PO BOX 356, 89808 BEAUFORT, SABAH.
  
 
 
 
          
        
          
        
Bacaan Katekismus Gereja Katolik dalam Setahun
 
 Bagian I - Pengakuan Iman
 Seksi I Aku Percaya – Kami Percaya
 Bab II Allah Menyongsong Manusia
 Bab III Jawaban Manusia kepada Allah
 Artikel 4 Aku Percaya
 
 Artikel 5 Kami Percaya
 
 166  Iman adalah satu perbuatan pribadi: jawaban bebas manusia atas 
undangan Allah yang mewahyukan Diri. Tetapi iman bukanlah satu perbuatan
 yang terisolir. Tidak ada seorang pun dapat percaya untuk dirinya 
sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang dapat hidup untuk 
dirinya sendiri. Tidak ada seorang yang memberikan iman kepada diri 
sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang memberi kehidupan 
kepada diri sendiri. Yang percaya menerima kepercayaan dari orang lain; 
ia harus melanjutkannya kepada orang lain. Cinta kita kepada Yesus dan 
kepada sesama mendorong kita supaya berbicara kepada orang lain mengenai
 iman kita. Dengan demikian, setiap orang yang percaya adalah anggota 
dalam jalinan rantai besar orang-orang beriman. Saya tidak dapat 
percaya, kalau saya tidak didukung oleh kepercayaan orang lain dan oleh 
kepercayaan saya, saya mendukung kepercayaan orang lain.
 
 167  
"Akupercaya" (pengakuan iman apostolik): itulah iman Gereja, sebagaimana
 setiap orang beriman mengakui secara pribadi, terutama pada waktu 
Pembaptisan. "Kami percaya" (pengakuan iman dari Nisea-Konstantinopel 
Yn.): itulah iman Gereja, sebagaimana para Uskup yang berkumpul dalam 
konsili itu mengakui atau lebih umum, sebagaimana umat beriman mengakui 
dalam liturgi. "Aku percaya": demikianlah juga Gereja, ibu kita 
berbicara, yang menjawab Allah melalui imannya dan yang mengajar kita 
berkata: "aku percaya", "kami percaya".
 
 I. "Tuhan, Perhatikanlah Iman Gereja-Mu"
 
 168  Pertama-tama Gerejalah, yang percaya dan dengan demikian menopang,
 memupuk dan mendukung iman saya. Pada tempat pertama Gerejalah yang 
mengakui Tuhan di mana-mana ("Kepadamu Gereja kudus beriman, tersebar di
 seluruh dunia", demikian kita menyanyi dalam madah Te Deum), dan 
bersama dia dan dalam dia, kita juga mengakui: "aku percaya", "kami 
percaya". Melalui Gereja kita menerima dalam Pembaptisan iman dan 
kehidupan baru dalam Kristus. Dalam ritus Romawi, pemberi Pembaptisan 
bertanya kepada yang menerima Pembaptisan: "Apa yang kau minta dari 
Gereja Allah?" Jawabannya: "Iman" - "Iman memberi apa kepadamu?" - 
"Kehidupan kekal" (RR. OBA).
 
 169  Keselamatan datang hanya dari
 Allah, tetapi karena kita menerima kehidupan iman melalui Gereja, maka 
ia adalah ibunda kita: "Kita mengimani Gereja sebagai ibu kelahiran 
kembali kita, dan bukan kita percaya akan Gereja, seakan-akan dialah 
pangkal keselamatan kita" (Faustus d. Riez, Spir. 1,2). Sebagai ibunda 
kita, ia juga adalah pendidik kita dalam iman.
 
 II. Bahasa Iman
 
 170  Kita tidak percaya kepada rumus-rumus, tetapi kepada kenyataan 
yang diungkapkannya dan yang dapat kita "raba" oleh karena iman. 
"Perbuatan orang beriman mempunyai tujuan bukan pada pengungkapan, 
melainkan pada kenyataan [yang diungkapkan] (Tomas Aqu., s.th. 2-2,1,2 
ad 2). Tetapi kita mendekati kenyataan-kenyataan ini dengan bantuan 
rumus-rumus iman. Formula ini memungkinkan untuk menyatakan dan 
merumuskan iman, untuk merayakan bersama, untuk menjadikannya milik kita
 dan untuk semakin hidup darinya
 
 171  Sebagai "tiang dan dasar 
kebenaran" (1 Tim 3:15), Gereja menyimpan dengan setia "iman yang sudah 
satu kali diberikan Allah untuk selama-lamanya kepada umatnya" (Yud 3). 
Ia menyimpan kata-kata Kristus dalam ingatannya; ia meneruskan pengakuan
 iman para Rasul dari generasi ke generasi. Sebagai seorang ibu yang 
mengajarkan anak-anaknya berbicara dan dengan demikian juga mengerti dan
 hidup bersama, Gereja, ibu kita, mengajarkan bahasa iman kepada kita 
supaya menghantar kita masuk ke dalam pengertian dan kehidupan iman.
 
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment