Tuesday, January 29, 2013
Sunday, January 27, 2013
Sumber Gambar : Ignatius Press
”Penderitaan tanpa cinta adalah penderitaan atau neraka. Penderitaan
dengan cinta adalah pengorbanan. Cinta tidak memiliki kekuatan untuk
membunuh penderitaan atau memusnahkannya, tapi cinta memiliki kekuatan
untuk mengurangi penderitaan”—Fulton Sheen, dari buku “Life is Worth
Living”“Allah tidak memanggilku untuk menjadi sukses, melainkan Ia memanggilku untuk menjadi taat” – Beata Teresa dari Calcuta
“Kenyataannya, hanya ada satu Misa, satu Liturgi Ekaristi yang abadi, dan ini terjadi di surga selamanya… Kita tidak sekedar menghadiri Misa, kita bergabung dengan semua penghuni surga dan bumi dalam merayakan Liturgi yang abadi” – Vinny Flyn, dari Buku “7 Secrets of Eucharist”
“Manusia macam apa yg tidak akan menangis melihat Ibu Kristus dlm penderitaan sekejam itu? Putranya terluka…dan kita, pengecut, menjauh, menolak kehendak Allah. Ibuku dan Bundaku, ajarilah aku utk menjawab ‘ya’, spt engkau, yg akan membuat aku menyatukan diriku dg Yesus yg berkata kpd Bapa-Nya: non mea voluntas..(luk 22:24): bukan kehendak-Ku namun kehendak-Mu yg terjadi.” – St Josemaria Escriva; Jalan Salib; hal 33
“Bahkan sekarang ini Allah meminta kita untuk menjadi “penjaga” bagi saudara dan saudari kita (Kej 4:9) untuk membuat sebuah hubungan yang berdasarkan [sikap] saling memperhatikan satu sama lain” – Paus Benediktus XVI
“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.” – St. Paulus (Roma 2:4-5)
“Selanjutnya ketika temanmu bertanya “Dimanakah Allah?”, demi rasa cinta terhadap semua hal yang kudus, jangan menjelaskan kepadanya bahwa Allah berada di dalam hatimu, atau bahwa Allah berada di luar, di hari yang cerah. Ajaklah temanmu dalam adorasi, suruhlah ia duduk, dan tunjukklah kepada Ekaristi dan katakan “Itulah Ia”" – Marc Banres, Blogger Katolik di Amerika
Monday, January 21, 2013
Kisah Lelaki Sejati
Aku bertanya pada Bunda, bagaimana memilih lelaki sejati? Bunda menjawab, Nak...
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang
disekitarnya....
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya,
tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat
bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah...
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tetapi komitmennya terhadap wanita yang dicintainya...
Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan,
tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan...
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci,
tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...
Tuhan memberkati
Friday, January 18, 2013
Refleksi tentang EKARISTI dari Scott Hahn:
Pada Kamis Putihlah cinta Yesus terberi secara tuntas
ketika Ia berkata kepada para murid-Nya:
"Inilah Tubuh-Ku...Inilah Darah-Ku".
Ya, roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus
untukmu, untukku, untuk kita, untuk Gereja dan dunia.
Sedangkan pada Jumat Agung ketika Yesus wafat di salib
adalah bukti dari cinta sejati Yesus terhadap saudara dan aku.
CINTAILAH EKARISTI SELAMANYA.
***Duc in Altum***
Refleksi tentang EKARISTI dari Scott Hahn:
Pada Kamis Putihlah cinta Yesus terberi secara tuntas
ketika Ia berkata kepada para murid-Nya:
"Inilah Tubuh-Ku...Inilah Darah-Ku".
Ya, roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus
untukmu, untukku, untuk kita, untuk Gereja dan dunia.
Sedangkan pada Jumat Agung ketika Yesus wafat di salib
adalah bukti dari cinta sejati Yesus terhadap saudara dan aku.
CINTAILAH EKARISTI SELAMANYA.
***Duc in Altum***
Pada Kamis Putihlah cinta Yesus terberi secara tuntas
ketika Ia berkata kepada para murid-Nya:
"Inilah Tubuh-Ku...Inilah Darah-Ku".
Ya, roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus
untukmu, untukku, untuk kita, untuk Gereja dan dunia.
Sedangkan pada Jumat Agung ketika Yesus wafat di salib
adalah bukti dari cinta sejati Yesus terhadap saudara dan aku.
CINTAILAH EKARISTI SELAMANYA.
***Duc in Altum***
Rumah Seribu Cermin
Di sebuah desa kecil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama "Rumah Seribu Cermin." Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi "Rumah Seribu Cermin". Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.
Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi, ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat saya akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."
Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sungguh menakutkan, saya takkan pernah mau kembali ke sini lagi."
Saudara terkasih dalam Kristus, seringkali gambaran atau kesan tentang wajah yang ada di dunia ini, yang kita lihat ... adalah cermin gambaran dan kesan dari wajah kita sendiri. Kalau kita mengesankan keramahan, maka dunia akan tampak ramah... Kalau dunia terasa suram, mungkin itu karena kesan yang kita berikan...Jadi kesan apa yang ingin kita bawa dan sampaikan ke dunia ini saudara-saudariku?
Di sebuah desa kecil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama "Rumah Seribu Cermin." Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi "Rumah Seribu Cermin". Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.
Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi, ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat saya akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."
Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sungguh menakutkan, saya takkan pernah mau kembali ke sini lagi."
Saudara terkasih dalam Kristus, seringkali gambaran atau kesan tentang wajah yang ada di dunia ini, yang kita lihat ... adalah cermin gambaran dan kesan dari wajah kita sendiri. Kalau kita mengesankan keramahan, maka dunia akan tampak ramah... Kalau dunia terasa suram, mungkin itu karena kesan yang kita berikan...Jadi kesan apa yang ingin kita bawa dan sampaikan ke dunia ini saudara-saudariku?
Tuesday, January 15, 2013
TENTANG MENIKAH
Benarkah menikah didasari oleh kecocokan...
Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng... Kalau
sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah...(That
simple?........)
Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya
punya aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua manusia, pria
dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa
dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan
segalanya akan lancar.. Lalu apa?
MENIKAH adalah proses
pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan
berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan
untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi
kenyataannya?
Harus ada 'Komunikasi Dua Arah',
'Ada kerelaan mendengar kritik',
'Ada keikhlasan meminta maaf',
'Ada ketulusan melupakan kesalahan'
dan 'Keberanian untuk mengemukakan pendapat'.
Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil
undangan yang memacetkan jalan.
MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.
MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu
ruangan di mana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan
hanyalah bunga. Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang
hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan,
bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga
saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...
MENIKAH bukan didasari atas kesucian diri, tapi kesucian hati. Apalah
artinya MENIKAH apabila tidak suci hati. Diri yang kotor dapat mudah
diperbaiki, namun hati yang kotor tak mudah diperbaiki.
MENIKAH
adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa
mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain...??
Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan
pasangan hidup...??
MENIKAH sangat membutuhkan keberanian
tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk
'Menerima' dan 'Memaafkan'.
Dengan kata lain, MENIKAH merupakan
penggabungan dua bagian yang saling berbeda untuk dicari kecocokannya,
bagaikan mur dan baut, bukan persamaan yang dangkal, bukan pula
persamaan yang terlihat indah di mata. Perbedaan harus dicari kecocokan
bukan persamaan. Perpisahaan dengan alasan perbedaan adalah alasan yang
di buat untuk pembenaran, jadi kenapa harus menikah ketika memaksa untuk
berpisah kemudian?
Menikahlah, berjanji, dan berjanji adalah
kesepakatan dimana tidak akan di ingkari untuk setia sampai mati, sampai
maut memisahkan tanpa ada alasan manusia memisahkan, karena janji
adalah janji yang berdosa ketika di ingkari.
Tuhan memberkati
TENTANG MENIKAH
Benarkah menikah didasari oleh kecocokan...
Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng... Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah...(That simple?........)
Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar.. Lalu apa?
MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya?
Harus ada 'Komunikasi Dua Arah',
'Ada kerelaan mendengar kritik',
'Ada keikhlasan meminta maaf',
'Ada ketulusan melupakan kesalahan'
dan 'Keberanian untuk mengemukakan pendapat'.
Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.
MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.
MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan di mana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga. Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...
MENIKAH bukan didasari atas kesucian diri, tapi kesucian hati. Apalah artinya MENIKAH apabila tidak suci hati. Diri yang kotor dapat mudah diperbaiki, namun hati yang kotor tak mudah diperbaiki.
MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain...?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup...??
MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'.
Dengan kata lain, MENIKAH merupakan penggabungan dua bagian yang saling berbeda untuk dicari kecocokannya, bagaikan mur dan baut, bukan persamaan yang dangkal, bukan pula persamaan yang terlihat indah di mata. Perbedaan harus dicari kecocokan bukan persamaan. Perpisahaan dengan alasan perbedaan adalah alasan yang di buat untuk pembenaran, jadi kenapa harus menikah ketika memaksa untuk berpisah kemudian?
Menikahlah, berjanji, dan berjanji adalah kesepakatan dimana tidak akan di ingkari untuk setia sampai mati, sampai maut memisahkan tanpa ada alasan manusia memisahkan, karena janji adalah janji yang berdosa ketika di ingkari.
Tuhan memberkati
Benarkah menikah didasari oleh kecocokan...
Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng... Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah...(That simple?........)
Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar.. Lalu apa?
MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya?
Harus ada 'Komunikasi Dua Arah',
'Ada kerelaan mendengar kritik',
'Ada keikhlasan meminta maaf',
'Ada ketulusan melupakan kesalahan'
dan 'Keberanian untuk mengemukakan pendapat'.
Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.
MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.
MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan di mana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga. Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...
MENIKAH bukan didasari atas kesucian diri, tapi kesucian hati. Apalah artinya MENIKAH apabila tidak suci hati. Diri yang kotor dapat mudah diperbaiki, namun hati yang kotor tak mudah diperbaiki.
MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain...?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup...??
MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk 'Menerima' dan 'Memaafkan'.
Dengan kata lain, MENIKAH merupakan penggabungan dua bagian yang saling berbeda untuk dicari kecocokannya, bagaikan mur dan baut, bukan persamaan yang dangkal, bukan pula persamaan yang terlihat indah di mata. Perbedaan harus dicari kecocokan bukan persamaan. Perpisahaan dengan alasan perbedaan adalah alasan yang di buat untuk pembenaran, jadi kenapa harus menikah ketika memaksa untuk berpisah kemudian?
Menikahlah, berjanji, dan berjanji adalah kesepakatan dimana tidak akan di ingkari untuk setia sampai mati, sampai maut memisahkan tanpa ada alasan manusia memisahkan, karena janji adalah janji yang berdosa ketika di ingkari.
Tuhan memberkati
LIMA MENIT SAJA
Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di
West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. "Tuh.., itu
putraku yang di situ," katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak
kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata
ibu itu berbinar, bangga."Wah, bagus sekali bocah itu," kata bapak di
sebelahnya. "Lihat anak yangsedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt
biru itu? Dia anakku,"sambungnya, memperkenalkan.
Lalu, sambil
melihat arloji, ia memanggil putranya. "Ayo Jack, gimana kalau kita
sekarang pulang?"Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata,
"Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan?
Cuma tambah lima menit kok,yaaa...?"Pria itu mengangguk dan Jack
meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu,
sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. "Ayo, ayo, sudah waktunya
berangkat?"Lagi-lagi Jack memohon, "Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya?Boleh ya, Yah?" pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Pria itu bersenyum dan berkata, "OK-lah, iyalah...""Wah, bapak pasti
seorang ayah yang sabar," ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan
itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu.Pria itu membalas senyum,
lalu berkata, "Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi
bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak
pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John.
Sekarang apa
pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun
hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit
ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya,
sayalah yangmemperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain,
menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa
renyah-bahagianya...."Hidup ini bukanlah suatu lomba.
Hidup
ialah masalah membuat prioritas.Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?
Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu,
dan engkau pastilah tidak akanmenyesal selamanya.
Selamat Pagi, Berkah Dalem
------------------------------ ---
Mari berbagi kasih Januari
Monday, January 14, 2013
Sunday, January 13, 2013
Bacaan Katekismus Gereja Katolik dalam Setahun
729 Baru setelah saat kemuliaan-Nya tiba, Yesus menjanjikan kedatangan
Roh Kudus, karena dalam kematian dan kebangkitan-Nya akan terpenuhilah
janji yang diberikan kepada para bapa Bdk. Yoh 14:16-17.26; 15:26;
16:7-15; 17:26.: Roh kebenaran, paraklet [penghibur] yang lain, akan
diberikan oleh Bapa karena doa Yesus; Ia akan dikirim oleh Bapa, karena
Ia keluar dari Bapa. Roh Kudus akan datang; kita akan mengenal-Nya; Ia
akan selalu hadir di tengah-tengah kita. Ia akan mengajar kita dan akan
mengingatkan kita akan segala sesuatu yang telah dikatakan Kristus
kepada kita, dan memberi kesaksian tentang Dia; Ia akan mengantar kita
kepada seluruh kebenaran dan akan memuliakan Kristus. Ia akan
membuktikan kepada dunia mengenai dosa, keadilan dan pengadilan.
730 Akhirnya saat Yesus tiba Bdk. Yoh 13:1; 17:1.: Ia menyerahkan
roh-Nya ke dalam tangan Bapa Bdk. Luk 23:46. Yoh 19:30. ketika Ia
mengalahkan maut dengan kematian-Nya.
Setelah Ia "dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa" (Rm
6:4), Ia langsung memberikan Roh, dengan menghembusi murid-murid-Nya
Bdk. Yoh 20:22.. Mulai saat itu perutusan Kristus dan Roh Kudus menjadi
perutusan Gereja: "Sama seperti Bapa mengutus Aku demikian juga sekarang
Aku mengutus kamu" (Yoh 20:21) Bdk. Mat 28:19; Luk 24:47-48; Kis 1:8..
Anda sedang membaca di bagian mana?
https://www.facebook.com/ notes/gereja-katolik/ daftar-artikel-artikel-katekism us-gereja-katolik/ 10151191925577440
"JADILAH KEBANGGAAN ORANG TUAMU"
Siapa pun Anda sebagai anak saat ini
tapi sewaktu kecil engkau adalah kesayangan
papa dan mamamu.
Karena itu, betapa berbunga-bunganya Hati Sang Putra ketika mendengar sapaan lembut Sang Bapa kepada-Nya:
"Engkaulah Putra-Ku yang Kukasihi.
Kepada-Mulah Aku berkenan."
Semoga sapaan seperti ini takan pernah sulit terucap
dari mulut dan takan pernah hilang dari hati orang tuamu terhadapmu.
***Duc in Altum***
"JADILAH KEBANGGAAN ORANG TUAMU"
Siapa pun Anda sebagai anak saat ini
tapi sewaktu kecil engkau adalah kesayangan
papa dan mamamu.
Karena itu, betapa berbunga-bunganya Hati Sang Putra ketika mendengar sapaan lembut Sang Bapa kepada-Nya:
"Engkaulah Putra-Ku yang Kukasihi.
Kepada-Mulah Aku berkenan."
Semoga sapaan seperti ini takan pernah sulit terucap
dari mulut dan takan pernah hilang dari hati orang tuamu terhadapmu.
***Duc in Altum***
Siapa pun Anda sebagai anak saat ini
tapi sewaktu kecil engkau adalah kesayangan
papa dan mamamu.
Karena itu, betapa berbunga-bunganya Hati Sang Putra ketika mendengar sapaan lembut Sang Bapa kepada-Nya:
"Engkaulah Putra-Ku yang Kukasihi.
Kepada-Mulah Aku berkenan."
Semoga sapaan seperti ini takan pernah sulit terucap
dari mulut dan takan pernah hilang dari hati orang tuamu terhadapmu.
***Duc in Altum***
Saturday, January 12, 2013
DOA : KARYA NYATA YANG PALING SEDERHANA NAMUN PALING UTAMA
Kita cenderung untuk terpukau pada karya nyata Yesus di depan umum yang
dilakukan-Nya sejak pembaptisan-Nya. Padahal, Ia melakukannya hanya
selama 3 tahun dari 33 tahun hidup-Nya di dunia.
Siapa di
antara kita yang berani menyangsikan bahwa Maria dan Yosef, sebagaimana
lazimnya orang tua Yahudi, juga mengajarkan-Nya untuk bertekun dalam
DOA sesuai tradisi bangsa yahudi?
Siapa di antara kita yang berani menyangsikan bahwa hati-Nya penuh dengan DOA kepada Bapa-Nya ketika Ia dibaptis?
Pada awal karya pelayanan-Nya, Ia bukan mengajarkan bagaimana cara
untuk menarik simpati banyak orang, melainkan bagaimana BERDOA dengan
benar.
Dalam kesibukan pelayanan-Nya, Ia menyempatkan diri menyepi untuk BERDOA.
Sebelum diserahkan pada penguasa yang kejam, Yesus BERDOA kepada Bapa bagi kesatuan murid-murid-Nya.
Sebelum mengambil keputusan memikul salib, Ia BERDOA di taman Getsemani.
Ketika Ia disalib, Ia berseru dengan pedih dan menDOAkan mazmur, “Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?”
Di balik karya nyata Yesus selalu ada DOA.
Di balik karya yang gilang gemilang, selalu ada lutut yang setia bertelut.
Kita dapat saja melakukan karya nyata yang dikagumi banyak orang.
Namun kita tidak dapat serta merta mengatakan bahwa karya kita adalah doa kita.
Bahkan, kita dapat saja terjerumus memuliakan diri sendiri dalam karya kita.
Namun ingatlah, bahkan ketika tubuh kita terbaring lemah tak berdaya,
satu-satunya karya yang dapat kita lakukan justru adalah BERDOA bagi kepentingan Gereja dan sesama.
Karya yang luar biasa sekalipun tidak dapat menggantikan DOA.
Maka jangan meremehkan DOA.
DOA adalah jantung karya kita.
~IOJC (tu scis quia amo te)~
DOA : KARYA NYATA YANG PALING SEDERHANA NAMUN PALING UTAMA
Kita cenderung untuk terpukau pada karya nyata Yesus di depan umum yang dilakukan-Nya sejak pembaptisan-Nya. Padahal, Ia melakukannya hanya selama 3 tahun dari 33 tahun hidup-Nya di dunia.
Siapa di antara kita yang berani menyangsikan bahwa Maria dan Yosef, sebagaimana lazimnya orang tua Yahudi, juga mengajarkan-Nya untuk bertekun dalam DOA sesuai tradisi bangsa yahudi?
Siapa di antara kita yang berani menyangsikan bahwa hati-Nya penuh dengan DOA kepada Bapa-Nya ketika Ia dibaptis?
Pada awal karya pelayanan-Nya, Ia bukan mengajarkan bagaimana cara untuk menarik simpati banyak orang, melainkan bagaimana BERDOA dengan benar.
Dalam kesibukan pelayanan-Nya, Ia menyempatkan diri menyepi untuk BERDOA.
Sebelum diserahkan pada penguasa yang kejam, Yesus BERDOA kepada Bapa bagi kesatuan murid-murid-Nya.
Sebelum mengambil keputusan memikul salib, Ia BERDOA di taman Getsemani.
Ketika Ia disalib, Ia berseru dengan pedih dan menDOAkan mazmur, “Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?”
Di balik karya nyata Yesus selalu ada DOA.
Di balik karya yang gilang gemilang, selalu ada lutut yang setia bertelut.
Kita dapat saja melakukan karya nyata yang dikagumi banyak orang.
Namun kita tidak dapat serta merta mengatakan bahwa karya kita adalah doa kita.
Bahkan, kita dapat saja terjerumus memuliakan diri sendiri dalam karya kita.
Namun ingatlah, bahkan ketika tubuh kita terbaring lemah tak berdaya,
satu-satunya karya yang dapat kita lakukan justru adalah BERDOA bagi kepentingan Gereja dan sesama.
Karya yang luar biasa sekalipun tidak dapat menggantikan DOA.
Maka jangan meremehkan DOA.
DOA adalah jantung karya kita.
~IOJC (tu scis quia amo te)~
Kita cenderung untuk terpukau pada karya nyata Yesus di depan umum yang dilakukan-Nya sejak pembaptisan-Nya. Padahal, Ia melakukannya hanya selama 3 tahun dari 33 tahun hidup-Nya di dunia.
Siapa di antara kita yang berani menyangsikan bahwa Maria dan Yosef, sebagaimana lazimnya orang tua Yahudi, juga mengajarkan-Nya untuk bertekun dalam DOA sesuai tradisi bangsa yahudi?
Siapa di antara kita yang berani menyangsikan bahwa hati-Nya penuh dengan DOA kepada Bapa-Nya ketika Ia dibaptis?
Pada awal karya pelayanan-Nya, Ia bukan mengajarkan bagaimana cara untuk menarik simpati banyak orang, melainkan bagaimana BERDOA dengan benar.
Dalam kesibukan pelayanan-Nya, Ia menyempatkan diri menyepi untuk BERDOA.
Sebelum diserahkan pada penguasa yang kejam, Yesus BERDOA kepada Bapa bagi kesatuan murid-murid-Nya.
Sebelum mengambil keputusan memikul salib, Ia BERDOA di taman Getsemani.
Ketika Ia disalib, Ia berseru dengan pedih dan menDOAkan mazmur, “Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?”
Di balik karya nyata Yesus selalu ada DOA.
Di balik karya yang gilang gemilang, selalu ada lutut yang setia bertelut.
Kita dapat saja melakukan karya nyata yang dikagumi banyak orang.
Namun kita tidak dapat serta merta mengatakan bahwa karya kita adalah doa kita.
Bahkan, kita dapat saja terjerumus memuliakan diri sendiri dalam karya kita.
Namun ingatlah, bahkan ketika tubuh kita terbaring lemah tak berdaya,
satu-satunya karya yang dapat kita lakukan justru adalah BERDOA bagi kepentingan Gereja dan sesama.
Karya yang luar biasa sekalipun tidak dapat menggantikan DOA.
Maka jangan meremehkan DOA.
DOA adalah jantung karya kita.
~IOJC (tu scis quia amo te)~
Friday, January 11, 2013
"SESUNGGUHNYA, ENGKAULAH YANG MEMBUTUHKAN YESUS"
Yesus membutuhkan tanganmu untuk berbuat baik;
Ia membutuhkan matamu untuk melihat kebaikan
dalam diri orang lain;
Ia membutuhkan telingamu untuk mendengarkan jeritan
dan suara pilu dan derita orang lain;
Ia membutuhkan kehadiranmu untuk memberikan kesejukan dan kekuatan bagi orang lain yang sedang terpuruk dan putus asa.
Jika engkau mencoba melakukan semuanya, maka engkau akan sadar bahwa
sesungguhnya engkaulah yang membutuhkan YESUS dalam dan di sepanjang
hidupmu."
***Duc in Altum***
"SESUNGGUHNYA, ENGKAULAH YANG MEMBUTUHKAN YESUS"
Yesus membutuhkan tanganmu untuk berbuat baik;
Ia membutuhkan matamu untuk melihat kebaikan
dalam diri orang lain;
Ia membutuhkan telingamu untuk mendengarkan jeritan
dan suara pilu dan derita orang lain;
Ia membutuhkan kehadiranmu untuk memberikan kesejukan dan kekuatan bagi orang lain yang sedang terpuruk dan putus asa.
Jika engkau mencoba melakukan semuanya, maka engkau akan sadar bahwa sesungguhnya engkaulah yang membutuhkan YESUS dalam dan di sepanjang hidupmu."
***Duc in Altum***
Yesus membutuhkan tanganmu untuk berbuat baik;
Ia membutuhkan matamu untuk melihat kebaikan
dalam diri orang lain;
Ia membutuhkan telingamu untuk mendengarkan jeritan
dan suara pilu dan derita orang lain;
Ia membutuhkan kehadiranmu untuk memberikan kesejukan dan kekuatan bagi orang lain yang sedang terpuruk dan putus asa.
Jika engkau mencoba melakukan semuanya, maka engkau akan sadar bahwa sesungguhnya engkaulah yang membutuhkan YESUS dalam dan di sepanjang hidupmu."
***Duc in Altum***
Thursday, January 10, 2013
Bacaan Katekismus Gereja Katolik dalam Setahun
715 Teks-teks nabi yang langsung menyangkut perutusan Roh Kudus adalah
ramalan-ramalan, di mana Tuhan - dalam bahasa janji - berbicara kepada
hati bangsa-Nya Bdk. Yeb 11:19; 36:25-28; 37:1-14; Yer 31:31-34; dan Yl
3:1-5: mengenai teks terakhir ini akan St. Petrus katakan, bahwa
terpenuhi pada pagi hari Pentekosta: Bdk. Kis 2:17. dalam nada "cinta
dan kesetiaan". Menurut janji-janji ini, Roh Tuhan akan membaharui hati
manusia pada "saat-saat terakhir", dengan menyampaikan kepada mereka
satu hukum baru. Ia akan mengumpulkan bangsa-bangsa yang terpisah dan
tercerai-berai dan mendamaikan mereka satu sama lain; Ia akan membaharui
ciptaan pertama dan di dalam ciptaan baru itu Allah akan hidup bersama
manusia dalam suasana damai.
716 Dalam diri kaum miskin Bdk.
misalnya Zef 2:3; Mzm 22:27; 34:3; Yes 49:13; 61:1. - orang yang rendah
hati dan lemah lembut, yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada rencana
Allahnya yang penuh rahasia, dan yang
menantikan keadilan bukan dari manusia, melainkan dari Mesias - Roh
Kudus berkarya selama masa janji-janji dalam perutusan-Nya yang
tersembunyi untuk mempersiapkan kedatangan Kristus. Hati mereka yang
dimurnikan dan diterangi oleh Roh, mengungkapkan diri dalam
mazmur-mazmur. Dalam diri orang-orang miskin ini, Roh tengah
mempersiapkan bagi Tuhan suatu "bangsa yang taat" Bdk. Luk 1:17.
Jika doa dipandang sebagai kewajiban, yang ada adalah keterpaksaan, padahal Tuhan tidak pernah memaksa.
Jika doa dipandang sebagai kebutuhan, maka kita hanya akan berdoa ketika kita butuh.
Jika doa merupakan suatu kerinduan, maka kerinduan itulah yang senantiasa akan menuntun kita untuk selalu berdoa.
--anonim, tercetak pada sebuah kalender--
~IOJC (tu scis quia amo te)~
Jika doa dipandang sebagai kewajiban, yang ada adalah keterpaksaan, padahal Tuhan tidak pernah memaksa.
Jika doa dipandang sebagai kebutuhan, maka kita hanya akan berdoa ketika kita butuh.
Jika doa merupakan suatu kerinduan, maka kerinduan itulah yang senantiasa akan menuntun kita untuk selalu berdoa.
--anonim, tercetak pada sebuah kalender--
~IOJC (tu scis quia amo te)~
Jika doa dipandang sebagai kebutuhan, maka kita hanya akan berdoa ketika kita butuh.
Jika doa merupakan suatu kerinduan, maka kerinduan itulah yang senantiasa akan menuntun kita untuk selalu berdoa.
--anonim, tercetak pada sebuah kalender--
~IOJC (tu scis quia amo te)~
Wednesday, January 9, 2013
“Allah telah menciptakanku untuk melakukan suatu pelayanan yang pasti bagi-Nya; Ia telah mempercayakan suatu pekerjaan kepadaku yang tidak ia percayakan kepada yang lain. Aku memiliki misiku sendiri – Aku mungkin tidak pernah mengetahuinya dalam hidup ini, tapi aku akan diberitahu tentang itu selanjutnya…Aku memiliki bagian dalam karya agung; Aku adalah mata rantai dalam rantai, sebuah ikatan hubungan diantara pribadi-pribadi"
”Penderitaan tanpa cinta adalah penderitaan atau neraka. Penderitaan
dengan cinta adalah pengorbanan. Cinta tidak memiliki kekuatan untuk
membunuh penderitaan atau memusnahkannya, tapi cinta memiliki kekuatan
untuk mengurangi penderitaan”—Fulton Sheen, dari buku “Life is Worth
Living”
“Allah tidak memanggilku untuk menjadi sukses, melainkan Ia memanggilku untuk menjadi taat” – Beata Teresa dari Calcuta
“Kenyataannya, hanya ada satu Misa, satu Liturgi Ekaristi yang abadi, dan ini terjadi di surga selamanya… Kita tidak sekedar menghadiri Misa, kita bergabung dengan semua penghuni surga dan bumi dalam merayakan Liturgi yang abadi” – Vinny Flyn, dari Buku “7 Secrets of Eucharist”
“Allah tidak memanggilku untuk menjadi sukses, melainkan Ia memanggilku untuk menjadi taat” – Beata Teresa dari Calcuta
“Kenyataannya, hanya ada satu Misa, satu Liturgi Ekaristi yang abadi, dan ini terjadi di surga selamanya… Kita tidak sekedar menghadiri Misa, kita bergabung dengan semua penghuni surga dan bumi dalam merayakan Liturgi yang abadi” – Vinny Flyn, dari Buku “7 Secrets of Eucharist”
Tuesday, January 8, 2013
::Beriman PENUH::
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.(Why 3:16)
Orang yang bimbang janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu
dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam
hidupnya. (Yak 1:7-8)
Jika Kristus yang kita ikuti dan kita
percayai, mengapa kita tidak mempercayaiNya seratus persen. Kita akan
rugi sendiri dalam hal waktu dan tenaga bila kita mempercayai Kristus
dan ajaran GerejaNya setengah-setangah. Kita bisa membandingkan orang
yang berlari memakai sandal dan yang memakai sepatu. Kita bisa menilai
orang yang berlari memakai sandal, seolah tidak serius dalam berlari
mencapai tujuan. Jika seharusnya ia bisa sampai di tujuan dalam 1 jam,
ia mungkin baru sampai dalam 4 jam dengan tenaga yang lebih banyak
terbuang atau mungkin malah tidak sanggup mencapai tujuan.
Kepercayaan kita kepada Kristus dan GerejaNya Katolik bukanlah
kepercayaan buta, karena kita memiliki ribuan saksi-saksi iman, dimulai
dari para rasul, martir dan santo-santa. Mereka adalah orang-orang yang
paling mirip Kristus dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan mereka
mengalami kebahagiaan adikodrati sejak di dunia ini dan berakhir di
surga. Tidak semuanya orang-orang sukses dalam keduniawian, tetapi
mereka sukses dalam kebahagiaan surgawi sejak di dunia ini.
Kita mungkin mengalami beberapa kesulitan dalam memahami ajaran iman,
tetapi kesulitan-kesulitan itu tidak sama dengan kebimbangan. Semoga
Tuhan menambahkan iman kita.
salam.
::Beriman PENUH::
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.(Why 3:16)
Orang yang bimbang janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yak 1:7-8)
Jika Kristus yang kita ikuti dan kita percayai, mengapa kita tidak mempercayaiNya seratus persen. Kita akan rugi sendiri dalam hal waktu dan tenaga bila kita mempercayai Kristus dan ajaran GerejaNya setengah-setangah. Kita bisa membandingkan orang yang berlari memakai sandal dan yang memakai sepatu. Kita bisa menilai orang yang berlari memakai sandal, seolah tidak serius dalam berlari mencapai tujuan. Jika seharusnya ia bisa sampai di tujuan dalam 1 jam, ia mungkin baru sampai dalam 4 jam dengan tenaga yang lebih banyak terbuang atau mungkin malah tidak sanggup mencapai tujuan.
Kepercayaan kita kepada Kristus dan GerejaNya Katolik bukanlah kepercayaan buta, karena kita memiliki ribuan saksi-saksi iman, dimulai dari para rasul, martir dan santo-santa. Mereka adalah orang-orang yang paling mirip Kristus dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan mereka mengalami kebahagiaan adikodrati sejak di dunia ini dan berakhir di surga. Tidak semuanya orang-orang sukses dalam keduniawian, tetapi mereka sukses dalam kebahagiaan surgawi sejak di dunia ini.
Kita mungkin mengalami beberapa kesulitan dalam memahami ajaran iman, tetapi kesulitan-kesulitan itu tidak sama dengan kebimbangan. Semoga Tuhan menambahkan iman kita.
salam.
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.(Why 3:16)
Orang yang bimbang janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yak 1:7-8)
Jika Kristus yang kita ikuti dan kita percayai, mengapa kita tidak mempercayaiNya seratus persen. Kita akan rugi sendiri dalam hal waktu dan tenaga bila kita mempercayai Kristus dan ajaran GerejaNya setengah-setangah. Kita bisa membandingkan orang yang berlari memakai sandal dan yang memakai sepatu. Kita bisa menilai orang yang berlari memakai sandal, seolah tidak serius dalam berlari mencapai tujuan. Jika seharusnya ia bisa sampai di tujuan dalam 1 jam, ia mungkin baru sampai dalam 4 jam dengan tenaga yang lebih banyak terbuang atau mungkin malah tidak sanggup mencapai tujuan.
Kepercayaan kita kepada Kristus dan GerejaNya Katolik bukanlah kepercayaan buta, karena kita memiliki ribuan saksi-saksi iman, dimulai dari para rasul, martir dan santo-santa. Mereka adalah orang-orang yang paling mirip Kristus dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan mereka mengalami kebahagiaan adikodrati sejak di dunia ini dan berakhir di surga. Tidak semuanya orang-orang sukses dalam keduniawian, tetapi mereka sukses dalam kebahagiaan surgawi sejak di dunia ini.
Kita mungkin mengalami beberapa kesulitan dalam memahami ajaran iman, tetapi kesulitan-kesulitan itu tidak sama dengan kebimbangan. Semoga Tuhan menambahkan iman kita.
salam.
KARENA BELAS KASIHANNYA MAKA IA MEMBERI KITA MAKAN
Renungan pagi hari Selasa, 8 Januari 2013
Cerita mukijizat yang terdapat dalam Injil hari ini biasanya disoroti
pada aspek 'pergandaan roti dan ikan terhadap lima ribu orang".
Kebanyakan dari kita akan melihat bahwa dasar dari terjadinya mukjizat
itu adalah karena rasa lapar yang dialami oleh orang banyak. Kiranya,
memandang kisah itu hanya pada aspek pemberian makan sama dengan
mengurangi makna dari kisah. Jika kita membaca lebih cermat kisah "Yesus
memberi makan lima ribu orang" (Mk 6:34-44), maka kita akan menemukan
penyebab dasar dari mukjizat itu.
Dasar dari terjadinya mukjizat itu bukanlah karena rasa lapar yang
dialami oleh kerumunan orang banyak tetapi karena BELAS KASIHAN dari
Yesus. Sebagaimana tertulis dalam teks: "Yesus melihat sejumlah orang
banyak, maka tergeraklah hatinya oleh BELAS KASIHAN kepada mereka,
karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah
Dia mengajarkan banyak hal kepada mereka" (ay 34). Di sini dengan nyata
Yesus menaruh belas kasihan BUKAN karena kelaparan yang terjadi di
kalangan orang banyak, tetapi karena mereka seperti domba tanpa gembala;
tercerai-berai, tanpa pemimpin, tanpa ada yang melindungi dan menjaga,
kehilangan tokoh pemersatu, kehilangan semangat karena tidak ada
pemimpin spiritual yang tepat. Dan paling fatal adalah tidak ada yang
dapat mengenyangkan 'kelaparan' rohani mereka. Inilah sebenarnya inti
dan dasar terjadinya pemberian makan.
Karena itulah, Yesus
tidak pertama-tama memberi mereka santapan jasmani. Ia lebih dulu
mengajarkan kepada mereka banyak hal, Kerajaan Allah. Orang yang hidup
pada masa Yesus ini sungguh diberkati. Mereka telah bertemu seorang yang
mengenal kelaparan spiritual mereka dan mengenyangkan kelaparan itu.
Mereka mendapat siraman rohani sekaligus juga makanan jasmani. Yesus
menyadari kedua-duanya perlu untuk hidup manusia. Tetapi yang pertama
Dia berikan adalah: SIRAMAN ROHANI.
Sangat masuk akal jika pada
pagi hari perasaan kita sejuk dan damai jika kita bisa mendengar
SIRAMAN ROHANI dari radio, televisi, internet, atau kotbah misa. Hati
kita merasa damai jika kita bisa membaca renungan dan doa pagi atau ikut
serta perayaan ekaristi pagi. Kita belum makan apa-apa di pagi hari
tetapi rasanya sudah kenyang karena Sabda Tuhan sungguh menguatkan kita.
Hidup kita terasa diberkati untuk sepanjang hari. Ada kekuatan baru
untuk memulai aktivitas; memasak sarapan, menyapu rumah, mempersiapkan
anak untuk sekolah, membereskan perlengkapan untuk ke kantor dan lain
sebagainya. Itulah yang mau disampaikan Yesus bagi kita hari ini. Semoga
kita tidak membiarkan hati kita kelaparan akan Sabda Allah, kelaparan
secara rohani. Carilah dahulu kerajaan Allah maka yang lainnya akan
ditambahkannya padamu. Amen. Selamat pagi
Deus Meus et Omnia
Monday, January 7, 2013
INSPIRASI PAGI
KISAH SERBUK PAHIT
Ada seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yg sedang dirundung
problem dan masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung
menceritakan semua masalahnya.
Pak
tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu ia mengambil segenggam
serbuk pahit & meminta anak muda itu u/ mengambil segelas air.
Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas & di aduk perlahan,
“Coba minum ini & katakan bagaimana rasanya?” ujar Pak tua
“Pahit sekali” jawab Pemuda itu
Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak pemuda itu utk berjalan ke tepi telaga di belakang rumahnya.
Mereka berjalan berdampingan & akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu & dengan sepotong kayu ia mengaduknya,
“Coba ambil air telaga ini & minumlah”
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua bertanya lagi,
“Bagaimana rasanya?”
“Segar” sahut si Pemuda
“Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu?” tanya Pak tua
“Tidak” sahut Pemuda
Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata, “Anak muda dengarkan
baik-baik, pahitnya kehidupan sama seperti segenggam serbuk pahit ini,
tak lebih tak kurang” Jumlah & rasa pahitnya pun sama & memang
akan tetap sama. Tapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari
WADAH yang kita miliki.
Kepahitan itu akan di dasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.
Jadi saat Anda merasakan kepahitan & kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang dapat Anda lakukan :
“Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu,
Luaskanlah hatimu utk menampung setiap kepahitan itu”
Saudaraku.. Hatimu adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.
“Jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu
menampung setiap kepahitan itu & merubahnya menjadi kesegaran &
kedamaian…”
SEMOGA BISA MENJADI RENUNGAN PAGI INI…
Selamat Pagi Berkah Dalem
Sunday, January 6, 2013
Thursday, January 3, 2013
Tuesday, January 1, 2013
MENGARAHKAN DAN MENYERAHKAN KERINDUANKU YANG TERBESAR KEPADA TUHAN
30 Desember 2012
PESTA KELUARGA KUDUS
1 Sam 1:20-22, 24-28; Mzm 84:2-3,5-6,9-10, 1 Yoh 3:1-2,21-24; Luk 2:41-52
Pada Pesta Keluarga Kudus, Gereja Katolik mengajak kita untuk menilik kehidupan dua perempuan yang berbeda dari zaman yang berbeda pula. Pada bacaan pertama, kita diajak untuk melihat bagaimana Hana menepati nazarnya kepada Tuhan. Apabila kita mencermati latar belakang peristiwa ini, maka kita akan tersadar bahwa bagi Hana, dan memang lazimnya bagi semua perempuan Israel, kemandulan merupakan sebuah aib. Hal ini karena seorang perempuan Yahudi yang mandul itu dikucilkan, baik secara agamawi maupun dalam masyarakat. Hana pasti sadar bahwa kemandulan itu akan mengakibatkan suaminya akan mendapat aib juga. Maka ia lantas memohon pada Yahwe agar Ia berkenan memberinya keturunan. Pada bacaan Injil, kita menjumpai Maria yang sedang berziarah ke Yerusalem dalam rangka perayaan Paskah, mengalami peristiwa yang mengguncangkan. Ia kehilangan Kanak-kanak Yesus di tengah keramaian. Kita tidak tahu persis bagaimana situasi keluarga rumah tangga Keluarga Kudus ketika itu, tetapi barangkali kita boleh mengandaikan bahwa apabila peristiwa ini sampai dicatat oleh Sto.Lukas, sudahlah tentu bahwa peristiwa ini mengesan dalam bagi nara sumber Injil.
Apa yang bisa kita gali dari kedua peristiwa ini? Pertama, Samuel dan Yesus merupakan kerinduan terbesar bagi Hana dan Maria. Samuel merupakan wujud nyata kerinduan Hana untuk memiliki seorang anak. Di sisi lain, Yesus pastilah diharapkan Maria agar suatu saat kelak menyelamatkan bangsa Israel dari penjajahan romawi. Kita semua pastilah memiliki kerinduan terbesar dalam hidup kita. Boleh jadi banyak orang di sekitar kita menertawakan apa yang menjadi kerinduan kita. Bila demikian halnya, kita boleh bercermin pada Hana dan Maria, yang kiranya memiliki kesamaan iman bahwa “tidak ada yang mustahil bagi Allah”. Tapi motivasi apakah sebenarnya yang perlu kita miliki dalam kerinduan kita?
Hal kedua yang bisa kita gali dari bacaan hari ini adalah bahwa Hana dan Maria secara mengesankan meninggalkan teladan agar kita menyerahkan kerinduan kita kepada Tuhan. Selama menantikan kelahiran anaknya, dan terus berlanjut ketika Samuel bertumbuh, Hana hidup dalam satu motivasi ini : ia ingin menyerahkan anaknya kepada Tuhan, dan akhirnya ia memang melakukannya. Peristiwa injil bahkan mengajak kita lebih dalam untuk mendasari tindakan penyerahan kita dengan suatu penyerahan rohani.
“Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada dalam rumah Bapa-Ku?” kata-kata Kanak-kanak Yesus ini hendaknya jangan dipahami sebatas kata-kata luar biasa dari seorang anak kecil. Sto.Lukas, penulis kitab Injil, adalah seorang tabib. Ia terbiasa untuk menulis dengan rinci bukan tanpa maksud. Maka kita boleh bertanya-tanya mengapa Sto.Lukas memutuskan untuk mencatat peristiwa ini. Dalam tradisi bangsa Yahudi, bahkan hingga saat ini, ada upacara inisiasi yang amat penting dalam kehidupan seorang manusia setelah sunat. Upacara itu adalah Bar Mitzvah yang dijalani oleh seorang anak laki-laki yang berusia 13 tahun. Maka ada yang berbeda pada perayaan Paskah yang diikuti Keluarga Kudus ketika itu. Perayaan Paskah kali itu adalah kali terakhir bagi Maria dan Yusuf dapat menganggap Yesus (ketika itu berusia 12 tahun) sebagai seorang anak-anak yang harus tunduk patuh pada jalan pikiran orang tuanya. Maria sendiri, sebagai ibu yang baik, pasti sudah merencanakan segala yang terbaik bagi anaknya. Ia mungkin berpikir sama seperti lazimnya orang tua, “Saya tahu apa yang terbaik bagi anak saya.” Namun toh, kata-kata Kanak-kanak Yesus pastilah tetap mengguncangkannya. “Rumah Bapa” dalam bahasa Kanak-kanak Yesus pastilah sudah cukup mengguncangkan hati Maria.
Dikatakan dalam Injil bahwa Maria menyimpan peristiwa itu (yaitu apa yang dikatakan Kanak-kanak Yesus) dalam hatinya. Benar bahwa Maria ketika itu sudah menyerahkan Yesus secara fisik pada Yahwe melalui sunat, tapi Kanak-kanak Yesus mengingatkannya kembali bahwa yang paling mendasar adalah sikap penyerahan rohani. Yesus mengarahkan Maria agar ia tidak sibuk dengan segala rancangannya sendiri, melainkan mengarahkan segala kerinduannya (yaitu penyelamatan oleh Yesus) kepada Bapa. Ia mengarahkan Maria untuk bersikap tidak melekat.
Bagaimana dengan kita? Adalah wajar bila seorang manusia memiliki cita-cita, memiliki kerinduan yang besar dan mendalam, namun apakah kita sudah menyerahkannya kepada Tuhan?
~IOJC (tu scis quia amo te)~
30 Desember 2012
PESTA KELUARGA KUDUS
1 Sam 1:20-22, 24-28; Mzm 84:2-3,5-6,9-10, 1 Yoh 3:1-2,21-24; Luk 2:41-52
Pada Pesta Keluarga Kudus, Gereja Katolik mengajak kita untuk menilik kehidupan dua perempuan yang berbeda dari zaman yang berbeda pula. Pada bacaan pertama, kita diajak untuk melihat bagaimana Hana menepati nazarnya kepada Tuhan. Apabila kita mencermati latar belakang peristiwa ini, maka kita akan tersadar bahwa bagi Hana, dan memang lazimnya bagi semua perempuan Israel, kemandulan merupakan sebuah aib. Hal ini karena seorang perempuan Yahudi yang mandul itu dikucilkan, baik secara agamawi maupun dalam masyarakat. Hana pasti sadar bahwa kemandulan itu akan mengakibatkan suaminya akan mendapat aib juga. Maka ia lantas memohon pada Yahwe agar Ia berkenan memberinya keturunan. Pada bacaan Injil, kita menjumpai Maria yang sedang berziarah ke Yerusalem dalam rangka perayaan Paskah, mengalami peristiwa yang mengguncangkan. Ia kehilangan Kanak-kanak Yesus di tengah keramaian. Kita tidak tahu persis bagaimana situasi keluarga rumah tangga Keluarga Kudus ketika itu, tetapi barangkali kita boleh mengandaikan bahwa apabila peristiwa ini sampai dicatat oleh Sto.Lukas, sudahlah tentu bahwa peristiwa ini mengesan dalam bagi nara sumber Injil.
Apa yang bisa kita gali dari kedua peristiwa ini? Pertama, Samuel dan Yesus merupakan kerinduan terbesar bagi Hana dan Maria. Samuel merupakan wujud nyata kerinduan Hana untuk memiliki seorang anak. Di sisi lain, Yesus pastilah diharapkan Maria agar suatu saat kelak menyelamatkan bangsa Israel dari penjajahan romawi. Kita semua pastilah memiliki kerinduan terbesar dalam hidup kita. Boleh jadi banyak orang di sekitar kita menertawakan apa yang menjadi kerinduan kita. Bila demikian halnya, kita boleh bercermin pada Hana dan Maria, yang kiranya memiliki kesamaan iman bahwa “tidak ada yang mustahil bagi Allah”. Tapi motivasi apakah sebenarnya yang perlu kita miliki dalam kerinduan kita?
Hal kedua yang bisa kita gali dari bacaan hari ini adalah bahwa Hana dan Maria secara mengesankan meninggalkan teladan agar kita menyerahkan kerinduan kita kepada Tuhan. Selama menantikan kelahiran anaknya, dan terus berlanjut ketika Samuel bertumbuh, Hana hidup dalam satu motivasi ini : ia ingin menyerahkan anaknya kepada Tuhan, dan akhirnya ia memang melakukannya. Peristiwa injil bahkan mengajak kita lebih dalam untuk mendasari tindakan penyerahan kita dengan suatu penyerahan rohani.
“Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada dalam rumah Bapa-Ku?” kata-kata Kanak-kanak Yesus ini hendaknya jangan dipahami sebatas kata-kata luar biasa dari seorang anak kecil. Sto.Lukas, penulis kitab Injil, adalah seorang tabib. Ia terbiasa untuk menulis dengan rinci bukan tanpa maksud. Maka kita boleh bertanya-tanya mengapa Sto.Lukas memutuskan untuk mencatat peristiwa ini. Dalam tradisi bangsa Yahudi, bahkan hingga saat ini, ada upacara inisiasi yang amat penting dalam kehidupan seorang manusia setelah sunat. Upacara itu adalah Bar Mitzvah yang dijalani oleh seorang anak laki-laki yang berusia 13 tahun. Maka ada yang berbeda pada perayaan Paskah yang diikuti Keluarga Kudus ketika itu. Perayaan Paskah kali itu adalah kali terakhir bagi Maria dan Yusuf dapat menganggap Yesus (ketika itu berusia 12 tahun) sebagai seorang anak-anak yang harus tunduk patuh pada jalan pikiran orang tuanya. Maria sendiri, sebagai ibu yang baik, pasti sudah merencanakan segala yang terbaik bagi anaknya. Ia mungkin berpikir sama seperti lazimnya orang tua, “Saya tahu apa yang terbaik bagi anak saya.” Namun toh, kata-kata Kanak-kanak Yesus pastilah tetap mengguncangkannya. “Rumah Bapa” dalam bahasa Kanak-kanak Yesus pastilah sudah cukup mengguncangkan hati Maria.
Dikatakan dalam Injil bahwa Maria menyimpan peristiwa itu (yaitu apa yang dikatakan Kanak-kanak Yesus) dalam hatinya. Benar bahwa Maria ketika itu sudah menyerahkan Yesus secara fisik pada Yahwe melalui sunat, tapi Kanak-kanak Yesus mengingatkannya kembali bahwa yang paling mendasar adalah sikap penyerahan rohani. Yesus mengarahkan Maria agar ia tidak sibuk dengan segala rancangannya sendiri, melainkan mengarahkan segala kerinduannya (yaitu penyelamatan oleh Yesus) kepada Bapa. Ia mengarahkan Maria untuk bersikap tidak melekat.
Bagaimana dengan kita? Adalah wajar bila seorang manusia memiliki cita-cita, memiliki kerinduan yang besar dan mendalam, namun apakah kita sudah menyerahkannya kepada Tuhan?
~IOJC (tu scis quia amo te)~
KATEKESE TAHUN BARU: MENGAPA MARIA DISEBUT BUNDA ALLAH?
Bagaimana mungkin Allah memiliki seorang Ibu? Bagaimana Gereja mengimani hal ini? Ada tiga alasan mengapa Maria disebut Bunda Allah, yaitu: 1) Maria melahirkan Yesus, yang sungguh Allah, 2) Maria melahirkan Seseorang dan bukan melahirkan kodrat, 3) untuk melindungi kodrat Yesus yang sungguh Allah [walaupun Ia juga sungguh manusia]. Bahwa Maria adalah ibu Yesus adalah suatu fakta yang tidak mungkin disangkal, karena tertulis secara jelas di dalam Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, kitab Kejadian mengisahkan permusuhan antara ular dengan ‘perempuan itu’ (lih. Kej 3:15), di mana para Bapa Gereja menginterpretasikan bahwa ‘perempuan itu’ adalah Maria. Nubuat ini dilanjutkan oleh nabi Yesaya tentang kelahiran Immanuel dari anak dara/ perawan (‘virgin‘ (Inggris)/ almah (‘Ibrani’) lih. Yes 7:14). Gambaran di dalam Perjanjian Lama kemudian mendapatkan pemenuhannya dalam Perjanjian Baru ketika Malaikat Gabriel mengatakan kepada Maria bahwa anak yang akan dilahirkannya disebut kudus, Anak Allah (lih. Luk 1:35), yang diperkuat oleh kesaksian Elizabeth, yang menyebut Maria sebagai ibu Tuhanku (lih. Luk 1:43). Bahkan berdasarkan Gal 4:4, yang mengatakan bahwa Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan, Martin Luther percaya bahwa Maria memang adalah Bunda Allah.[1] Kalau seorang ibu melahirkan anak, maka yang dilahirkan adalah seseorang atau pribadi (person), bukan kodrat dari orang tersebut. Seorang ibu tidak melahirkan kemanusiaan namun seorang manusia atau seorang pribadi. Seseorang bisa saja menjadi bupati, direktur perusahaan, prodiakon pada saat yang bersamaan. Namun, ibu yang melahirkan orang tersebut bukanlah ibu dari bupati atau ibu dari direktur perusahaan atau ibu dari prodiakon, namun ibu dari orang tersebut, yaitu keseluruhan dari orang tersebut, yang dapat saja mempunyai beberapa tugas. Dengan pemikiran yang sama, Bunda Maria adalah Bunda Allah, karena dia melahirkan pribadi Yesus, yang memang sungguh Allah – karena Yesus merupakan pribadi ke-dua dari Trinitas. Ketidakmampuan untuk menangkap bahwa seorang ibu melahirkan seseorang (person) dapat berakibat fatal, seperti yang ditunjukkan oleh ajaran sesat dari Nestorius, seorang Uskup Agung Konstantinopel (428-431). Nestorius menganggap bahwa Bunda Maria hanya melahirkan Yesus yang sungguh manusia, di mana ke-Allahan Yesus masuk ke dalam Yesus manusia. Yesus dianggap bukanlah Allah, namun hanya seorang manusia dengan Allah yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, menurut Nestorius, di dalam Yesus ada Allah namun Yesus bukanlah Allah. Sedangkan iman Kristiani mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh Allah, dan sungguh manusia, sehingga dengan menyebut bahwa Maria adalah Bunda Allah, maka sama saja menyatakan bahwa Maria adalah Bunda Yesus yang sungguh Allah -walaupun Yesus juga adalah sungguh manusia. Dengan demikian, dogma Maria Bunda Allah mendukung dogma Yesus yang sungguh Allah. Sumber: Situs Katolisitas --Deo Gratias-- |
Subscribe to:
Posts (Atom)