"AKU HANYA PERLU DIBERRI KESEMPATAN, PAK!"
 
 
 Keluar dari pintu kereta api siang di station Katipunan-Quezon City, 
Filipina, di dekat tempat kostku, aku berjalan santai menuju 
eskalator...(tidak seperti biasanya selalu berlari cepat untuk menjadi 
nomor satu yang naik eskalator sambil memandang para penumpang lain yang
 seakan menyerbu eskalator...soalnya tiap saat rasa jengkel juga melihat
 kebanyakan laki-laki Filipina yang biasanya berkejaran untuk menaiki 
elevator - mengejar waktu karena kesibukan mereka)...tiba-tiba terlihat 
seorang cacat kaki, yang sedang duduk di kursi rodanya sambil menunggu 
menjadi pengguna terakhir eskalator agar tidak mengganggu yang lain, 
yang mempunyai mata, kaki, tangan, telinga, otak dan hati seperti 
saudara dan aku, namun kadang kita tidak menggunakannya dengan bijak.
 
 Melihatnya, aku bergegas membantunya menggapai tangga eskalator...tapi 
tiba-tiba keluarlah kalimat singkat, padat yang membuatku hanya terpaku 
diam menatapnya tanpa sepata kata pun keluar membalasnya; "Pa, terima 
kasih...tidak usah bantu aku...Aku bisa melakukannya untuk diriku...Apa 
yang kubutuhkan hanyalah SEBUAH KESEMPATAN yang diberikan oleh orang 
lain untuk menggapai tangga eskalator ini. Akan tetapi, karena setiap 
orang seakan mengejar waktu, maka aku hanya menunggu menjadi orang 
terakhir." Teringatlah aku akan kisah penyembuhan si lumpuh di kolam 
Betesda;"...Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang 
yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan
 sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului 
aku."(Yoh 5:2-9)
 
 Aku lalu melangkah mundur dari pintu masuk 
eskalator, dan membiarkan dia membawa dirinya dengan kursi rodanya 
memasuki - menaiki tangga eskalator itu dengan cara bertumpuh pada 
kekuatan kedua tangannya yang kekar di pinggiran sisi tangga eskalator. 
Aku yang ada di belakangnya hanya terkagum-kagum memandangnya, dan ada 
rasa sedih sesal menyergap tubuh dan jiwaku.
 
 Jarak dari station
 kereta api ke tempat kostku yang biasanya hanya 20 menit berjalan kaki,
 kini harus kutempuh dengan durasi waktu hampir 40 menit hanya karena 
rasa yang berkecamuk di dalam jiwaku, sampai hampir-hampir ditabrak 
mobil...Sopir menindis klakson yang membuatku harus melompat ke pinggir 
jalan karena memang telah mengambil area jalan mobil.
 
 Ya, aku 
sadar bahwa kadang aku sendiri tidak memberi kesempatan kepada orang 
lain, apalagi orang kecil dan papa, orang cacat, bahkan sesama sahabatku
 sendiri untuk mengekspresikan diri dan kemauan mereka dengan bebas. 
Sering aku tidak memberi peluang kepada mereka untuk menggapai 
impian-impiannya. Ya, dunia ini panggung sandiwara yang memberi kepada 
setiap orang kesempatan untuk menjadi pemeran, namun betapa seringnya 
kita memerankan peranan yang tidak sesuai dengan hati nurani kita.
 
 Di sore/malam ini, kudatangi lagi engkau para sahabatku, dan 
mengingatkanmu untuk tidak lupa memberi kesempatan kepada siapa saja 
yang ada bersamamu untuk menggapai impian-impian mereka dengan 
bebas....Apa yang mereka butuhkan mungkin tidak selamanya bantuan materi
 dan uang, tapi hanyalah sebuah hati yang mampu memberi mereka sebuah 
kesempatan dan peluang untuk dapat melakukan apa yang bisa mereka 
lakukan sesuai dengan cita dan impian mereka. Mungkin mereka yang di 
luar rumah sangatlah jauh untuk kau gapai, tapi ingatlah masih ada 
sesamamu yang paling dekat, yakni yang sekantor, seperusahaan, bahkan 
yang serumah denganmu. Sungguh, mereka menanti kesempatan dan peluang 
yang terberi dari ketulusan hatimu.
 
 Akhirnya, bila saja kita 
mau untuk melakukan hal ini, selalu memberi kesempatan dan bahagia 
melihat orang lain menggapai impian, cita dan cinta mereka, maka betapa 
indahnya dunia ini karena sesungguhnya "surga telah mendarat di duniamu,
 duniaku, dan dunia kita bersama.
 
 
 Goresan hati seorang sahabat untuk para sahabatnya,
 
 ***Duc in Altum***
No comments:
Post a Comment