Tuesday, October 16, 2012
Seorang anggota page Gereja Katolik bertanya:
--"Admin saya mau tau tentang sakramen krisma itu apa ? Karna saya berkeinginan ikut sakramen itu thn dpn. Terimakasih :) "--
Berikut ini jawaban dari Kompendium Katekismus Gereja Katolik meng
--"Admin saya mau tau tentang sakramen krisma itu apa ? Karna saya berkeinginan ikut sakramen itu thn dpn. Terimakasih :) "--
Berikut ini jawaban dari Kompendium Katekismus Gereja Katolik meng
enai Sakramen Krisma no 265-270
265. Apa peran Sakramen Penguatan dalam rencana keselamatan ilahi?
Dalam Perjanjian Lama, para nabi mewartakan bahwa Roh Allah akan turun ke atas Mesias yang dinantikan dan ke seluruh umat mesianis. Seluruh hidup Yesus dijalani dalam persatuan total dengan Roh Kudus. Para Rasul menerima Roh Kudus pada hari Pentekosta dan mewartakan karya agung Allah (Kis 2:11). Mereka memberikan anugerah Roh yang sama kepada orang yang baru dibaptis dengan penumpangan tangan. Selama berabad-abad, Gereja terus menjalani hidup dalam Roh dan menurunkan-Nya kepada anak-anaknya.
266. Mengapa Sakramen ini disebut dengan Krisma atau Penguatan?
Disebut dengan Krisma (dalam Gereja-Gereja Timur, artinya mengurapi dengan Myron suci – Myron: minyak dari biji Sesawi hitam, atau disebut juga dengan krisma) karena ritus pokok Sakramen ini ialah pengurapan dengan minyak suci (krisma). Disebut dengan Penguatan karena Sakramen ini bertujuan untuk menguatkan dan memperkokoh rahmat Sakramen Pembaptisan.
267. Apa ritus pokok Sakramen Penguatan?
Ritus pokok Sakramen Penguatan ialah pengurapan dengan minyak Krisma Suci (minyak yang dicampur dengan balsam dan diberkati Uskup), yang dilaksanakan dengan penumpangan tangan petugas Gereja (Uskup atau wakilnya) yang mengucapkan kata-kata sakramental dari ritus tersebut. Di Gereja Barat, pengurapan ini diberikan di dahi orang yang sudah dibaptis dengan kata-kata: ”Semoga engkau dimeteraikan dengan karunia Roh Kudus”. Di Gereja-Gereja Timur dari ritus Byzantin, pengurapan ini diberikan juga pada bagian badan yang lain dengan kata-kata: ”Meterai karunia Roh Kudus”.
268. Apa buah Sakramen Penguatan?
Buah Sakramen Penguatan ini ialah pencurahan Roh Kudus secara khusus seperti pada hari Pentekosta. Pencurahan ini memberikan meterai yang tak terhapuskan dan menumbuhkembangkan rahmat Sakramen Pembaptisan. Sakramen ini membuat si penerima masuk lebih dalam menjadi putra-putri ilahi, mempererat hubungannya dengan Kristus dan Gereja, dan memperkuat anugerah Roh Kudus di dalam jiwanya. Sakramen ini memberikan kekuatan khusus dalam memberikan kesaksian iman Kristen.
269. Siapa yang dapat menerima Sakramen ini?
Hanya mereka yang sudah dibaptis dapat menerima Sakramen Penguatan, dan Sakramen ini hanya dapat diterima satu kali saja. Agar penerimaan Sakramen Penguatan berdaya guna, calon harus berada dalam keadaan berahmat.
270. Siapa pelayan Sakramen Penguatan?
Petugas aslinya adalah Uskup. Dengan demikian, bisa ditampakkan hubungan antara orang yang menerima dan Gereja dalam dimensi apostoliknya. Jika yang melaksanakan Sakramen ini adalah seorang imam, yang biasanya terjadi di Gereja Timur dan dalam kasus khusus juga terjadi di Barat, hubungan dengan Uskup dan Gereja diungkapkan oleh Imam yang menjadi pembantu (kolaborator) Uskup dan dengan Krisma Suci yang diberkati oleh Uskup sendiri.
265. Apa peran Sakramen Penguatan dalam rencana keselamatan ilahi?
Dalam Perjanjian Lama, para nabi mewartakan bahwa Roh Allah akan turun ke atas Mesias yang dinantikan dan ke seluruh umat mesianis. Seluruh hidup Yesus dijalani dalam persatuan total dengan Roh Kudus. Para Rasul menerima Roh Kudus pada hari Pentekosta dan mewartakan karya agung Allah (Kis 2:11). Mereka memberikan anugerah Roh yang sama kepada orang yang baru dibaptis dengan penumpangan tangan. Selama berabad-abad, Gereja terus menjalani hidup dalam Roh dan menurunkan-Nya kepada anak-anaknya.
266. Mengapa Sakramen ini disebut dengan Krisma atau Penguatan?
Disebut dengan Krisma (dalam Gereja-Gereja Timur, artinya mengurapi dengan Myron suci – Myron: minyak dari biji Sesawi hitam, atau disebut juga dengan krisma) karena ritus pokok Sakramen ini ialah pengurapan dengan minyak suci (krisma). Disebut dengan Penguatan karena Sakramen ini bertujuan untuk menguatkan dan memperkokoh rahmat Sakramen Pembaptisan.
267. Apa ritus pokok Sakramen Penguatan?
Ritus pokok Sakramen Penguatan ialah pengurapan dengan minyak Krisma Suci (minyak yang dicampur dengan balsam dan diberkati Uskup), yang dilaksanakan dengan penumpangan tangan petugas Gereja (Uskup atau wakilnya) yang mengucapkan kata-kata sakramental dari ritus tersebut. Di Gereja Barat, pengurapan ini diberikan di dahi orang yang sudah dibaptis dengan kata-kata: ”Semoga engkau dimeteraikan dengan karunia Roh Kudus”. Di Gereja-Gereja Timur dari ritus Byzantin, pengurapan ini diberikan juga pada bagian badan yang lain dengan kata-kata: ”Meterai karunia Roh Kudus”.
268. Apa buah Sakramen Penguatan?
Buah Sakramen Penguatan ini ialah pencurahan Roh Kudus secara khusus seperti pada hari Pentekosta. Pencurahan ini memberikan meterai yang tak terhapuskan dan menumbuhkembangkan rahmat Sakramen Pembaptisan. Sakramen ini membuat si penerima masuk lebih dalam menjadi putra-putri ilahi, mempererat hubungannya dengan Kristus dan Gereja, dan memperkuat anugerah Roh Kudus di dalam jiwanya. Sakramen ini memberikan kekuatan khusus dalam memberikan kesaksian iman Kristen.
269. Siapa yang dapat menerima Sakramen ini?
Hanya mereka yang sudah dibaptis dapat menerima Sakramen Penguatan, dan Sakramen ini hanya dapat diterima satu kali saja. Agar penerimaan Sakramen Penguatan berdaya guna, calon harus berada dalam keadaan berahmat.
270. Siapa pelayan Sakramen Penguatan?
Petugas aslinya adalah Uskup. Dengan demikian, bisa ditampakkan hubungan antara orang yang menerima dan Gereja dalam dimensi apostoliknya. Jika yang melaksanakan Sakramen ini adalah seorang imam, yang biasanya terjadi di Gereja Timur dan dalam kasus khusus juga terjadi di Barat, hubungan dengan Uskup dan Gereja diungkapkan oleh Imam yang menjadi pembantu (kolaborator) Uskup dan dengan Krisma Suci yang diberkati oleh Uskup sendiri.
Bacaan Katekismus Gereja Katolik dalam Setahun
Bagian I - Pengakuan Iman
Seksi I Aku Percaya – Kami Percaya
Bab II Allah Menyongsong Manusia
Bab III Jawaban Manusia kepada Allah
Artikel 4 Aku Percaya
Artikel 5 Kami Percaya
166 Iman adalah satu perbuatan pribadi: jawaban bebas manusia atas
undangan Allah yang mewahyukan Diri. Tetapi iman bukanlah satu perbuatan
yang terisolir. Tidak ada seorang pun dapat percaya untuk dirinya
sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang dapat hidup untuk
dirinya sendiri. Tidak ada seorang yang memberikan iman kepada diri
sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang memberi kehidupan
kepada diri sendiri. Yang percaya menerima kepercayaan dari orang lain;
ia harus melanjutkannya kepada orang lain. Cinta kita kepada Yesus dan
kepada sesama mendorong kita supaya berbicara kepada orang lain mengenai
iman kita. Dengan demikian, setiap orang yang percaya adalah anggota
dalam jalinan rantai besar orang-orang beriman. Saya tidak dapat
percaya, kalau saya tidak didukung oleh kepercayaan orang lain dan oleh
kepercayaan saya, saya mendukung kepercayaan orang lain.
167
"Akupercaya" (pengakuan iman apostolik): itulah iman Gereja, sebagaimana
setiap orang beriman mengakui secara pribadi, terutama pada waktu
Pembaptisan. "Kami percaya" (pengakuan iman dari Nisea-Konstantinopel
Yn.): itulah iman Gereja, sebagaimana para Uskup yang berkumpul dalam
konsili itu mengakui atau lebih umum, sebagaimana umat beriman mengakui
dalam liturgi. "Aku percaya": demikianlah juga Gereja, ibu kita
berbicara, yang menjawab Allah melalui imannya dan yang mengajar kita
berkata: "aku percaya", "kami percaya".
I. "Tuhan, Perhatikanlah Iman Gereja-Mu"
168 Pertama-tama Gerejalah, yang percaya dan dengan demikian menopang,
memupuk dan mendukung iman saya. Pada tempat pertama Gerejalah yang
mengakui Tuhan di mana-mana ("Kepadamu Gereja kudus beriman, tersebar di
seluruh dunia", demikian kita menyanyi dalam madah Te Deum), dan
bersama dia dan dalam dia, kita juga mengakui: "aku percaya", "kami
percaya". Melalui Gereja kita menerima dalam Pembaptisan iman dan
kehidupan baru dalam Kristus. Dalam ritus Romawi, pemberi Pembaptisan
bertanya kepada yang menerima Pembaptisan: "Apa yang kau minta dari
Gereja Allah?" Jawabannya: "Iman" - "Iman memberi apa kepadamu?" -
"Kehidupan kekal" (RR. OBA).
169 Keselamatan datang hanya dari
Allah, tetapi karena kita menerima kehidupan iman melalui Gereja, maka
ia adalah ibunda kita: "Kita mengimani Gereja sebagai ibu kelahiran
kembali kita, dan bukan kita percaya akan Gereja, seakan-akan dialah
pangkal keselamatan kita" (Faustus d. Riez, Spir. 1,2). Sebagai ibunda
kita, ia juga adalah pendidik kita dalam iman.
II. Bahasa Iman
170 Kita tidak percaya kepada rumus-rumus, tetapi kepada kenyataan
yang diungkapkannya dan yang dapat kita "raba" oleh karena iman.
"Perbuatan orang beriman mempunyai tujuan bukan pada pengungkapan,
melainkan pada kenyataan [yang diungkapkan] (Tomas Aqu., s.th. 2-2,1,2
ad 2). Tetapi kita mendekati kenyataan-kenyataan ini dengan bantuan
rumus-rumus iman. Formula ini memungkinkan untuk menyatakan dan
merumuskan iman, untuk merayakan bersama, untuk menjadikannya milik kita
dan untuk semakin hidup darinya
171 Sebagai "tiang dan dasar
kebenaran" (1 Tim 3:15), Gereja menyimpan dengan setia "iman yang sudah
satu kali diberikan Allah untuk selama-lamanya kepada umatnya" (Yud 3).
Ia menyimpan kata-kata Kristus dalam ingatannya; ia meneruskan pengakuan
iman para Rasul dari generasi ke generasi. Sebagai seorang ibu yang
mengajarkan anak-anaknya berbicara dan dengan demikian juga mengerti dan
hidup bersama, Gereja, ibu kita, mengajarkan bahasa iman kepada kita
supaya menghantar kita masuk ke dalam pengertian dan kehidupan iman.
Subscribe to:
Posts (Atom)