~KATEKESE~
SAKRAMEN PERMINYAKAN ATAU SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
Banyak dari antara kita yang takut mendengar kata “Sakramen
Peminyakan”. Ketakutan terbesar adalah bahwa bila menerima Sakramen ini,
berarti adalah suatu “pertanda” bahwa orang yang menerimanya sebentar
lagi akan meninggal. Bagaimana sebenarnya?
ISTILAH UNTUK SAKRAMEN INI DAN BAGAIMANA SAKRAMEN INI DITERIMAKAN
Dalam Gereja Katolik, Sakramen Perminyakan atau Sakramen Pengurapan,
termasuk ke dalam Sakramen Penyembuhan selain Sakramen Tobat. Sakramen
ini diterimakan oleh Uskup dan Imam. Minyak yang digunakan adalah minyak
yang yang sudah diberkati Uskup secara khusus. Minyak ini disebut
OLEUM INFIRMORUM (OI), dan berbeda dari Minyak Krisma ataupun Minyak
Katekumen.
Dalam Gereja Ortodoks (yang terpisah dari Gereja
Katolik) , Sakramen ini diterimakan oleh tujuh, lima, atau tiga orang
imam, namun demikian apabila mendesak dapat oleh satu imam saja.
Apabila terjadi bahwa umat Katolik berada di suatu daerah terpencil di
mana tidak ada Gereja Katolik, namun yang ada adalah Gereja Ortodoks,
umat katolik dapat meminta pelayanan Sakramen ini pada imam Gereja
Ortodoks DALAM SITUASI DARURAT DAN MENDESAK.
Adapun istilah
bahasa Inggris untuk Sakramen ini, yaitu “Extreme Unction” baru menjadi
populer pada akhir abad ke-20 dan tidak pernah terjadi di kalangan
Gereja Katolik Timur . Dikatakan “Extreme Unction” adalah karena
pengurapan ini ditujukan untuk mereka yang dalam kondisi IN EXTRIMIS
(secara khusus diterapkan pada orang yang menjelang ajal). Dalam Gereja
Katolik Timur, Sakramen ini dikenal dengan nama EUCHELAION. Adapun nama
lain seperti ELAION HAGION, HEGISMENON, atau ELAION masih juga
digunakan. Umat Gereja Katolik Latin, tentu saja amat sangat
diperbolehkan menerima Sakramen ini dari imam Gereja Katolik Timur,
entah dalam keadaan wajar ataupun darurat.
PERTANGGUNGJAWABAN ATAS SEGI SAKRAMENTAL PENGURAPAN ORANG SAKIT
BERBEDA dengan jemaat gerejawi (Protestan), sejalan dengan KONSILI
TRENTE, Gereja Katolik mengakui bahwa Pengurapan Orang Sakit adalah
SUNGGUH-SUNGGUH SAKRAMEN YANG DIDIRIKAN OLEH YESUS KRISTUS SENDIRI
seperti yang tersirat dalam Markus 6:13 yang berkata demikian : “...dan
mereka (pengikut-pengikut Yesus) mengusir banyak setan, dan mengoles
banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. “ Dalam
perjalanan waktu, sakramen ini kemudian diperintahkan kepada orang
beriman dan dipromulgasikan (atau“diundangkan”) secara resmi oleh Rasul
Sto.Yakobus, seperti juga tertulis dalam Kitab Suci, “Kalau ada seorang
di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat,
supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu
dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka
dosanya itu akan diampuni.” (Yak 5:14-15). Penatua Jemaat adalah
Presbiter, yaitu tidak lain adalah imam DAN BUKAN seorang yang dituakan
dalam jemaat. Mengapa seorang imam? Karena dalam Sakramen ini ada unsur
pengampunan dosa.
MATERIA DAN FORMA
Materia remota
Sakramen Pengurapan Orang Sakit adalah minyak yang sudah diberkati Uskup
(OI) sedangkan materia proximata adalah pengurapan dengan OI. Pada
masa lampau, Imam mengurapi kelima panca indera eksternal (mata,
telinga, lubang hidung, bibir, tangan) dan kaki, serta pada pinggang
(khusus untuik pria jika berterima dengan adat setempat dan jika si
sakit dapat leluasa bergerak). Sambil mengurapi setiap panca indera si
sakit, imam berkata, (terjemahan bebas dari bahasa Inggris) “Semoga
lewat pengurapan suci ini dan belas kasihan-Nya, Tuhan mengampuni dosa
dan kesalahan apapun melalui (indera) penglihatanmu (pendengaranmu,
penciumanmu, perasamu,peraba, pada waktu engkau berjalan, (segala)
kenikmatan duniawi). Kini, pengurapan dapat dilakukan hanya pada dahi
(dan tangan) , dan hal ini sudah memenuhi validitas Sakramen. Dalam
bahasa Indonesia, rumusan yang lazim digunakan adalah, “'Semoga dengan
pengurapan suci ini, Allah yang maharahim menolong Saudara dengan rahmat
Roh Kudus. Semoga Ia membebaskan Saudara dari dosa, menganugerahkan
keselamatan, dan berkenan menabahkan hati Saudara”. Adapun forma
Sakramen ini adalah doa resmi yang digunakan oleh baik oleh Gereja
Katolik Latin maupun Gereja Katolik Timur.
SIAPA SAJA YANG DAPAT MENERIMA SAKRAMEN INI?
KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (1514-1515)
1514 Urapan orang sakit "bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada di
ambang kematian saja. Maka saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah
tiba, bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita
sakit atau sudah lanjut usia" (SC 73)
1515 Kalau seorang sakit yang
telah menerima urapan ini sehat kembali, maka ia dapat menerima lagi
Sakramen ini, apabila ia sakit berat lagi. Dalam menderita penyakit yang
sama, Sakramen ini dapat diulangi, kalau keadaan makin buruk.
Dianjurkan agar seorang yang menghadapi operasi besar, menerima Urapan
Orang Sakit. Demikian juga berlaku untuk orang tua renta, yang
kekuatannya mulai melemah.
BUAH YANG DITERIMA DARI SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
KATEKISMUS GEREJA KATOLIK (1520-1523)
1520 Satu anugerah khusus Roh Kudus. Rahmat pertama Sakramen ini ialah
kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan satu penyakit berat atau
dengan kelemahan karena usia lanjut. Rahmat ini adalah anugerah Roh
Kudus, yang membaharui harapan dan iman kepada Allah dan menguatkannya
melawan godaan musuh yang jahat, melawan godaan untuk berkecil hati dan
rasa takut akan kematian Bdk. Ibr 2:15.. Bantuan Tuhan melalui kekuatan
Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga
menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah Bdk.
Konsili Firense: DS 1325.. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya
itu akan diampuni (Yak 5:15) Bdk. Konsili Trente: DS 1717.
1521
Persatuan dengan sengsara Kristus. Oleh rahmat Sakramen ini, orang sakit
menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi
dengan sengsara Tuhan. Ia seakan-akan ditahbiskan untuk menghasilkan
buah melalui keserupaan dengan sengsara Juru Selamat yang menebus.
Sengsara sebagai akibat dosa asal, mendapat satu arti baru: ia menjadi
keikutsertaan dalam karya keselamatan Yesus.
1522 Rahmat
Gerejani. Karena "secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan
wafat Kristus, maka orang-orang sakit memberi sumbangan bagi
kesejahteraan umat Allah" (LG 11). Dalam upacara Urapan Orang Sakit,
Gereja mendoakan orang sakit di dalam persekutuan para kudus. Sebaliknya
orang sakit menyumbangkan melalui rahmat Sakramen demi pengudusan
Gereja dan kesejahteraan semua orang, untuk siapa Gereja menderita dan
menyerahkan diri kepada Allah Bapa melalui Kristus.
1523
Persiapan untuk perjalanan terakhir. Kalau Sakramen Urapan Orang Sakit
diberikan kepada mereka yang menderita penyakit berat atau kelemahan,
maka lebih lagi kepada mereka yang siap berpisah dari hidup ini (mereka
yang "rasanya sudah berada di akhir hidup ini": Konsili Trente: DS
1698). Karena itu ia dinamakan juga "Sakramen orang yang menghadapi
ajal" (ibid.). Urapan Orang Sakit membuat kita secara definitif serupa
dengan kematian dan kebangkitan Kristus yang telah dimulai oleh
Pembaptisan. Ia menyempurnakan urapan-urapan kudus yang membina seluruh
hidup Kristen: urapan Pembaptisan mencurahkan hidup baru bagi kita;
Penguatan meneguhkan kita untuk perjuangan hidup ini. Urapan terakhir
ini membekali akhir hidup kita di dunia ini dengan satu tanggul kuat
berhadapan dengan perjuangan perjuangan akhir sebelum masuk ke dalam
rumah Bapa.
Semoga melalui uraian ini, menjadi jelas bahwa
Kristus sangat menghargai keutuhan manusia, jiwa dan raga. Ia tidak
hanya peduli akan keselamatan jiwa kita namun juga kesehatan raga kita.
Ia hendak menebus kita jiwa dan raga. Amin.
~IOJC (tu scis quia amo te)~
No comments:
Post a Comment