Thursday, September 13, 2012

"AKU HANYA PERLU DIBERRI KESEMPATAN, PAK!"


Keluar dari pintu kereta api siang di station Katipunan-Quezon City, Filipina, di dekat tempat kostku, aku berjalan santai menuju eskalator...(tidak seperti biasanya selalu berlari cepat untuk menjadi nomor satu yang naik eskalator sambil memandang para penumpang lain yang seakan menyerbu eskalator...soalnya tiap saat rasa jengkel juga melihat kebanyakan laki-laki Filipina yang biasanya berkejaran untuk menaiki elevator - mengejar waktu karena kesibukan mereka)...tiba-tiba terlihat seorang cacat kaki, yang sedang duduk di kursi rodanya sambil menunggu menjadi pengguna terakhir eskalator agar tidak mengganggu yang lain, yang mempunyai mata, kaki, tangan, telinga, otak dan hati seperti saudara dan aku, namun kadang kita tidak menggunakannya dengan bijak.

Melihatnya, aku bergegas membantunya menggapai tangga eskalator...tapi tiba-tiba keluarlah kalimat singkat, padat yang membuatku hanya terpaku diam menatapnya tanpa sepata kata pun keluar membalasnya; "Pa, terima kasih...tidak usah bantu aku...Aku bisa melakukannya untuk diriku...Apa yang kubutuhkan hanyalah SEBUAH KESEMPATAN yang diberikan oleh orang lain untuk menggapai tangga eskalator ini. Akan tetapi, karena setiap orang seakan mengejar waktu, maka aku hanya menunggu menjadi orang terakhir." Teringatlah aku akan kisah penyembuhan si lumpuh di kolam Betesda;"...Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."(Yoh 5:2-9)

Aku lalu melangkah mundur dari pintu masuk eskalator, dan membiarkan dia membawa dirinya dengan kursi rodanya memasuki - menaiki tangga eskalator itu dengan cara bertumpuh pada kekuatan kedua tangannya yang kekar di pinggiran sisi tangga eskalator. Aku yang ada di belakangnya hanya terkagum-kagum memandangnya, dan ada rasa sedih sesal menyergap tubuh dan jiwaku.

Jarak dari station kereta api ke tempat kostku yang biasanya hanya 20 menit berjalan kaki, kini harus kutempuh dengan durasi waktu hampir 40 menit hanya karena rasa yang berkecamuk di dalam jiwaku, sampai hampir-hampir ditabrak mobil...Sopir menindis klakson yang membuatku harus melompat ke pinggir jalan karena memang telah mengambil area jalan mobil.

Ya, aku sadar bahwa kadang aku sendiri tidak memberi kesempatan kepada orang lain, apalagi orang kecil dan papa, orang cacat, bahkan sesama sahabatku sendiri untuk mengekspresikan diri dan kemauan mereka dengan bebas. Sering aku tidak memberi peluang kepada mereka untuk menggapai impian-impiannya. Ya, dunia ini panggung sandiwara yang memberi kepada setiap orang kesempatan untuk menjadi pemeran, namun betapa seringnya kita memerankan peranan yang tidak sesuai dengan hati nurani kita.

Di sore/malam ini, kudatangi lagi engkau para sahabatku, dan mengingatkanmu untuk tidak lupa memberi kesempatan kepada siapa saja yang ada bersamamu untuk menggapai impian-impian mereka dengan bebas....Apa yang mereka butuhkan mungkin tidak selamanya bantuan materi dan uang, tapi hanyalah sebuah hati yang mampu memberi mereka sebuah kesempatan dan peluang untuk dapat melakukan apa yang bisa mereka lakukan sesuai dengan cita dan impian mereka. Mungkin mereka yang di luar rumah sangatlah jauh untuk kau gapai, tapi ingatlah masih ada sesamamu yang paling dekat, yakni yang sekantor, seperusahaan, bahkan yang serumah denganmu. Sungguh, mereka menanti kesempatan dan peluang yang terberi dari ketulusan hatimu.

Akhirnya, bila saja kita mau untuk melakukan hal ini, selalu memberi kesempatan dan bahagia melihat orang lain menggapai impian, cita dan cinta mereka, maka betapa indahnya dunia ini karena sesungguhnya "surga telah mendarat di duniamu, duniaku, dan dunia kita bersama.


Goresan hati seorang sahabat untuk para sahabatnya,

***Duc in Altum***

No comments:

Post a Comment