PO BOX 356, 89808 BEAUFORT, SABAH.
PERISTIWA APAPUN HENDAKLAH MEMBUATMU MAKIN PERCAYA
Renungan pagi hari Kamis, 27 Desember 2012
Pada hari kedua oktav natal, kita pestakan Santo Yohanes, Rasul dan
Penulis Injil. Dialah murid yang paling dikasihi Yesus, yang menjadi
saksi kebangkitan-Nya. Kesaksian yang diberikan oleh Yohanes bukan
kesaksian palsu lewat mulut ke mulut. Kesaksiannya adalah kesaksian yang
akurat dan tak terbantahkan. Akurasinya dijamin karena peristiwa itu ia
lihat sendiri, dengar sendiri, saksikan sendiri dan raba sendiri (1Yoh
1:1-4): "Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami DENGAR, yang
telah kami LIHAT dengan mata kami, yang telah kami SAKSIKAN dan yang
telah kami RABA dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang
kami tuliskan kepadamu" (ay 1).
Semua panca indranya digunakan sehingga tak seorang pun bisa
menyangkalnya. Hal ini bisa terjadi karena ia sendiri adalah murid
Yesus, yang hidup dekat dengan Yesus dan mengetahui banyak tentang
Yesus. Dialah murid yang paling dikasihi Yesus, yang memberikan
kesaksian bukan lewat wawancara atau apa yang diberitakan orang lain,
tetapi karena ia sendiri melihat.
Para peristiwa kebangkitan,
pagi-pagi buta, ketika Maria Magdalena pergi ke kubur ia melihat batu
penutup makam itu terguling, dengan segera ia berbalik memberitahukan
hal itu kepada para murid. Siapakah murid yang pertama sampai di makam?
Dialah Yohanes, murid yang dikasihi Yesus. Walaupun Yohanes berlari
bersama dengan Petrus, "tetapi ia berlari lebih cepat dari Petrus
sehingga lebih dahulu sampai di kubur" (Yoh 20:4). Ia menjenguk ke
dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah. Kemudian ia menyusul
Petrus ke dalam kubur, melihat keadaan sebenarnya. Ia menyaksikan,
melihat dengan mata sendiri, meraba dengan tangan sendiri keadaan di
dalam kubur. Melihat semua itu ia pun PERCAYA bahwa Yesus bangkit.
Saudara-saudari, kita pantas bersyukur karena peranan Rasul Yohanes
yang begitu besar bagi iman kita. Kesaksian yang ia tuliskan bagi kita
menjadi sumber iman yang sangat berharga. Allah sungguh menggunakannya
sebagai alat untuk menyampaikan rencana-Nya. Satu hal menjadi tekanan
teologis dari Injil maupun surat-surat Yohanes adalah: "Mukjizat tidak
boleh tinggal sebagai hal yang mengagumkan, tetapi harus membuat orang
makin PERCAYA." Peristiwa apa pun yang kita alami dan saksikan,
hendaklah kita melihatnya sebagai peristiwa iman; baik itu duka,
gembira, senang, sedih, kalah, menang, lulus, gagal dan lain-lain.
Ketika kita mengalami semuanya itu kita harus PERCAYA bahwa Allah sedang
bertindak. Semoga
Deus Meus et Omnia
No comments:
Post a Comment