Tuesday, October 9, 2012


Apa itu NOVENA? Seperti apa sih Novena itu? Saya seringkali mendengar orang Katolik berdoa Novena.. Apa maksudnya?

Novena adalah doa pribadi atau doa bersama selama sembilan hari berturut-turut yang dipanjatkan guna mendapatkan suatu rahmat khusus, memohon suatu karunia khusus atau menyampaikan suatu permohonan khusus. Novena berasal dari kata Latin “novem” yang artinya “sembilan”. Seperti tampak dalam definisi di atas, novena selalu menyiratkan adanya kepentingan yang mendesak.

Dalam liturgi Gereja, novena dibedakan dari oktaf, yang sifatnya lebih pada perayaan, entah sebelum atau sesudah suatu pesta penting. Misalnya, dalam penanggalan liturgi Gereja, kita merayakan Oktaf sebelum Natal, di mana pendarasan antifon “O” membantu kita mempersiapan diri menyambut kelahiran Juruselamat kita. Kita juga merayakan Oktaf Natal dan Paskah, yang meliputi hari pesta itu sendiri dan tujuh hari sesudahnya, guna menekankan sukacita misteri-misteri yang dirayakan.

Sulit ditentukan dengan tepat, asal mula novena sebagai bagian dari harta rohani Gereja. Perjanjian Lama tidak mencatat adanya perayaan selama sembilan hari di kalangan bangsa Yahudi. Sebaliknya, dalam Perjanjian Baru, pada peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus, Tuhan memberikan Perutusan Agung kepada para rasul, dan kemudian menyuruh mereka untuk kembali ke Yerusalem dan menunggu datangnya Roh Kudus. Dalam Kisah Para Rasul dicatat, “Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis 1:12, 14). Sembilan hari sesudahnya, Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Kemungkinan, “periode doa sembilan hari” yang dilakukan oleh para rasul inilah yang menjadi dasar dari doa novena.

Jauh sebelum kekristenan, bangsa Romawi kuno juga mempraktekkan doa selama sembilan hari demi berbagai macam kepentingan. Penulis Livy mencatat bagaimana doa sembilan hari itu dirayakan di Gunung Alban guna menolak bala atau murka para dewa seperti yang diramalkan oleh para tukang tenung. Begitu pula, doa sembilan hari dipersembahkan apabila suatu “hal baik” diramalkan akan terjadi. Keluarga-keluarga juga menyelenggarakan masa duka selama sembilan hari atas kematian orang yang dikasihi dengan suatu perayaan khusus sesudah pemakaman yang dilakukan pada hari kesembilan. Pula, bangsa Romawi merayakan parentalia novendialia, suatu novena tahunan (13-22 Februari) guna mengenangkan segenap anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Karena novena telah merupakan bagian dari budaya Romawi, ada kemungkinan umat Kristiani “membaptis” praktek kafir ini.

Apapun yang mungkin merupakan asal mula novena, di kalangan umat Kristiani perdana memang sungguh ada masa berkabung selama sembilan hari atas meninggalnya seseorang yang dikasihi. Maka, pada akhirnya, dipersembahkanlah suatu Misa novena bagi kedamaian kekal jiwa. Hingga sekarang, terdapat praktek novendialia atau Novena Paus, yang dilaksanakan apabila Bapa Suci berpulang, seperti yang kita saksikan saat wafatnya Paus Yohanes Paulus II yang terkasih.

Pada Abad Pertengahan, terutama di Spanyol dan Perancis, doa novena biasa dipanjatkan sembilan hari menjelang Natal, melambangkan sembilan bulan yang dilewatkan Tuhan kita dalam rahim Santa Perawan Maria. Doa novena khusus ini membantu umat beriman mempersiapkan diri merayakan dengan khidmad kelahiran Tuhan kita. Lama-kelamaan berbagai macam novena disusun guna membantu umat beriman mempersiapkan diri menyambut suatu pesta istimewa atau guna memohon pertolongan seorang kudus dalam suatu masalah tertentu. Beberapa novena populer yang secara luas biasa didaraskan di Gereja kita adalah Novena Medali Wasiat, Novena Hati Kudus Yesus, Novena Roh Kudus, Novena St Yosef, Novena St Yudas Tadeus, dan lain sebagainya.

Cukup sulit mengatakan mengapa kita tidak mendaraskan novena dalam ibadat bersama sesering sebelum Konsili Vatikan II. Saya pernah menanyakan hal ini kepada seorang imam senior, yang pada intinya mengatakan bahwa cukup banyak orang yang ikut ambil bagian dalam doa novena, tetapi melewatkan Misa Kudus. Padahal, sebagai umat Katolik, fokus terutama dalam spiritualitas dan sembah sujud bersama adalah Ekaristi dan Misa Kudus.

Juga, sebagian orang saya pikir telah menyelewengkan novena dengan takhayul. Di setiap paroki di mana saya pernah ditugaskan, selalu saja saya menemukan salinan Novena St Yudas Tadeus yang pada dasarnya menyatakan bahwa jika orang pergi ke Gereja selama sembilan hari berturut-turut dan meninggalkan salinan Novena St Yudas Tadeus, maka doanya akan dikabulkan - semacam surat berantai rohani; bagaikan mesin Katolik otomatis saja: seperti orang memasukkan uang ke dalam mesin penjual, lalu menekan tombol untuk mendapatkan cola yang diinginkannya; dalam hal ini orang mendaraskan doa-doa, pergi ke gereja, meninggalkan salinan doa, dan beranggapan bahwa dengan demikian doanya pastilah dikabulkan. Yang menyedihkan sekarang ini adalah orang bukan, setidak-tidaknya menyalin dengan tangan, melainkan sekedar memfotokopinya, dan yang terlebih parah, biasanya sayalah yang harus membereskan lembaran-lembaran doa ini yang ditinggalkan dan tercecer di seluruh ruang Gereja.

Walau demikian, novena masih mendapat tempat yang sah dan benar dalam spiritualitas Katolik. Dalam buku Pedoman Indulgensi tertulis, “Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan tekun ikut ambil bagian dalam praktek saleh novena bersama yang diadakan sebelum perayaan Natal, atau Pentakosta, atau Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa.” Di sini, sekali lagi Gereja menekankan bahwa novena merupakan suatu praktek rohani yang saleh, yang memperteguh iman individu dan hendaknyalah individu sungguh tekun, dengan selalu mengingat kebajikan Tuhan yang senantiasa menjawab semua doa-doa kita menurut kehendak ilahi-Nya.

Dikutip dari Situs Yesaya..
Salam kasih dan doa, Deo Gratias..

Sunday, October 7, 2012

Dalam suatu diskusi non-formal sambil ngopi-ngopi, tiba-tiba seorang teman menyela pembicaraan dan berkata: "Setiap tindakan baik apapun, selalu pikir dulu baru lakukan. Perbuatan baik tidak selalu menghasilkan buah yang manis."

Kami tertegun mendengar kata-katanya karena belum mengerti ke mana tujuannya. Melihat wajah kami melongo tanda belum mengerTi, ia pun menceritakan kisah perbuatan baiknya menolong seorang yg tergeletak karena dikeroyok segerombolan pemuda. Ia tidak berpikir panjang akan efek negatif dari perbuatannya. Ia kebetulan melintas mengendarai sepeda motor dan melihat pemuda mengerang kesakitan akibat tikaman pisau di tubuhnya. Lalu dengan spontan teman ini turun dari sepeda motornya dan menelepon polisi. Setengah jam kemudian polisi datang memberi pertolongan dan teman ini pun melanjutkan perjalanan. Tapi tak lama kemudian, 2 orang polisi membuntutinya seraya memintanya berbalik arah. Ia heran, kesalahan apa yang ia perbuat sehingga polisi datang.

Rupanya polisi mau meminta keterangan darinya sehubungan kasus penikaman pemuda yang sekarang telah dirawat di rumah sakit. Sebenarnya pertanyaan polisi kepadanya hanya minta kesaksian, tetapi lama-kelamaan pertanyaan itu seolah-olah menyudutkannya seolah-olah ia dianggap sebagai teman pembunuh itu, yang berpura-pura berbuat baik menghilangkan jejak. Urusannya menjadi rumit dan mengganggu banyak aktivitasnya.

Saudara-saudara, terkadang karena takut berurusan, takut repot dan kehilangan waktu, kita membiarkan suatu persoalan terjadi. Memang perlulah selalu berpikir sebelum melakukan tindakan yang kita anggap baik, tetapi jangan lupa bahwa spontanitas dalam melaksanakan kebaikan juga tidak bisa dibendung.

Barangkali persoalan yang dipikirkan oleh Lewi dan Imam dalam Injil hari ini (Luk 10:25-37) adalah: takut repot dan tidak mau berurusan lebih lama yang akhirnya bisa menjadi tugas utamanya. Ketika seorang pemuda disamun di tengah jalan menuju Yeriko, orang pertama yang melintas di jalan sunyi itu adalah kaum Lewi, yang dalam kalangan Yahudi dianggap sebagai kaum terpandang dan terpelajar. Ia malah memalingkan mata dari si korban seolah-olah tidak melihat apa yang terjadi. Orang kedua yang melintas adalah Imam, yang merupakan jabatan dan posisi terhormat di tengah masyarakat. Kaum imamlah yang selalu mengajarkan kebaikan dan cinta kasih dan tau menerangkan hukum-hukum kasih yang tertera pada Kitab Taurat.

Tetapi ketika tiba pada realita, hukum itu mesti diterapkan, ia malah tidak sanggup melakukannya. Sekarang di depan matanya ada pemuda tergeletak hampir mati. Pemuda itu butuh bantuan, tetapi imam yang sedang melintas hanya melihatnya sejenak lantas pergi berlalu. Orang ketiga yang lewat di jalan itu orang Samaria, yang dalam pandangan Yahudi sebagai kalangan yang hina dan rendah. Orang Yahudi sering mencemooh kelompok ini sebagai kelompok yang tidak beriman. Namun, justru orang yang dianggap berdosa, tercemooh, rendahan, pendosa tak beriman itulah yang mau melakukan tindakan kasih.

Pertanyaan ahli taurat mengenai 'bukan sesamaku' dijawab Yesus dengan: "Tidak ada orang yang bukan sesamaku". "Sesama" bukanlah soal darah atau kebangsaan atau persekutuan keagamaan. Hal ini untuk mengobah pola pikir Yahudi yang menganggap bahwa sesama itu adalah teman sebangsa Israel, seperti tertulis dalam teks Kitab Imamat. Tetapi dengan perumpamaan Yesus ini, nampak bagi mereka (walau sulit diterima) bahwa sesamaku adalah semua manusia yang diciptakan Tuhan hadir bersamaku di dunia ini. Kepada mereka, aku wajib membagi kasih.

"Kasih" juga bukan soal apa yang kuketahui, kuucapkan dan kutuliskan untuk orang lain, tetapi soal sikap-tindakan yang kumiliki terhadap orang lain. Imam dan orang Lewi tahu benar mengenai perintah Allah, dan seperti ahli taurat pasti dapat menafsirkannya bagi orang lain. Tiap hari mereka ini mengajar di sinagoga tentang hukum kasih, tentang sedekah, tentang perbuatan baik, tetapi ketika tiba waktu praktek mereka tidak memiliki tujuan yang mendalam. Itu berarti bahwa kasih yang mereka ajarkan hanya tinggal di bibir saja. Sementara orang Samaria, dengan melaksanakan kasih, menunjukkan bahwa ia mengetahui hukum.

Injil hari ini menyinggung semua strata sosial kita, baik kalangan pimpinan, kaum terpelajar, terpandang, politikus, agamawan, rakyat jelata dan sebagainya. Kita semua disapa Yesus lewat Sabda-Nya, supaya kita kembali menyadari bahwa "KASIH" tidak punya batas, sekat, golongan, darah, bangsa, teritorial. Kasih berlaku untuk semua orang. Karena itu, untuk membagi kasih kita tidak perlu bertanya orang itu dari agama apa, suku apa, bangsa apa. Tetapi lihatlah bahwa ia membutuhkan uluran tanganmu. Itulah sesamamu, itulah sesama kita. Dalam hal ini spontanitas sangat berlaku. Untuk menjalankan kasih, kita harus siap menanggung semua resikonya. Semoga.

Deus Meus et Omnia

Wednesday, October 3, 2012

"TUHAN, AMPUNILAH AKU YANG SULIT MENGAMPUNI SESAMAKU"

Siapakah yang dapat melupakan kesalahan dan luka yang dibuat oleh orang lain bagaikan pasir yang berlubang dan berhamburan karena sentuhan tapak-tapak kakimu di atasnya tapi akan menjadi seperti semula setelah tersiram ombak?

Engkau dan aku memang sulit melakukannya untuk sesama kita, tapi kita senang dan bahagia karena Tuhan selalu melakukannya untukmu, untukku, dan untuk kita semua.

Tuhan...ampunilah aku walaupun aku sendiri sulit mengampuni sesama yang bersalah kepadaku. Untuk yang ini pun Tuhan mendengarkanmu.

***Duc in Altum**

Sunday, September 30, 2012


BAGAIMANA BERDOA ROSARIO

Seorang teman berkelakar mengenai Rosario.. "Orang Katolik kalo meninggal di tangannya selalu dililitkan Rosario.." "Lalu?", tanyaku.. "Apakah sungguh semasa hidupnya orang yang meninggal itu berdoa Rosario?".. Semoga Rosario tidak hanya kita pegang saat kita sudah berada di dalam peti.. :), smoga tidak hanya menjadi gantungan di mobil, tidak juga hanya menjadi kalung, gelang tapi kita tidak pernah mendoakannya atau bahkan tidak tau cara berdoa Rosario..

Cara berdoa Rosario adalah sebagai berikut:

Pembukaan

* Tanda Salib Pembuka
* Aku Percaya... (Syahadat Para Rasul)
* Kemuliaan...
* Bapa Kami...
* Terpujilah...
* Salam Putri Allah Bapa, Salam Maria...
* Salam Bunda Allah Putra, Salam Maria...
* Salam Mempelai Allah Roh Kudus, Salam Maria...
* Kemuliaan...
* Terpujilah...

Peristiwa I (sesuaikan dengan jenis/kelompok peristiwa)

* Bapa Kami...
* Salam Maria... (10 kali)
* Kemuliaan...
* Terpujilah...
* Ya Yesus yang baik...(Doa Fatima)

Peristiwa II (sesuaikan dengan jenis/kelompok peristiwa)
(sama seperti di atas), demikian selanjutnya sampai Peristiwa V

Tanda Salib Penutup

Keterangan tambahan:
Doa Fatima
Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami.
Selamatkanlah kami dari api neraka,
dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga,
terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin.

Salam kasih dan doa,
Deo Gratias
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. ~ Matius 11:28.

(Come unto me, all you that labour and are heavy laden, and I will give you rest. ~ Matthew 11:28)
SANDARAN HIDUP

Ada sekuntum bunga yang terlihat lemah, hidup di bawah pohon pinus yang tinggi. Bunga kecil sangat bersyukur karena ada pohon pinus yang melindunginya, melindunginya dari angin dan hujan, setiap hari tidak perlu mencemaskan apa-apa lagi.

Suatu hari, tiba-tiba datang sekelompok penebang, dengan mudah, mereka menebang pohon yang besar itu.

Bunga kecil itu sangat sedih, menangis terisak-isak dan berkata: “Tuhan, semua perlindungan untukku telah hilang. dan angin yang sombong akan bertiup membuatku tumbang, serta terpukul oleh air hujan.”

Dari jauh terdengar ada sebatang pohon yang menenangkan bunga ini sambil berkata: “Jangan berpikir begitu, semuanya malah akan terjadi sebaliknya. Jika tidak ada perlindungan dari pohon, maka matahari akan menyinarimu, hutan akan memberimu kelembapan.

Badanmu yang lemah akan bertumbuh menjadi lebih kuat, dan mahkota bungamu akan terlihat lebih bagus di bawah sinar matahari. Dan orang-orang akan melihatmu, dan memujimu, betapa cantiknya bunga kecil ini!”

Saudara terkasih dalam Kristus, Ketika kehilangan sebuah sandaran hidup, kita pasti memiliki perasaan sedih dan sulit untuk merelakannya. Namun dalam keadaan seperti itulah, kita disadarkan bahwa sebenarnya kita memiliki berkat dan kesempatan yang tidak terbatas. Dan saat kita mengenang saat-saat penuh perjuangan itu, kita akan terkejut saat menyadari jejak dari pertumbuhan kita yang begitu jelas, dan juga penuh suka cita.

Selamat Sore, Tuhan memberkati