Sakramen Perminyakan atau Sakramen Pengurapan, termasuk ke dalam Sakramen Penyembuhan selain Sakramen Tobat. Sakramen ini diterimakan oleh Uskup dan Imam. Minyak yang digunakan adalah minyak yang yang sudah diberkati Uskup secara khusus. Minyak ini disebut OLEUM INFIRMORUM (OI), dan berbeda dari Minyak Krisma ataupun Minyak Katekumen.

Dalam Gereja Ortodoks (yang terpisah dari Gereja Katolik) , Sakramen ini diterimakan oleh tujuh, lima, atau tiga orang imam, namun demikian apabila mendesak dapat oleh satu imam saja. Apabila terjadi bahwa umat Katolik berada di suatu daerah terpencil di mana tidak ada Gereja Katolik, namun yang ada adalah Gereja Ortodoks, umat katolik dapat meminta pelayanan Sakramen ini pada imam Gereja Ortodoks DALAM SITUASI DARURAT DAN MENDESAK.

Adapun istilah bahasa Inggris untuk Sakramen ini, yaitu “Extreme Unction” baru menjadi populer pada akhir abad ke-20 dan tidak pernah terjadi di kalangan Gereja Katolik Timur . Dikatakan “Extreme Unction” adalah karena pengurapan ini ditujukan untuk mereka yang dalam kondisi IN EXTRIMIS (secara khusus diterapkan pada orang yang menjelang ajal). Dalam Gereja Katolik Timur, Sakramen ini dikenal dengan nama EUCHELAION. Adapun nama lain seperti ELAION HAGION, HEGISMENON, atau ELAION masih juga digunakan. Umat Gereja Katolik Latin, tentu saja amat sangat diperbolehkan menerima Sakramen ini dari imam Gereja Katolik Timur, entah dalam keadaan wajar ataupun darurat.

PERTANGGUNGJAWABAN ATAS SEGI SAKRAMENTAL PENGURAPAN ORANG SAKIT

BERBEDA dengan jemaat gerejawi (Protestan), sejalan dengan KONSILI TRENTE, Gereja Katolik mengakui bahwa Pengurapan Orang Sakit adalah SUNGGUH-SUNGGUH SAKRAMEN YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS KRISTUS SENDIRI seperti yang tersirat dalam Markus 6:13 yang berkata demikian : “...dan mereka (pengikut-pengikut Yesus) mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. “ Dalam perjalanan waktu, sakramen ini kemudian diperintahkan kepada orang beriman dan dipromulgasikan (atau“diundangkan”) secara resmi oleh Rasul Sto.Yakobus, seperti juga tertulis dalam Kitab Suci, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yak 5:14-15). Penatua Jemaat adalah Presbiter, yaitu tidak lain adalah imam DAN BUKAN seorang yang dituakan dalam jemaat. Mengapa seorang imam? Karena dalam Sakramen ini ada unsur pengampunan dosa.

MATERIA DAN FORMA
Materia remota Sakramen Pengurapan Orang Sakit adalah minyak yang sudah diberkati Uskup (OI) sedangkan materia proximata adalah pengurapan dengan OI. Pada masa lampau, Imam mengurapi kelima panca indera eksternal (mata, telinga, lubang hidung, bibir, tangan) dan kaki, serta pada pinggang (khusus untuik pria jika berterima dengan adat setempat dan jika si sakit dapat leluasa bergerak). Sambil mengurapi setiap panca indera si sakit, imam berkata, (terjemahan bebas dari bahasa Inggris) “Semoga lewat pengurapan suci ini dan belas kasihan-Nya, Tuhan mengampuni dosa dan kesalahan apapun melalui (indera) penglihatanmu (pendengaranmu, penciumanmu, perasamu,peraba, pada waktu engkau berjalan, (segala) kenikmatan duniawi). Kini, pengurapan dapat dilakukan hanya pada dahi (dan tangan) , dan hal ini sudah memenuhi validitas Sakramen. Dalam bahasa Indonesia, rumusan yang lazim digunakan adalah, “'Semoga dengan pengurapan suci ini, Allah yang maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Ia membebaskan Saudara dari dosa, menganugerahkan keselamatan, dan berkenan menabahkan hati Saudara”. Adapun forma Sakramen ini adalah doa resmi yang digunakan oleh baik oleh Gereja Katolik Latin maupun Gereja Katolik Timur.

SIAPA SAJA YANG DAPAT MENERIMA SAKRAMEN INI?
KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (1514-1515)

1514 Urapan orang sakit "bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada di ambang kematian saja. Maka saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba, bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia" (SC 73)
1515 Kalau seorang sakit yang telah menerima urapan ini sehat kembali, maka ia dapat menerima lagi Sakramen ini, apabila ia sakit berat lagi. Dalam menderita penyakit yang sama, Sakramen ini dapat diulangi, kalau keadaan makin buruk. Dianjurkan agar seorang yang menghadapi operasi besar, menerima Urapan Orang Sakit. Demikian juga berlaku untuk orang tua renta, yang kekuatannya mulai melemah.

BUAH YANG DITERIMA DARI SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (1520-1523)

1520 Satu anugerah khusus Roh Kudus. Rahmat pertama Sakramen ini ialah kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan satu penyakit berat atau dengan kelemahan karena usia lanjut. Rahmat ini adalah anugerah Roh Kudus, yang membaharui harapan dan iman kepada Allah dan menguatkannya melawan godaan musuh yang jahat, melawan godaan untuk berkecil hati dan rasa takut akan kematian Bdk. Ibr 2:15.. Bantuan Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah Bdk. Konsili Firense: DS 1325.. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Yak 5:15) Bdk. Konsili Trente: DS 1717.
1521 Persatuan dengan sengsara Kristus. Oleh rahmat Sakramen ini, orang sakit menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi dengan sengsara Tuhan. Ia seakan-akan ditahbiskan untuk menghasilkan buah melalui keserupaan dengan sengsara Juru Selamat yang menebus. Sengsara sebagai akibat dosa asal, mendapat satu arti baru: ia menjadi keikutsertaan dalam karya keselamatan Yesus.

1522 Rahmat Gerejani. Karena "secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus, maka orang-orang sakit memberi sumbangan bagi kesejahteraan umat Allah" (LG 11). Dalam upacara Urapan Orang Sakit, Gereja mendoakan orang sakit di dalam persekutuan para kudus. Sebaliknya orang sakit menyumbangkan melalui rahmat Sakramen demi pengudusan Gereja dan kesejahteraan semua orang, untuk siapa Gereja menderita dan menyerahkan diri kepada Allah Bapa melalui Kristus.

1523 Persiapan untuk perjalanan terakhir. Kalau Sakramen Urapan Orang Sakit diberikan kepada mereka yang menderita penyakit berat atau kelemahan, maka lebih lagi kepada mereka yang siap berpisah dari hidup ini (mereka yang "rasanya sudah berada di akhir hidup ini": Konsili Trente: DS 1698). Karena itu ia dinamakan juga "Sakramen orang yang menghadapi ajal" (ibid.). Urapan Orang Sakit membuat kita secara definitif serupa dengan kematian dan kebangkitan Kristus yang telah dimulai oleh Pembaptisan. Ia menyempurnakan urapan-urapan kudus yang membina seluruh hidup Kristen: urapan Pembaptisan mencurahkan hidup baru bagi kita; Penguatan meneguhkan kita untuk perjuangan hidup ini. Urapan terakhir ini membekali akhir hidup kita di dunia ini dengan satu tanggul kuat berhadapan dengan perjuangan perjuangan akhir sebelum masuk ke dalam rumah Bapa.

Semoga melalui uraian ini, menjadi jelas bahwa Kristus sangat menghargai keutuhan manusia, jiwa dan raga. Ia tidak hanya peduli akan keselamatan jiwa kita namun juga kesehatan raga kita. Ia hendak menebus kita jiwa dan raga. Amin.

~IOJC (tu scis quia amo te)~
Renungan Pagi: "JANGAN MENANGIS!"
Selasa, 18 September 2012
Bacaan Injil: Luk 7:11-17


Kematian tubuh adalah batas kehidupan di dunia tapi kematian hati dan pikiran akan membuat hidupmu merana di atas dunia yang tercipta untukmu." Dalam keduanya engkau membutuhkan Yesus untuk memberi kelepasan dan kehidupan baru kepada jiwamu.

Lewat tindakan membangkitkan kembali pemuda di Nain, Yesus mengembalikan hidup bukan hanya kepada pemuda itu, tapi juga memulihkan martabat janda yang mengalami kesedihan dan keputusaan akibat kematian sang putra.

Karena itu, di tengah problem hidup yang menindimu saat ini, di tengah duka dan nestapa hatimu, di tengah himpitan duri-duri yang menusuk baik raga maupun jiwamu, Yesus mau mendatangimu di pagi ini dan berkata seperti Ia pernah berkata kepada janda yang bersedih karena kematian anak tunggalnya; "JANGAN MENANGIS....AKU DI SINI UNTUKMU, ANAK-KU!" Ya, jangan menangis karena Yesuslah satu-satunya sumber kebahagiaan jiwamu di tengah derita-deritamu. Dialah yang akan memulihkan hidupmu asalkan engkau percaya dan menggantungkan segala harapan hidupmu pada-Nya.

Berilah sebuah senyum kepada dunia karena sesungguhnya Yesuslah alasan jiwamu bersuka cita, dan wajahmu berseri di pagi ini, di sepanjang kehidupanmu.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***
Pertunjukan Ular

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.

Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada t
ubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.

Renungan : “Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”

Selamat Pagi Berkah Dalem