ERIAL KATEKESE: MAKNA TERDALAM DARI DOA BAPA KAMI, DOA YANG SEMPURNA..
Bagian 3-Selesai: BERILAH KAMI REJEKI, AMPUNILAH KESALAHAN KAMI SEPERTI
KAMIPUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH, JANGAN MASUKKAN KAMI DALAM PENCOBAAN
Berilah kami rejeki pada hari ini: Yesus sangat mengasihi kita dan
peduli pada kita, sehingga Ia mengajarkan kepada kita permohonan ini. Ia
mengingatkan kepada kita bahwa rejeki dan nafkah kita, “our daily
bread“, adalah berkat dari Tuhan. Tuhanlah yang mengizinkan kita
mendapatkan rejeki hari ini, memiliki kesehatan dan hidup sampai pada
saat ini, sehingga dapat menikmati rejeki yang Tuhan berikan. “Berilah
padaku rejeki hari ini, ya Tuhan, dan ingatkanlah aku bahwa semua rejeki
yang kuterima adalah semata-mata berkat-Mu, dan bukan milikku sendiri.”
Maka kitapun harus teringat pada orang lain, terutama mereka yang
berkekurangan, agar merekapun beroleh berkat Tuhan. Selanjutnya, para
Bapa Gereja, terutama St. Agustinus mengkaitkan “our daily Bread” dengan
Ekaristi,[6] yang menjadi berkat/ rejeki rohani kita. Ini mengingatkan
kepada kita agar kita tidak semata-mata mencari rejeki duniawi, tetapi
juga berkat rohani. Bagi kita, berkat rohani yang tertinggi maknanya
adalah Ekaristi, saat kita boleh menerima Kristus Sang Roti Hidup. Di
sini kita diingatkan oleh para Bapa Gereja untuk memohon kehadiran
Yesus, Sang Roti Hidup, di dalam hidup kita setiap hari. Dan jika
“setiap hari” ini diucapkan setiap hari, maka artinya adalah
selama-lamanya. “Semoga Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup itu, sungguh
menguatkanku dan menyembuhkanku hari ini, dan selama-lamanya.
Dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah
kepada kami: Dikatakan di sini bukan “ampunilah kami, seperti kami akan
mengampuni yang bersalah kepada kami.” Maka seharusnya, pada saat kita
mengucapkan doa ini, kita sudah harus mengampuni orang yang telah
bersalah kepada kita atau yang menyakiti hati kita. Mari kita renungkan,
kalimat yang sederhana ini namun sangat dalam artinya: Bahwa Tuhan akan
mengampuni kita kalau kita terlebih dahulu mengampuni orang lain. Jadi
artinya, kalau kita tidak mengampuni maka kitapun tidak beroleh ampun
dari Tuhan. Betapa sulitnya perkataan ini kita ucapkan pada saat kita
mengalami sakit hati yang dalam oleh karena sikap sesama, terutama jika
itu disebabkan oleh mereka yang terdekat dengan kita. Namun Tuhan
menghendaki kita mengampuni mereka, agar kitapun dapat diampuni
oleh-Nya. Maka mengampuni orang lain sesungguhnya bukan saja demi orang
itu, tetapi sebaliknya, demi kebaikan diri kita sendiri: supaya kita-pun
diampuni oleh Tuhan.
Dan janganlah masukkan kami ke dalam
pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat: Mari kita sadari
bahwa kita ini manusia yang lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa dan
kesalahan. Kita belum sampai pada tingkat di mana kita benar- benar
terbebas dari segala godaan dan pencobaan. Pencobaan itu bisa bermacam-
macam: ketakutan menghadapi masa depan, sakit penyakit, masalah keluarga
dan pekerjaan, dst, namun bisa juga merupakan ‘pencobaan rohani’,
terutama godaan untuk menjadi sombong, karena merasa telah diberkati
dengan aneka karunia dan kebajikan. Untuk yang terakhir ini, St. Teresa,
mengingatkan bahwa kita harus selalu rendah hati, tidak boleh terlalu
yakin bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam dosa. Jangan sampai kita
bermegah akan suatu kebajikan. St Teresa mengambil contoh, bahwa kita
tidak boleh terlalu cepat menganggap diri sabar, sebab akan ada saatnya
bila seseorang hanya sedikit saja menyinggung hati kita, namun langsung
kesabaran kita itu hilang. Maka sikap yang terbaik adalah selalu
berjaga-jaga, menimba kekuatan dari Tuhan, dan menyadari bahwa kita
sungguh tergantung kepada-Nya.
Sumber: Situs Katolisitas
--Deo Gratias--
Mohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso
ReplyDelete