PO BOX 356, 89808 BEAUFORT, SABAH.
Saudara-saudari
seiman, kini ‘kontroversi’ hubungan antara Yesus dengan
saudara-saudaraNya ditampilkan. Ketika orang banyak memberitahu Yesus
bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya ada di luar, Yesus memberi jawaban
yang mencengangkan: “Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku?”
(ay 32) “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan
kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku
perempuan, dialah ibu-Ku!” (ay 34-35). Wow…apakah Yesus akan menjadi
anak durhaka dengan tidak mengakui ibunya sendiri? Apakah Dia malu
memper-ibu-kan Maria? Sama sekali TIDAK! Bukan itu maksud Yesus.
Dalam Kitab Suci, nama orang sering diimbuhi dengan nama daerah
asalnya, apalagi jika nama itu dipakai banyak orang, misalnya: Simon
dari Kirene, Maria dari Magdala, Simon dari Arimatea, Simon orang Zelot
dan lain-lain. Yesus juga beberapa kali disebut dengan nama daerah-Nya,
Nazareth. Tetapi pada masa selanjutnya, khususnya setelah terjun ke
masyarakat, Yesus lebih dikenal sebagai Kristus (dari bahasa Yunani:
Chistos, artinya yang diurapi), Mesias, Seorang yang diutus Bapa.
Yesus dikenal bukan lagi hanya secara phisik-genealogi, tetapi juga
secara spiritual dengan melihat sisi keilahian-Nya. Pernyatan-Nya bahwa
‘saudara-saudara dan ibu-Nya’ bukan mereka yang melahirkan-Nya secara
jasmani melainkan mereka yang melakukan kehendak Allah, adalah suatu
penegasan tentang posisi Maria dalam hidup-Nya. Maria adalah ibu yang
melahirkan-Nya tetapi bukan pemilik-Nya. Yesus memberikan pemahaman yang
benar bagi orang-orang di sekitar-Nya bahwa Dia bukan hanya manusia
biasa yang kelihatan secara fisik, melainkan Putera Bapa-Mesias.
Pembaptisan di Sungai Yordan sangat terang memproklamirkan itu:
“Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:22).
Kita, orang yang telah menerima pembaptisan juga telah
memiliki garis keturunan rohani. Garis keturunan marga atau klan kita
disempurnakan dengan ‘marga’ yang baru yakni: Kristen (pengikut
Kristus). Persaudara kita bukan lagi persaudaraan darah (genealogi)
tetapi persaudaraan air baptisan. Saya menyapa Anda sebagai
saudara-saudaraku dan bapa-ibuku bukan karena Anda dan aku lahir dari
ibu yang sama secara phisik, tetapi semata-mata karena kita semarga
dalam baptisan. Ternyata persekutuan karena air lebih merekat dibanding
darah. Baptisan lebih mengikat persekutuan kita daripada darah yang
mengikat kekeluargaan. Kita semua pasti mengalami perbedaan ini.
Hubungan batin kita satu sama lain terasa lebih erat, walaupun kita
tidak pernah berjumpa, hanya karena kita sama-sama berdoa dengan tanda
salib.
Satu contoh konkret kuatnya kesatuan dan kekeluargaan
kita adalah, ketika Admin page Gereja Katolik mempublikasikan satu photo
gereja stasi yang reot di pedalaman yang butuh dana untuk membangun,
dalam waktu beberapa hari saja, begitu banyak bantuan yang masuk ke
rekening yang disediakan Admin GK. Padahal kita tidak saling mengenal
atau pernah berjumpa satu sama lain. Kita hanya merasakan suatu ikatan
batin karena baptisan-satu iman dalam Kristus. Kita telah menjadi
saudara sepenanggungan hanya karena baptisan yang sama. Ketika satu
gereja atau disegel di suatu tempat yang jauh dari kita, perasaan yang
muncul adalah miris dan kasihan, karena mereka adalah Saudara kita.
Walau kita tidak mengenal mereka secara langsung tetapi kita merasa
bahwa mereka adalah bagian dari kita. Kita menjadi saudara kandung dalam
Kristus. Semoga kesatuan ini tetapi lestari dan abadi. Mari saling
mendukung dalam iman, kasih dan pengharapan. Amen
No comments:
Post a Comment